Indonesia memiliki ragam budaya yang begitu kaya dan indah. Keragaman ini dapat dijumpai di tiap lapis suku, adat, hingga agama. Terbentang dari Sabang sampai Merauke, kekayaan yang dimiliki Indonesia tak terhitung jumlahnya. Salah satu bukti kekayaan tersebut terletak pada suku Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan.
Kebanyakan mengira bahwa suku Bugis dan Makassar merupakan suku yang sama, tetapi kenyataannya bagai pinang dibelah dua, kedua suku ini memiliki sejarah dan kebudayaan yang berbeda, lho! Perbedaan di antara keduanya terletak pada bahasa daerah, dialek yang digunakan, wilayah tempat tinggal, hingga lagu dan tarian daerah.
Meskipun demikian, ada banyak kesamaan adat dan budaya suku Bugis dan Makassar sehingga keduanya sering dikaitkan dan dianggap sama. Salah kesamaannya dapat dilihat dari pakaian adat yang kerap disebut pakaian adat Bugis-Makassar. Yuk, kita kenalan dengan pakaian adat Bugis-Makassar dan nilai filosofis yang ada di dalamnya!
Baca juga: 5 Tokoh Besar Asal Bugis Makassar yang Diakui Dunia
Keunikan Warna Cerah
Pakaian adat Bugis-Makassar memiliki keistimewaan berupa corak khas dengan warna cerah yang mencolok seperti kuning, merah muda, hijau, dan merah. Corak khas yang ditonjolkan mirip dengan gaya ketimur-timuran, dipadukan dengan corak lokal masyarakat setempat serta cocok dipadukan dengan aksesoris pelengkap.
Baju Adat Wanita
Baju bodo merupakan salah satu warisan baju adat tertua di Indonesia. Sejak ratusan tahun yang lalu, baju bodo telah digunakan oleh penduduk Sulawesi Selatan. Baju ini pun telah mengalami perubahan seiring dengan berkembangnya zaman.
Para wanita mengenakan baju bodo dalam upacara adat hingga di kesehariannya. Pada awalnya, baju bodo digunakan tanpa penutup bagian payudara.
Namun, ketika Islam masuk ke tanah Sulawesi, baju ini kemudian disesuaikan dengan syariat Islam, yaitu ditambahkan dalaman berwarna senada untuk menutupi daerah yang terbuka.
Baju bodo berbentuk segi empat dengan lengan pendek, sesuai namanya yaitu ‘bodo’ yang berarti pendek. Ukurannya juga lebih longgar dari ukuran tubuh pemakainya. Baju ini memiliki keunikan yang terletak pada ragam warna yang melambangkan usia maupun status sosial sang pemakai.
Jingga
Warna ini digunakan untuk anak perembuan berusia kurang dari atau sampai dengan 10 tahun.
Jingga dan merah
Kedua kolaborasi warna ini biasanya digunakan pada anak perempuan berusia 10 hingga 14 tahun.
Merah
Warna merah biasanya digunakan oleh perempuan remaja atau wanita berusia 17 hingga 25 tahun.
Putih
Warna putih pada pakain adat tersebut melambangkan bahwa seorang pemakainya merupakan dukun atau pembantu.
Hijau
Pemakai baju bodo berwarna hijau adalah seorang bangsawan.
Ungu
Seorang janda juga memiliki warna baju bodo yang spesial, yaitu warna ungu.
Meskipun terdapat aturan warna dalam pemakaiannya, saat ini aturan tersebut telah pudar. Siapa saja dapat menggunakan beragam warna baju bodo tanpa mengenal umur dan status sosial.
Baca juga: Intip Uniknya Nasi Kuning Bumbu Habang Khas Kalimantan
Baju Adat Laki-Laki
Baju adat untuk laki-laki dikenal juga dengan sebutan baju jas tutu’. Baju ini mirip dengan jas pada umumnya yang berwarna hitam, berlengan panjang, memiliki kerah pada leher, dan bagian dada yang tertutup.
Keunikan baju jas tutu’ terletak pada penggunaan kancing yang terbuat dari emas atau perak. Kancing ini menghiasi baju tersebut di bagian leher.
Sebagai pelengkap, baju jas tutu’ digunakan bersamaan dengan celana kain hitam dan lipa sabbe, yaitu sarung sutra berwarna cerah yang juga digunakan sebagai padanan pada baju bodo. Selain itu, terdapat songkok recca atau songkok pa’biring yang terbuat dari anyaman rotan dan benang sutera berwarna emas di pinggiran hingga ke bagian atas songkok.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News