mengenal mantu poci tradisi unik dari tegal yang mengandung nilai solidaritas sosial - News | Good News From Indonesia 2024

Mengenal ‘Mantu Poci’, Tradisi Unik dari Tegal, Sarat Nilai Solidaritas Sosial

Mengenal ‘Mantu Poci’, Tradisi Unik dari Tegal, Sarat Nilai Solidaritas Sosial
images info

Pernahkah Kawan GNFI mendengar istilah ‘poci’?

Poci adalah sejenis wadah tradisional yang sering digunakan untuk menyajikan teh, terutama di daerah Jawa. Umumnya, poci terbuat dari bahan tanah liat yang dibakar hingga keras. Seiring waktu, bahan pembuat poci semakin beragam, mulai dari keramik hingga logam.

Poci dapat dikenali dari bentuknya yang berukuran kecil dengan pegangan dan corong kecil di bagian atasnya. Corong kecil tersebut berguna untuk menuangkan teh ke dalam cangkir. Konon, menyeduh teh dengan poci, terutama poci yang terbuat dari tanah liat, akan membuat cita rasa teh semakin nikmat.

Namun, tahukah Kawan GNFI? Di Tegal, keberadaan poci tidak hanya sebagai alat penyaji teh. Poci juga digunakan masyarakat Tegal sebagai media untuk melakukan tradisi turun menurun yang bernama ‘Mantu Poci’.

Keberagaman Upacara Adat di Maluku

Sejarah Mantu Poci

Konon, awal mula Mantu Poci sudah ada sejak tahun 1930-an. Dikutip dari tulisan Syamsul Bakhri dalam Jurnal Analisa Sosiologi (2018), asal mula tradisi Mantu Poci berawal dari kaburnya sepasang calon pengantin asal Desa Sidakaton. Sidakaton adalah desa yang terletak di Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal, sekitar 6 kilometer dari Kota Tegal.

https://scholar.google.co.id/scholar?q=Syamsul+Bakhri+dalam+Jurnal+Analisa+Sosiologi+(2018)&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart

Alasan kaburnya calon pengantin tersebut adalah karena keduanya menentang pernikahan yang digagas oleh orang tua mereka. Pasalnya, baik pengantin pria maupun pengantin wanita sudah mempunyai pilihannya masing-masing.

Kaburnya kedua mempelai tersebut sontak membuat keadaan menjadi kacau. Kemudian, di tengah kekacauan itu ada seorang warga yang memberikan usul untuk menjadikan poci sebagai pengganti calon pengantin yang kabur.

Usulan tersebut disetujui oleh keluarga pengantin. Sejak saat itulah, berkembang tradisi Mantu Poci, terutama di Desa Desa Sidakaton, Sidapurna, Dukuhturi, Kupu, Lawatan, dan Kepandean. Ada juga sumber yang mengatakan bahwa tradisi Mantu Poci juga digelar di daerah pesisir seperti Tegalsari, Muarareja, Tunon, Cabawan, dan Margadana.

Melihat Upacara Adat Maluku yang Hampir Dilupakan

Pergeseran Makna Mantu Poci

Seiring berjalannya waktu, tradisi Mantu Poci mulai mengalami pergeseran makna. Seperti yang sudah diceritakan sebelumnya, Mantu Poci awalnya dimaksudkan untuk meredam rasamalu pihak keluarga pengantin karena calon mempelai yang kabur.

Secara berangsur-angsur, tradisi Mantu Poci berubah menjadi semacam upacara yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang belum mendapatkan momongan. Melalui tradisi Mantu Poci ini, pasangan suami istri ini berharap agar lekas diberikan keturunan.

Selain itu, tradisi Mantu Poci juga berkembang dan dimanfaatkan sebagai hajatan alternatif bagi keluarga yang tidak mempunyai anak. Tujuannya, supaya sumbangan yang pernah mereka keluarkan bagi warga atau kerabatnya di masa lalu bisa kembali.

Untuk membedakan antara mempelai pria dan wanita, orang bisa melihat dari besar dan kecilnya poci yang dipajang di singgasana pengantin.

Poci yang mewakili simbol mempelai pria biasanya memiliki ukuran yang lebih besar daripada poci yang digunakan untuk mewakili simbol mempelai wanita.

Tata Cara Mantu Poci

Tata cara pernikahan dalam tradisi Mantu Poci sama seperti pernikahan pada umumnya. Perbedaannya hanya pada mempelai pria dan wanitanya, yaitu diganti dengan menggunakan poci.

Poci yang akan digunakan untuk upacara Mantu Poci akan diberi rangkaian hiasan dari bunga melati dan diarak keliling desa. Setelah itu, poci diletakkan di atas kursi yang telah dihias dan diapit oleh kedua orang tua. Layaknya hajatan pernikahan sesungguhnya, acara mantu poci ini bisa digelar selama tiga hari berturut-turut.

Mengenal Adok, Tradisi Pemberian Gelar Adat dalam Upacara Pernikahan Suku Komering

Dalam ritual mantu poci juga mengenal istilah ‘buka sumbangan’, yaitu saat tuan rumah menyebutkan nilai sumbangan yang diberikan oleh tamu undangan. Tujuannya, supaya penerima maupun pemberi sumbangan bisa saling mengetahui besarnya nilai sumbangan.

Sebagai bagian dari tradisi turun temurun, ritual mantu poci sarat dengan nilai-nilai solidaritas sosial. Selain itu, mantu poci juga memiliki nilai moral agar kita tidak melupakan jasa atau kebaikan yang orang lain pernah beri.

Sumber artikel:

https://id.wikipedia.org/wiki/Mantu_Poci

https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/220539

https://scholar.google.co.id/scholar?q=Syamsul+Bakhri+dalam+Jurnal+Analisa+Sosiologi+(2018)&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel inisepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

DA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.