napak tilas masjid sultan suriansyah masjid tertua di kalimantan selatan - News | Good News From Indonesia 2024

Napak Tilas Masjid Sultan Suriansyah, Masjid Tertua di Kalimantan Selatan

Napak Tilas Masjid Sultan Suriansyah, Masjid Tertua di Kalimantan Selatan
images info

Di tanah Borneo, terdapat suatu masjid yang menjadi salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid itu terletak di selatan Borneo, Kota Banjarmasin.

Banjarmasin dijuluki Kota Seribu Sungai terletak di Kalimantan Selatan. Julukan ini diberikan karena ada banyak sungai yang melewati Banjarmasin, bahkan mencapai 102 sungai.

Selain itu, Banjarmasin juga dikenal sebagai kota religi. Hal tersebut bukan tanpa alasan, sejarah mencatat bahwa raja paling berpengaruh saat itu memeluk agama Islam. Bukti kekuatan pengaruh penyebaran Islam dari sang raja masih berdiri tegak sampai sekarang. Yuk, kita jalan-jalan ke Masjid Sultan Suriansyah di Banjarmasin, Kalimantan Selatan!

Letak Masjid Sultan Suriansyah

Kalau berkunjung ke Banjarmasin, Kawan harus mencoba wisata religi dengan mampir ke Masjid Sultan Suriansyah yang terletak di Jl. Kuin Utara No.220, Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara. Masjid ini juga terletak dekat dengan kawasan wisata Kampung Terapung.

Selain berkunjung ke Masjid, Kawan juga bisa berjalan kaki sekitar 500 meter untuk ziarah ke komplek makam Sultan Suriansyah. Lokasi mereka sangat berdekatan sehingga Kawan bisa mengunjunginya dalam satu waktu.

Makam Sultan dan Ratu Suriansyah | Sumber: Wikipedia (Tim WikiBarakat)
info gambar
Baca juga: Mengenal Pakaian Adat Tertua di Dunia, Berasal dari Sulawesi Selatan

Sultan Pertama yang Memeluk Islam

Sebelum kita jalan-jalan lebih jauh, kenalan dulu yuk dengan Sultan Suriansyah. Beliau merupakan raja atau lebih dikenal dengan sultan sekaligus pendiri Kerajaan Banjar.

Sultan Suriansyah memiliki nama asli Raden Samudera, kemudian berganti nama menjadi Pangeran Samudera setelah diangkat menjadi raja. Namanya berubah lagi menjadi Sultan Suriansyah ketika Ia memutuskan memeluk agama Islam.

Perjalanan Sultan Suriansyah memeluk agama Islam tertuang dalam tutur Candi dalam Hikayat Banjar. Dari tutur tersebut, diketahui Kesultanan Banjar berdiri setelah masa Kerajaan Negara Dipa dan Kerajaan Negara Daha.

Kala itu, Maharaja Sukarama dari Kerajaan Negara Daha berwasiat akan penerus dirinya adalah cucunya sendiri, yaitu Raden Samudera. Raden Samudera sendiri merupakan anak dari Raden Manteri Jaya yang merupakan putra dari Raden Begawan, saudara Maharaja Sukarama.

Wasiat yang dikeluarkan Sukarama kemudian menjadi suatu ancaman keselamatan bagi Raden Samudera. Sebab, ia harus menghadapi kebengisan putra Maharaja Sukarama yang haus kekuasaan, yaitu Pangeran Bagalung, Pangeran Mangkabumi, dan Pangeran Tumenggung.

Raden Samudera memutuskan untuk melarikan diri setelah sadar akan keselamatannya yang terancam. Arya Taranggana kemudian membantu mengantar Raden Samudera dengan menggunakan sampan hingga sampai ke hilir sungai Barito.

Maharaja Sukarama meninggal tak berapa lama dan digantikan oleh Pangeran Mangkabumi. Setelah masa kepemimpinan Pangeran Mangkabumi, Pangeran Tumenggung naik tahta menjadi raja di Kerajaan Negara Daha.

Raden Samudera di negeri seberang menyamar sebagai nelayan di kaerah Balandean dan Kuin. Tak butuh waktu lama, penyamarannya terbongkar oleh Patih Masih yang saat itu adalah seorang pemimpin di daerah Banjar. Raden Samudera kemudian diangkat menjadi raja oleh Patih Masih di daerah Bandarmasih dan berganti nama menjadi Pangeran Samudera.

Di masa kepemimpinan Pangeran Samudera, Bandarmasih tidak lagi bersedia membayar upeti kepada Kerajaan Negara Daha. Ini menyebabkan raja Kerajaan Negara Daha saat itu, Pangeran Tumenggung, murka dan ingin menyerang. Pangeran Samudera kemudian meminta bantuan kepada Kesultanan Demak atas saran dari Patih Masih.

Kesultanan Demak yang ada di Jawa merupakan kerajaan Islam terbesar. Saat itu, Sultan Trenggana menerima permohonan bantuan Pangeran Samudera. Namun, ada syarat yang harus dipenuhi. Sultan Trenggana memberikan syarat yaitu Pangeran Samudera harus memeluk agama Islam jika mereka memenangi pertempuran.

Pangeran Samudera setuju dan terjadilah pertempuran di Bandarmasih antara Pangeran Tumenggung dengan Pangeran Samudera yang dibantu Kerajaan Demak dengan seribu perahu dan 400.000 prajurit. Pangeran Tumenggung tak dapat menahan serangan dan menyatakan kalah dari Pangeran Samudera.

Akhirnya Pangeran Tumenggung menyerahkan Kerajaan Negara Daha kepada Pangeran Samudera yang kemudian memeluk agama Islam. Selanjutnya, Kerajaan Negara Daha masuk ke dalam Kesultanan Banjar di Bandarmasih. Pangeran Samudera pun berganti nama menjadi Sultan Suriansyah sebagai raja dari Kerjaan Banjar.

Baca juga: Bedanya Coto Makassar dan Pallubasa Khas Sulawesi Selatan

Masjid Tertua Berumur Hampir 500 Tahun

Masjid Sultan Suriansyah dibangun pada saat ia menjabat sebagai raja Kerajaan Banjar, yaitu tahun 1526. Itu artinya, masjid ini telah berusia 498 tahun! Masjid Sultan Suriansyah terletak di tepi Sungai Kuin sehingga memudahkan siapa saja yang melintasi sungai bisa melihat keagungan Masjid ini.

Beberapa peninggalan kuno masih dipertahankan, seperti undak-undak di bawah mimbar yang jumlahnya masih lengkap sembilan buah dengan motif bunga dan tumbuhan, medali bunga di tiap undakan, hingga daun pintu yang masih sama.

Walaupun telah berumur hampir 500 tahun, masjid Sultan Suriansyah selalu dijaga dengan baik dan aktivitas ibadah yang dilakukan juga sangat aktif. Masjid ini menjadi penting karena jejak sejarahnya sehingga masjid Sultan Suriansyah masuk sebagai cagar budaya di Kalimantan Selatan.

Gimana Kawan, tertarik untuk berwisata ke sini?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.