Sa-ijaan dan ikan todak merupakan simbol dari Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Terdapat sebuah legenda terkait sa-ijaan dan ikan todak yang menjadi simbol daerah tersebut.
Bagaimana kisah lengkap dari legenda sa-ijaan dan ikan todak tersebut? Simak ulasan lengkapnya dalam artikel berikut ini.
Legenda Sa-ijaan dan Ikan Todak
Dikutip dari buku 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi, dikisahkan pada zaman dahulu hiduplah seorang petapa sakti bernama Datu Mabrur. Dirinya bertapa di antara Selat Laut dan Selat Makassar untuk meminta suatu permintaan kepada Sang Pencipta.
Datu Mabrur meminta agar dirinya diberikan sebuah pulau. Nantinya pulau ini akan dia jadikan sebagai tempat tinggal keturunannya.
Petapa sakti ini melakukan pertapaan dengan sangat serius. Bahkan pada saat malam hari, badan Datu Mabrur seperti membeku karena dinginnya cuaca.
Sebaliknya pada siang hari, badan Datu Mabrur menjadi kurus kering. Dirinya tidak pernah makan dan hanya meminum air hujan dan embun saja selama pertapaan tersebut.
Pada hari terakhir Datu Mabrur bertapa, laut di sekitarnya terlihat tenang. Namun tiba-tiba muncul seekor ikan todak besar yang hendak menyerangnya.
Namun serangan ikan todak ini tidak berhasil melukai Datu Mabrur. Dengan kesaktian yang dia miliki, Datu Mabrur berhasil menangkis serangan ikan todak tersebut tanpa perlu membuka mata dan beranjak dari posisi pertapaannya.
Tangkisan dari Datu Mabrur justru membuat ikan todak ini terjepit di antara karang. Datu Mabrur yang menyadari hal tersebut kemudian membuka mata dan menghampiri ikan todak yang menyerangnya tersebut.
Datu Mabrur bertanya mengapa ikan todak tersebut menyerang dirinya. Ikan todak tersebut menjelaskan bahwa pertapaan Datu Mabrur membuat kondisi laut tidak baik-baik saja.
Ternyata ikan todak ini merupakan raja dari spesies hewan tersebut. Dirinya khawatir kondisi laut yang tidak baik bisa berakibat buruk bagi rakyatnya.
Oleh sebab itu, raja ikan todak ini berniat menyerang Datu Mabrur. Namun kesaktian petapa ini ternyata tidak mampu dikalahkan oleh raja ikan todak.
Datu Mabrur akhirnya membebaskan raja ikan todak ini dari karang yang menjebaknya. Raja ikan todak berterima kasih kepada Datu Mabrur atas bantuannya tersebut.
Raja ikan todak kemudian menawarkan hadiah kepada Datu Mabrur atas kebaikan hatinya. Raja ikan todak menawarkan istana yang ada di bawah laut untuk Datu Mabrur.
Tidak hanya itu, petapa sakti ini juga ditawarkan berbagai macam emas permata. Namun Datu Mabrur menolak tawaran raja ikan todak tersebut.
Datu Mabrur menjelaskan bahwa dirinya hanya ingin sebuah pulau saja. Tanpa disangka-sangka, raja ikan todak menyanggupi keinginan Datu Mabrur tersebut.
Pada malam harinya, laut di sekitar pertapaan Datu Mabrur bergetar kencang. Dari bawah laut jutaan rakyat ikan todak terlihat mendorong sebuah daratan untuk muncul ke permukaan.
Raja ikan todak beserta semua rakyatnya meneriakkan kata "sa-ijaan" bersama-sama. Kata "sa-ijaan" ini sendiri berarti seiya sekata, merujuk kepada usaha mereka mendorong daratan tersebut secara serentak bersama-sama.
Akhirnya sebuah pulau muncul di permukaan laut tempat Datu Mabrur bertapa. Petapa sakti ini merasa senang dan berterima kasih kepada raja ikan todak yang berhasil mengabulkan permintaannya.
Datu Mabrur kemudian memberi nama pulau tersebut dengan sebutan Pulau Halimun. Pulau ini menjadi rumah bagi Datu Mabrur beserta anak keturunannya nantinya.
Pada saat ini, kata "sa-ijaan" digunakan sebagai slogan dari Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Selain itu, ikan todak juga digunakan menjadi lambang daerah tersebut.
Sumber:
- Reza, Marina Asril. 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi. Visimedia, 2010.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News