Bagi investor asing khususnya dari Uni Eropa, Indonesia adalah negara yang punya daya tarik tinggi untuk menjadi tempat mereka menanamkan uangnya. Kendati demikian, mereka juga menilai masih ada hal yang perlu dibenahi agar semakin banyak investor yang datang.
Hal itu disampaikan oleh Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Denis Chaibi. Ia menyebut Indonesia sebagai "Tanah Harapan" bagi para investor.
"Indonesia adalah tanah harapan untuk foreign direct investment karena kisah Indonesia ini kisah yang baik, karena (ekonominya) tumbuh 5 persen pertahun, (dan) bisa bangkit dari low income country menjadi middle income country," ujar Chaibi kepada awak media saat ditemui di pabrik Bayer Indonesia, Depok, pada Kamis (14/11/2024).
Di samping beragam pencapaian yang ditorehkan perekonomian Indonesia, investor juga melihat bahwa negeri ini punya potensi, baik itu dalam hal Sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber Daya Manusia (SDM).
"Kisah Indonesia adalah perekonomian yang bagus. Indonesia juga pasar terbesar di ASEAN dengan penduduk 280 juta, cadangan sumber daya alamnya juga yang terbesar." lanjut Chaibi seraya menyebut beberapa sumber daya mineral yang dimiliki Indonesia seperti nikel dan kobalt.
Kinerja Ekspor Indonesia Meningkat, Sektor Nonmigas Menjadi Penopang Utama
Masih Perlu Berbenah
Terlepas dari segala kisah manis dan potensi besar yang dimiliki Indonesia, Denis mengungkap fakta bahwa investor asing ternyata terbilang belum banyak yang menanamkan uangnya di Indonesia. Bahkan soal urusan satu ini Indonesia masih kalah unggul ketimbang tetangganya.
"Banyak perusahaan lihat dari luar, mereka tertarik dan mempelajari, tetapi ujung-ujungnya Indonesia menarik lebih sedikit foreign direct investment ketimbang negara lain di ASEAN seperti Thailand dan Vietnam meski Indonesia lebih besar ketimbang gabungan Filipina Thailand, dan Vietnam." tutur Chaibi.
Berdasarkan data, Indonesia sebetulnya adalah negara dengan nilai foreign direct investment tertinggi kedua di ASEAN (21,628 juta dolar AS). Hanya saja, dengan wilayahnya yang begitu besar dan penduduk yang banyak, Indonesia belum bisa melesat jauh mengalahkan tetangga-tetangganya, bahkan kalah telak dari Singapura (159,670 juta) dan hanya terpaut tipis dari Vietnam (15,500 juta).
Soal ini, Chaibi mengemukakan penyebabnya. Menurutnya, ada sejumlah kendala yang menjadi penghambat masuknya investor Uni Eropa ke Indonesia, mulai dari regulasi yang rumit, kewajiban memenuhi kandungan lokal, hingga pembatasan kuota impor.
Diutarakan Chaibi, saat ini pihak Indonesia dan Uni Eropa sedang bersama-sama berupaya mengatasi kendala-kendala tersebut. Caranya, dengan menyusun Perjanjian perdagangan bebas atau Free Trade Agreement (FTA).
"Kami sedang mengerjakan ini. Belum ada hasilnya, tetapi kami berusaha keras untuk membuat kendalanya berkurang untuk foreign direct investment." papar Chaibi.
Selain FTA, Chaibi juga menekankan perlunya berbagai insentif bagi investor seperti pemotongan pajak dan konsesi lahan, juga kerja sama dalam pelatihan dan perekrutan SDM, serta akses kepada layanan keuangan demi financing cost yang lebih rendah.
Pria asal Belgia itu pun percaya diri FTA yang digodok akan bisa mengatasi sebagian kendala yang selama ini ada, dan nantinya Indonesia mampu lebih banyak menarik investor dari Uni Eropa.
"Mengapa saya percaya diri, karena faktanya kami sedang bernegosiasi untuk FTA dengan Indonesia yang nantinya akan sangat menarik investor untuk datang ke Indonesia," pungkas Chaibi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News