Istilah third place atau tempat ketiga hadir untuk menyebut tempat di luar rumah dan tempat kerja, yang berfungsi sebagai tempat untuk berinteraksi, bersosialisasi, sekaligus beristirahat. Tempat ketiga menjadi tempat orang berkumpul dengan tujuan apapun, selain di tempat kerja atau pun rumah.
Kafe, restoran, dan coffee shop merupakan third place atau tempat ketiga yang paling banyak ditemui. Kehadiran tempat ketiga ini turut mengubah gaya hidup masyarakat dari berbagai lapisan.
Dari data survei yang dilakukan oleh GoodStats yang melibatkan 1.000 responden dengan rentang usia 18-24 tahun, ditemukan fakta bahwa lebih dari setengah responden (71%) lebih memilih membeli kopi daripada menyeduh.
Menariknya, 40% di antaranya mengonsumi 2 gelas kopi dalam sehari. Bahkan, 23% responden lainnya mampu mengonsumsi hingga 3 gelas kopi tiap harinya.
Kopi Kamu, Coffee Shop Indonesia yang Berdayakan Anak Down Syndrom sebagai Barista
Starbucks, Pionir Munculnya Third Place di Dunia
Konon, Starbucks disebut menjadi pionir atas lahirnya tempat ketiga di dunia. Hal ini diakui oleh Howard Schultz, Presiden dan CEO Starbucks, yang mengungkapkan bahwa Starbucks sengaja dikonsep untuk menjadi third place, “tempat antara pekerjaan dan rumah, tempat orang mendapatkan istirahat yang membawa mereka jauh dari rutinitas kehidupan sehari-hari” (Schultz, 281).
Dilansir dari martinroll.com, Starbucks yang mulai hadir di kota Seattle, AS pada 1971 ini, bertanggung jawab penuh atas terciptanya konsep tempat ketiga. Merek ini telah berhasil mengubah cara dunia menikmati kopi saat di luar rumah dan kantor.
Sebagaimana dikutip dari most2414.com, Starbucks memang dirancang dengan mempertimbangkan kenyamanan pelanggan mereka. Dengan akses internet gratis dan dekorasi yang menarik, Starbucks mampu menarik bagi mereka yang mencari tempat untuk membaca, bersantai, atau mengobrol dengan teman secara nyaman. Hal ini juga yang menjadikan Starbucks sebagai pusat aktivitas sosial yang potensial.
“Kami tidak dalam bisnis komoditas. Kami telah menciptakan tempat ketiga. Tempat Ketiga, yang menyatukan orang-orang,” kata Schultz.
Kopi dari Biji Pepaya, Ide Baru Konsumsi Pepaya yang Kaya Akan Manfaat
Coffeshop di Indonesia Telah Menjelma sebagai Tempat Ketiga
Pertumbuhan kedai kopi (coffee shop) di Indonesia didorong oleh perubahan preferensi masyarakat dalam mengonsumsi kopi sebagai bagian dari kebiasaan sehari-hari. Suasana unik, nyaman, dan dengan masing-masing ciri khas yang dimiliki oleh kedai-kedai ini, menjadikan kopi sekaligus suasananya sebagai produk yang dicari di berbagai tempat.
Bahkan, kedai kopi di Indonesia tidak hanya sebagai tempat ketiga yang menawarkan suasana nyaman untuk beristirahat. Lebih dari itu, setidaknya sejak 2020 lalu, coffee shop di Indonesia telah menjelma sebagai tempat ketiga yang justru menjadi tempat untuk bekerja yang biasa disebut sebagai work form café (WFC).
Alternatif ini muncul sebagai perubahan sistem kerja yang menjadi lebih fleksibel. Akibatnya, banyak kedai kopi kini disulap menjadi lebih mewah, nyaman, dan menyediakan berbagai fasilitas, seperti wifi, colokan listrik, tempat ibadah, toilet, hingga AC.
Mikael Jasin Beberkan Cara Sukses Bisnis Kedai Kopi di Indonesia
Dalam survei yang dilakukan GoodStats bertajuk Pola Konsumsi Kopi Orang Indonesia Per September 2024, sebanyak 23% responden mengatakan bahwa colokan listrik menjadi salah satu fasilitas yang paling krusial. Hal ini disebabkan oleh kondisi saat ini, baik dalam bersosialisasi maupun bekerja, yang sangat membutuhkan bahkan bergantung pada laptop ataupun ponsel.
Tidak hanya itu, masih berkaitan dengan perangkat laptop dan ponsel, sebanyak 21% responden juga mengaku membutuhkan WiFi secara gratis saat di kedai kopi. WiFi menjadi penunjang yang tak kalah penting dalam bekerja dan bersosialisasi, apalagi keduanya dilakukan secara digital.
Kemudian, fasilitas ketiga yang tidak dapat ditampik ialah bahwa banyak masyarakat juga mencari ruangan ber-AC untuk ngadem atau berteduh saat berada di dalam kedai kopi. Hal ini tidak terlepas dari kondisi Indonesia yang beriklim tropis sehingga membuat masyarakat membutuhkan tempat yang lebih sejuk. Oleh karena itu, sebanyak 17% responden mengaku membutuhkan AC saat berada di kedai kopi.
Nyaris Satu Abad, Menilik Salah Satu Kedai Kopi Tertua di Bandung
Ketiga aspek tersebut menjadi fasilitas penunjang paling utama yang paling banyak dicari masyarakat saat mengunjungi sebuah kedai kopi untuk berbagai tujuan: ‘work from cafe’, ‘study from cafe’, atau hanya sekedar bercengkrama di kedai kopi.
Kedai kopi kini telah menjadi alternatif dari public space di Indonesia yang sangat terbatas – terbatas dari segi jumlah dan terbatas dari segi jam operasional. Banyak ruang publik yang hanya dapat diakses sampai pukul 17.00 WIB, Akibatnya, ruang publik tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang membutuhkan ruang saat malam hari. Maka, kedai kopi hadir menjadi sebuah opsi.
Apalagi, Purwanto (2016) mengungkapkan pemaknaan baru perihal ruang coffee shop sebagai tempat yang “fresh and pleasure”. Situasi dengan penataan ruang yang bersih, terang, dan menarik secara visual; serta aspek pleasure yangdimaknai sebagai ruang dengan suasana menyenangkan, bahagia, dan kepuasan, turut menjadi faktor penarik kedai kopi digandrungi akhir-akhir ini.
Berbicara perihal work from café, Arifin (2024) menyatakan bahwa pekerja dengan status freelance mendominasi kegiatan bekerja di café. Fenomena ini terjadi sebab para pekerja lepas membutuhkan suasana yang lebih fleksibel, santai, dan nyaman. Arifin juga menambahkan bahwa ruang kerja yang baik telah terbukti mampu meningkatkan rasa loyalitas dan semangat bekerja dalam diri karyawan.
Terus Bertambah, Begini Sejarah Perkembangan Coffee Shop di Indonesia
Referensi:
- Arifin, Zulkifli & Rahma Amin. 2024. “Modifikasi Waktu Luang Pekerja Perempuan di Kafe (Studi Deskriptif di Ruang Jurnalis Perempuan Makassar)”. Al Qisthi. Volume 14, Nomor 1.
- https://martinroll.com/resources/articles/strategy/secret-starbucks-brand-success/
- https://www.most2414.com/starbucks-vs-dunkin-donuts-business-model/
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News