menengok monumen ketenangan jiwa mengenang warga sipil jepang yang tewas di semarang - News | Good News From Indonesia 2024

Menengok Monumen Ketenangan Jiwa, Mengenang Warga Sipil Jepang yang Tewas di Semarang

Menengok Monumen Ketenangan Jiwa, Mengenang Warga Sipil Jepang yang Tewas di Semarang
images info

Kota Semarang memiliki banyak peninggalan sejarah yang tidak begitu terkenal, salah satunya adalah Monumen Ketenangan Jiwa. Monumen ini dibangun untuk mengenang Pertempuran 5 Hari di Semarang pada 14 Oktober 1945.

Dimuat dari Detik, Monumen yang berada di Kelurahan Bandarharjo. Semarang Utara ini diyakini menjadi tempat para arwah penjajah Jepang. Peristiwa ini terpatri di bongkahan batu besar di tepi kota dekat Pantai Baruna.

Cerita Gedung Setan di Semarang yang Jadi Tempat Berkumpul Freemansory

“Monumen ini didirikan untuk memperingati arwah para korban peristiwa pertempuran lima hari pada tanggal 14 Oktober 1945 di Semarang dan tempat sekitarnya,” tulis salah satu penggagas monumen, Aoki Masafumi.

150 orang Jepang tewas

Aoki menjelaskan monumen ini menceritakan kisah pilu mengenai warga sipil Jepang yang tak bisa lolos dari pertempuran lima hari dan harus mendekam di Penjara Bulu Semarang. Di batu itu tercatat ada 150 orang Jepang yang tewas di dalam penjara.

“Pada akhirnya hanya kematian yang harus ditempuh di Penjara Bulu. Lebih dari 150 jiwa menjadi korban. Di dalam kamar penjara terdapat kata-kata tertulis di tembok dengan goresan darah yang mengalir dari raga mereka “Hidup Kemerdekaan Indonesia,” tulis Aoki.

Monumen yang diresmikan sejak 14 Oktober 1998 oleh Wali Kota Madya Semarang, Soetrisno Soeharto jadi tempat belasungkawa bagi warga Jepang yang meninggal. Selain itu, jadi pelajaran agar peristiwa itu tak terulang kembali.

Pasar Johar, Titik Sejarah Semarang yang Jadi Asal Sound Viral Tren Baju Lebaran Shimmer

“Semoga pengorbanan yang mulia dapat menjadikan landasan bagi perdamaian di seluruh dunia dan peristiwa menaaskan ini tidak terulang kembali,” harapnya.

“Saya mendoakan dengan tulus hati rantai persahabatan Jepang dan Indonesia agar lebih dipersatukan lagi. Akhir kata saya memohon agar arwah para pahlawan yang mulia berbaringlah dengan tenang di sini. Dengan mengatupkan tangan, 14 Oktober 1998, Masafumi Aoki,” lanjutnya.

Dikunjungi turis Jepang

Edi Wiyanto, salah seorang warga setempat yang dipercaya menjadi penjaga monumen menuturkan banyak turis Jepang datang ke Monumen Ketenangan Jiwa untuk memperingati Pertempuran Lima Hari di Semarang.

“Mulai Agustus pasti yang punya ahli waris datang ke sini. Sebelum COVID-19, di sini selalu diadakan upacara. Karena yang diserahkan Pemkot untuk memegang Ketenangan Jiwa itu saya, saya bersihkan rumput-rumputnya yang tinggi,” kata Edi.

Edi menjelaskan tidak hanya warga dari Jepang yang datang untuk melihat monumen itu. Bahkan masyarakat dari luar kota yang tengah memiliki hajat kerap kali berkunjung, berdoa agar permintaannya bisa dikabulkan.

Wujud Akulturasi Budaya, Perkumpulan Boen Hian Tong Semarang Ciptakan Gamelan Cina Jawa

Tetapi, peninggalan sejarah itu sekarang mulai ditinggalkan. Bahkan Edi yang merawatnya tidak pernah mendapatkan bayaran. Akses jalan yang sulit dan berlumpur membuat banyak wisatawan tak tertarik mengunjungi monumen itu.

“Memang yang jadi perhatian, jalan itu. Ini kan aset, sejarah, tapi jalannya seperti itu. Padahal jalan di kota di dibangun, tapi akses menuju sejarah malah seperti itu,” kata Edi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.