mengetahui dua metode pengolahan limbah penyamakan kulit yang dicetuskan dosen itb - News | Good News From Indonesia 2024

Mengetahui Dua Metode Pengolahan Limbah Penyamakan Kulit yang Dicetuskan Dosen ITB

Mengetahui Dua Metode Pengolahan Limbah Penyamakan Kulit yang Dicetuskan Dosen ITB
images info

Pembangunan di bidang industri telah lama menimbulkan keresahan masyarakat. Sebab, pelaku industri biasanya kurang memperhatikan pengelolaan limbah.

Hal ini juga berlaku bagi industri penyamakan kulit. Banyak masyarakat yang berada di sekitar industri penyamakan kulit mengaku sangat terganggu oleh bau limbah yang dibuang ke sungai dan menyengat hidung.

Menanggapi berbagai permasalahan tersebut, Tim dosen dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) memperkenalkan alat pengolahan limbah untuk penyamakan kulit. Alat ini memanfaatkan tumbuhan sebagai pengolahan limbah.

Dalam praktiknya, alat pengolahan limbah penyamakan kulit ini disebut sebagai lahan basah buatan yang dibuat bertingkat dan bisa mengapung.

“Fungsinya mengolah limbah dengan menggunakan tumbuhan,” jelas Taufikurahman, dosen ITB, dikutip dari Tempo.

Tim ITB Berhasil Kembangkan Bensin dari Minyak Sawit dan Sukses Uji Coba

Alat pengolahan limbah penyamakan kulit ini diperkenalkan di daerah Sukaregang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sebab, di kawasan tersebut, industri penyamakan kulit cukup banyak.

Data dari UPT Disperindag dan ESDM Kecamatan Garut Kota tahun 2018 menunjukkan, ada setidaknya 387 unit usaha penyamakan kulit di Sentra Industri Kulit Sukaregang, Kabupaten Garut.

Bersama Devi N. Choesin, Taufikurahman telah mengadakan pertemuan yang melibatkan masyarakat terdampak limbah, perangkat kelurahan, perwakilan Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI), hingga perwakilan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut pada 24 Oktober 2024 lalu untuk mencoba menjawab berbagai permasalahan tersebut.

Canggih dan Inovatif, Mahasiswa ITB Rancang Pengubah Sampah Plastik Menjadi Listrik

 Model Pengolahan Limbah Penyamakan Kulit

Dalam menangani persoalan limbah dari pengamakan kulit yang didominasi oleh permasalahan bau busuk, Taufikurahman dan Devi N. Choesin mencetuskan dua model sebagai opsi, yakni Constructed Wetland Terapung dan Model Sederhana Bertingkat. Kedua model ini menggunakan media alami seperti ijuk dan tanaman air yang bertujuan untuk menyaring limbah cair

Model pertama ialah lahan basah buatan (built wetland). Lahan basah buatan (built wetland) menggunakan kerangka dari pipa peralon berukuran 2x1 meter. Pipa yang dibentuk persegi panjang ini nantinya diisi dengan ijuk, jaring, serta berbagai jenis tanaman, seperti rumput gajah, ekor kucing, dan bunga tasbih.

Komposisi ini disusun sebagai alat penyerap limbah.

Pertama di Indonesia, ITB Akan Bangun Teleskop Radio VGOS Berstandar Internasional di Bosscha

Sistem ini dapat diterapkan di kolam limbah setiap industri penyamakan kulit dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL, bahkan skala UMKM sekalipun. Menariknya, lahan basah buatan (built wetland) ini dinilai terhitung lebih murah dan mudah dalam perawatan.

“Kalau di luar negeri sudah biasa dipakai untuk limbah industri atau domestik,” ujar Taufik.

Sayangnya, sistem ini membutuhkan lahan yang cukup luas. Oleh karena itu, opsi kedua sistem pengelolaan limbah penyamakan kulit dikonsep berbentuk susunan tiga kotak bertingkat yang disebut sebagai Constructed Wetland Terapung.

Susunan vertikal ini nantinya berisi berisi media filtrasi yang mencakup kerikil, arang, dan ijuk. Sistem susunan bertingkat dinilai lebih efisien terhadap lahan yang terbatas.

Cara Masyarakat Adat Aru Serukan Peduli Lingkungan di Maluku Saat COP16 CBD Digelar

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.