Plastik sisa-sisa aktivitas manusia tak hanya mencemari daratan, tetapi juga memenuhi lautan. Sebagai dampaknya, biota laut seperti paus kerap ditemukan dengan perut penuh sampah plastik.
Fenomena tersebut menimbulkan pertanyaan. Mengapa hal itu bisa terjadi? Benarkah paus memakan plastik?
Mengapa paus memakan plastik?
Banyak paus, seperti paus sperma dan paus biru, menggunakan ekolokasi untuk mencari makanan di kedalaman laut.
Sampah plastik seperti kantong atau balon dapat memantulkan gelombang sonar dengan cara yang menyerupai mangsa alami, seperti cumi-cumi.
Penelitian dari Universitas Duke menunjukkan bahwa plastik memiliki sinyal akustik serupa dengan mangsa paus sehingga mereka sering tertipu untuk memakannya.
Publikasi Marine Pollution Bulletin menunjukkan bahwa dari semua barang plastik yang diuji, para peneliti menemukan bahwa barang-barang tersebut menghasilkan gema yang sama kuatnya atau lebih kuat daripada gema dari cumi-cumi.
Beberapa spesies paus juga terancam kesehatannya karena secara tidak langsung memakan plastik di lautan. Spesies paus tertentu memakan plankton dan hewan kecil—yang tercemar mikroplastik.
Studi menunjukkan bahwa paus biru dapat menelan hingga 10 juta keping mikroplastik setiap hari. Hal ini disebutkan dapat memengaruhi kesehatan pencernaan dan metabolisme ikan.
Penyebab lain paus bisa memakan plastik adalah kebingungan visual. Di perairan dangkal, paus dapat salah mengira plastik yang mengapung sebagai makanan karena warnanya menyerupai ikan kecil atau ubur-ubur.
Baca juga Melihat Inovasi Kapal ‘Pemakan’ Sampah di Lautan, Solusi Utama Marine Debris
Dampak Polusi Plastik
Polusi plastik yang masif tentu merusak habitat paus. World Wide Fund (WWF) menyebutkan setidaknya satu truk sampah plastik masuk ke lautan setiap menitnya.
Persoalan itu membuat paus hampir tidak memiliki pilihan selain terpapar sampah plastik.
Adapun dampak plastik yang termakan oleh biota laut, mengakibatkan masalah kesehatan serius. Plastik yang tertelan tidak dapat dicerna, menyebabkan penyumbatan di saluran pencernaan, kekurangan nutrisi, dan dalam kasus yang parah, kematian.
Selain itu, racun dari plastik dapat merusak fungsi organ tubuh paus dan menambah tekanan ekologis pada populasi mereka yang saat ini sudah terancam.
Oleh karena itu, upaya untuk mengurangi pemakaian plastik sekali pakai dan meningkatkan pengelolaan sampah sangat penting untuk melindungi satwa laut.
Penelitian lebih lanjut tentang dampak mikroplastik pada rantai makanan laut juga diperlukan untuk menciptakan kebijakan yang lebih baik.
Baca juga Peneliti UI Kembangkan Teknologi Penyerap Karbon Dioksida dari Limbah Plastik
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News