Istilah ‘broken home' sering diasosiasikan dengan keluarga yang tidak utuh akibat perpisahan orang tua. Namun, siapa saja bisa menjadi korban, terlepas bagaimana bentuk keluarganya.
Anak-anak dari keluarga yang tampak utuh pun bisa merasakan broken home jika lingkungan rumah mereka dipenuhi konflik, kurang kasih sayang, atau komunikasi yang buruk.
Pengalaman seperti ini bisa meninggalkan bekas yang mendalam pada kesehatan mental anak. Mereka mungkin merasa kehilangan rasa aman, kesulitan mengekspresikan diri, atau bahkan menarik diri dari orang-orang di sekitar mereka.
Oleh karena itu, mereka sangat membutuhkan dukungan, baik dari keluarga, teman, maupun komunitas sekitar.
Dengan langkah sederhana seperti mendengarkan, menunjukkan kasih sayang, dan menjadi pendukung yang sehat, Kawan GNFI bisa membantu mereka menemukan kembali kepercayaan diri dan rasa aman. Yuk, pelajari lebih lanjut bersama!
Baca juga: Seberapa Penting Kesehatan Mental pada Anak? Ini Penjelasan Psikolog Anak dari Sekolah Cikal
Kondisi Mental yang Sering Dialami Anak Broken Home
1. Masalah Emosional
Anak-anak broken home sering mengalami berbagai masalah emosional. Mereka merasa kehilangan, sedih, bingung, takut, atau bahkan marah. Ada kalanya mereka berpikir tidak lagi dicintai oleh orang tua atau menyalahkan diri sendiri atas masalah yang terjadi hingga perpisahan keluarga.
2. Gangguan Perilaku
Dari segi perilaku, suasana hati mereka bisa dengan mudah berubah-ubah. Anak-anak ini mungkin menjadi lebih agresif, suka berbohong, atau bahkan berkelahi dengan temannya.
3. Gangguan Mental
Di sisi lain, tekanan emosional yang berat juga dapat membuat mereka rentan terhadap depresi dan gangguan kecemasan, terutama ketika menghadapi perubahan besar seperti pindah rumah atau sekolah.
4. Masalah Keuangan dan Pendidikan
Masalah keuangan dan pendidikan juga sering terjadi. Ketidakstabilan ekonomi keluarga dapat memengaruhi semangat belajar anak, menyebabkan prestasi akademik menurun, kesulitan berkonsentrasi, dan kehilangan keinginan untuk maju.
5. Masalah Kepercayaan
Selain itu, kepercayaan anak pada orang lain bisa terganggu. Mereka mungkin menjadi anti-sosial atau terlalu waspada, karena merasa takut dikecewakan lagi.
6. Separation Anxiety Syndrome (SAD)
Di beberapa kasus, anak juga bisa mengalami gangguan kecemasan ini, di mana mereka sangat takut kehilangan sosok penting dalam hidup mereka, seperti ayah atau ibu.
Baca juga: Anak Korban Bully? Mengganggu Aktivitas Dan Berdampak Pada Kesehatan Mental PTSD
Cara Kawan GNFI Bisa Membantu
Menjadi Teman yang Mendukung dan Berempati
Saat teman ingin bercerita, dengarkan dengan penuh perhatian. Jangan memotong pembicaraannya atau memberikan penilaian. Cukup dengarkan dan tunjukkan bahwa kamu peduli.
Kadang, teman hanya butuh tahu ada seseorang yang mau mendengar tanpa menghakimi. Sebuah kalimat sederhana seperti, “Aku di sini kalau kamu butuh,” bisa sangat berarti.
Selain itu, berikan dukungan emosional. Tunjukkan bahwa mereka tidak sendirian. Misalnya, kamu bisa mengatakan, “Aku tahu ini pasti berat, tapi kamu nggak harus menghadapi ini sendirian.”
Dukungan kecil seperti ini bisa memberikan kekuatan besar bagi temanmu. Terkadang, kehadiranmu saja sudah cukup untuk membuat mereka merasa lebih baik.
Membantu Teman dengan Aktivitas Positif
Salah satu cara sederhana untuk mendukung temanmu adalah dengan mengajaknya melakukan aktivitas positif. Kamu bisa mengajak mereka bermain olahraga, berjalan-jalan di taman, atau menonton film favorit bersama.
Aktivitas seperti ini bisa membantu mereka merasa lebih santai dan melupakan stres sejenak. Bahkan, momen kebersamaan ini bisa jadi cara untuk membuat mereka merasa lebih dihargai dan ditemani.
Selain itu, dorong temanmu mencoba hobi baru. Misalnya, ajak mereka belajar memasak, menggambar, atau mencoba olahraga baru. Hobi baru tidak hanya bisa mengalihkan pikiran dari masalah. Namun, juga membuat mereka merasa lebih produktif dan menemukan hal yang mereka sukai. Kadang, hal kecil seperti ini bisa memberi dampak besar pada suasana hati mereka.
Berikan Waktu dan Ruang untuk Temanmu
Saat temanmu sedang menghadapi masalah, jangan memaksa mereka untuk bercerita. Biarkan mereka berbicara ketika sudah siap. Kadang, diam dan memberikan waktu adalah cara terbaik untuk menunjukkan bahwa kamu peduli. Kamu bisa berkata, “Aku ada di sini kalau kamu mau cerita,” tanpa memberi tekanan.
Selain itu, hargai kebutuhan mereka untuk beristirahat. Jika temanmu butuh waktu sendiri, beri mereka ruang. Terkadang, waktu sendirian bisa membantu mereka menenangkan pikiran dan mencari solusi. Pastikan mereka tahu kamu tetap ada untuk mereka kapan saja, meski dari kejauhan. Dukungan ini akan sangat berarti bagi mereka.
Baca juga: Sekolah Bagi Anak Broken Home di Solo
Anak-anak broken home membutuhkan perhatian ekstra untuk menjaga kesehatan mental mereka. Dukungan dari keluarga, guru di sekolah, dan teman-teman sangat penting agar mereka merasa dicintai dan dihargai. Dengan perhatian yang tepat, mereka tetap bisa tumbuh dengan baik meskipun menghadapi tantangan dalam keluarga.
Mari, kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung mereka. Mulai dari hal sederhana, seperti mendengarkan, menunjukkan kasih sayang, atau memberikan dorongan positif. Karena setiap langkah kecil yang Kawan GNFI ambil bisa membantu mereka merasa lebih kuat dan percaya diri untuk menghadapi masa depan.
Sumber:
https://www.halodoc.com/artikel/dampak-kesehatan-mental-yang-bisa-dialami-anak-broken-home
https://www.alodokter.com/risiko-yang-dialami-anak-broken-home
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News