Mahabarata merupakan kisah tentang permusuhan antara Korawa dan Pandawa. Artikel ini akan membahas tentang tokoh wayang perempuan yang berada di pihak Korawa yang berperan penting. Kawan, yuk, kita simak bersama!
Dewi Gendari, Iri Dengki yang Membawa Kehancuran Dunia
Tokoh wayang perempuan ini, memainkan peran utama yang paling antagonis dalam kisah Mahabarata. Betapa tidak, ia merupakan ibunda para Korawa yang sifat angkara-murkanya menyebabkan perang besar yang menelan jutaan jiwa.
Dewi Gendari merupakan adik Prabu Gendara, Raja Kerajaan Gandaradesa, yang menantang Prabu Pandu dari Astina untuk uji kesaktian. Saat itu Pandu baru saja memenangkan sayembara berupa dua putri dari Kerajaan Mandraka dan Kuntiboja.
Jika Pandu berhasil mengalahkannya, maka ia akan mendapatkan Dewi Gendari, adiknya. Jika kalah, maka Pandu harus menyerahkan kedua putri itu kepadanya.
Malang bagi Prabu Gendara ia tewas di tangan Pandu. Sesuai dengan perjanjian, maka Dewi Gendari pun ikut dengan Pandu. Pandu yang berhasil membawa tiga orang putri ini, berniat akan memberikannya juga kepada 2 orang saudaranya.
Destarata, kakak Pandu yang buta mendapatkan kesempatan pertama untuk memilih, dan pilihannya jatuh pada Gendari. Inilah titik awal rasa benci Gendari kepada Pandu dan keturunannya.
Yamawidura (adik Pandu) menolak pemberian ini. Akhirnya Pandu menikahi dua putri sekaligus, yaitu Dewi Kunti dan Dewi Madrim, yang kelak akan melahirkan Pandawa Lima.
Meneladani Dewi Kunti, Ibu Para Satria Pandawa
Ketika Dewi Kunti melahirkan seorang putra yang diberi nama Puntadewa, hal ini menambah rasa dengkinya. Apalagi ia telah mengandung selama 2 tahun, tetapi tak jua kunjung melahirkan.
Karena kesal Gendari memukuli perutnya sendiri, sehingga keluarlah seonggok daging besar, yang kemudian pecah menjadi 100 potongan daging kecil-kecil. Oleh mertuanya, Resi Wiyasa, setiap potongan daging tadi dimasukkan dalam kendi.
Beberapa saat kemudian, pecahlah kendi pertama dan daging berubah menjadi seorang bayi laki-laki, yang diberi nama Suyudana. Keesokan harinya, muncul anak laki-laki kedua yang diberi nama Dursasana.
Demikian seterusnya hingga 98 hari ke depan. Total ada 99 lelaki dan 1 perempuan, anak Dewi Gendari dan Destarata itu, kemudian dijuluki sebagai Korawa 100.
Hasutan adik Gendari, yang bernama Arya Sangkuni, mendorongnya agar mendudukkan putra sulungnya, Suyudana untuk menjadi putra mahkota Astina, sepeninggal Prabu Pandu Dewanata. Padahal sesuai kesepakatan, jika anak Pandu sudah dewasa, maka tahta harus diserahkan kepada Puntadewa.
Bermula dari dendam dan dengki Dewi Gendari inilah, yang menyebabkan permusuhan Korawa dan Pandawa menjadi abadi. HIngga berujung pada pecahnya perang antarmereka, yang dikenal dengan nama Bharata Yudha.
Setelah Bharata Yudha yang menewaskan seluruh putra Korawa. Gendari, Destarata, dan Kunti lalu menjalani kehidupan sebagai pertapa di hutan. Mereka semua tewas terbakar, ketika terjadi kebakaran di sana.
Dewi Banowati, Istri Raja Astina yang bersimpati pada Pandawa
Dewi Banowati merupakan istri Prabu Suyudana, sulung dari Korawa. Ia putri Prabu Salya, raja dari Kerajaan Mandraka dengan Dewi Pujiwati.
Sesungguhnya Dewi Banowati mencintai Arjuna, tetapi Arjuna sudah dijodohkan dengan Dewi Sumbadra sejak kecil. Ketika Suyudana melamarnya, Prabu Salya menerima lamaran itu, tetapi Banowati meminta dengan 2 syarat.
Adapun syarat itu adalah perias pengantin wanita haruslah seorang pria tampan tanpa cacat dan untuk arak-arakan, pengantin akan menunggang gajah putih dengan pawang wanita.
Singkat kata, hanya Arjunalah yang pantas menjadi periasnya. Sebab, memang Sang Lelananging Jagat. Tahukah Kawan, ini adalah cara Banowati agar dapat bertemu Arjuna untuk terakhir kali sebelum pernikahan?
Arjuna, Ksatria Tampan yang Berbudi Luhur
Dari perkawinan dengan Prabu Suyudana, Banowati melahirkan anak yang bernama Lesmana Mandrakumara yang juga memiliki perangai seperti ayahnya. Dalam perang Bharata Yudha, Lesmana tewas di tangan Abimanyu, putra Arjuna.
Sementara itu, Prabu Suyudana terbunuh terkana pukulan gada, dalam perang tanding melawan Bima. Setelah perang usai, Dewi Banowati menikah dengan Arjuna.
Hal ini membuat marah beberapa kerabat Korawa yang masih hidup. Pernikahannya dengan Arjuna, dianggap sebagai penghinaan terhadap mendiang Prabu Suyudana.
Aswatama, putra Resi Durna yang selamat dari perang yang maha dahsyat tersebut berhasil menyelinap masuk ke Astina. Lalu ia membunuh Dewi Banowati yang dianggap sebagai pengkhianat.
Dursilawati, Satu-satunya Perempuan dalam Korawa
Dursilawati adalah satu satunya Perempuan dari 100 Korawa. Ia merupakan anak bungsu dari Dewi Gendari dan Prabu Destarata.
Ia dikenal sebagai putri yang memiliki banyak kesedihan sejak kecil. Ibunya, Dewi Gendari tidak pernah memperhatikannya, karena disibukkan oleh kemarahan dan kedengkiannya kepada Pandawa.
Dursala adalah nama lainnya, dan ia menikah dengan Jayadrata, Raja Kerajaan Banakeling yang juga tewas dalam Bharata Yudha. Dursilawati tidak ikut berperang, sehingga ia menjadi satu-satunya Korawa yang tetap hidup. Ia mendidik anaknya untuk tidak memiliki dendam terhadap Pandawa.
Referensi:
- Sucipto, Mahendra (2009). Ensiklopedia Tokoh-tokoh Wayang & Silsilahnya. Yogyakarta: Narasi.
- Soetarno, R. (1994). Ensiklopedia Wayang. Semarang: Dahara Prize
- R, Wiwien Widyawati (2009). Ensiklopedi Wayang. Yogyakarta: Pura Pustaka.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News