Perlawanan adalah kondisi di mana adanya penolakan terhadap satu sistem. Perlawanan terjadi karena adanya perbedaan ideologi atau pemikiran karena adanya sebuah perubahan. Perlawanan di Indonesia umumnya ditunjukkan dengan massa yang turun ke jalan dengan menyuarakan secara suara ataupun papan yang berisi gagasan dan pemikirannya.
Seiring berkembangnya zaman, kini cara seseorang atau kelompok makin beragam. Hal ini bisa dilihat dengan adanya aksi menyuarakan penolakan terkait ideologi atau perubahan di media sosial dan ada juga penolakan yang disuarakan melalu karya seni.
Salah satunya ada pada pameran seni kolektif yang bertempat di RUCI Art Space, Senayan, Jakarta. Melalui pameran bertajuk ‘No, But Yes!’ Eddie Hara, Sekar Puti, Vendy Methodos, menyuarakan dan menyampaikan ekspresi pribadi mereka tentang perlawanan.
Dikutip dari kata pengantar pameran, walau terlihat seperti pemberontakan, namun kenyataannya, kami hanya menantang status tersebut, mengatakan 'tidak' untuk akhirnya mengatakan 'ya' pada ekspresi diri sejati yang selaras dengan visi kami. Pameran No, But Yes! yang dikurasi oleh Zarani Risjad menggambarkan semangat menantang norma-norma yang ada mendominasi industri seni pada saat itu.
Penolakan Eddie Hara kepada aturan utama seni telah membuka jalan untuk seniman generasi baru bereksperimen dengan bebas dan menciptakan keunikan pada ruang mereka sendiri dalam industri.
Praktik kreatif Sekar Puti bercerita tentang perempuan dan suasana rumah tangganya, menjadikan pengalamannya menjadi bahasa visual yang sangat pribadi dan universal beresonansi dengan perempuan dalam upaya mereka sendiri untuk aktualisasi diri dan otonomi.
Methodos, dengan gaya khas miliknya, sindiran dan filosofi, mengajak orang lain untuk memikirkan kembali peran mereka dalam struktur hierarki serta menyoroti potensi perlawanan dan perubahan.
Melalui pameran ‘No, But Yes!’ pengunjung disuguhkan beragam karya seni dengan gaya yang berbeda dan warna yang beragam. Mulai dari lukisan pada kanvas, linen dan kertas, ukiran keramik menjadi objek 2D dan 3D dan karya seni patung dari stainless steel.
Setelah dari pintu masuk pengunjung langsung bisa melihat karya Vendy Methodos yang berupa lukisan dan patung dari stainlesssteel dengan warna yang dominan merah dan hitam. Jika dilihat dari ilustrasi dan judul dari karya seninya, Methodos menyuarakan tentang ideologi yang ditujukan untuk mereka para tokoh-tokoh pejabat.
Melalui karyanya, Methodos bukan menyuarakan tentang kinerja atau buruknya satu kelompok, melainkan dia menyuarakan tentang sifat-sifat yang umum dimiliki di dalam sebuah kelompok yang tertulis pada judul karya seperti ‘People Change Rice Don’t’, ‘Pawns are Cook, Aristocrats are Good’ dan ‘Mengeluh itu sesuatu yang profan bagi kaum pencari peluh’.
Tidak jauh dari karya-karya Vendy Methodos, pengunjung dapat menikmati karya-karya lukisan dari Eddie Hara dengan gaya kontemporernya. Ilustrasi karya Hara di pameran ‘No, But Yes’ menggambarkan makhluk-makhluk seperti monster humanoid dengan warna yang cukup beragam. Jika dilihat dari judul-judulnya, lewat karyanya Hara menyuarakan aksi, dan menunjukkan sebuah gerakan seperti misalnya ‘Life is so mucheasier if you are drunk’, ‘Sees No Evil, Hear No Evil’, ‘Call 117, This is Not LowBow’.
Kemudian di ujung pameran, pengunjung dapat menikmati karya-karya dari Sekar Puti dengan mixed media yang dia gunakan. Konsep yang Puti gunakan adalah menjadikan tiap karyanya menyerupai objek-objek yang umum ditemui di rumah, khususnya di dapur seperti alat masak, buku resep dan sayur mayur. Uniknya, cara Puti menyuarakan tentang topik pameran adalah melalui judul dari buku resep atau beberapa objek lainnya dan lewat beberapa objek yang punya sebuah makna terkait perlawanan.
Pameran ‘No, But Yes!’ sudah berlangsung sejak 8 September 2024 hingga 6 Oktober 2024. Walau terkesan terlalu membahas isu politik, tetapi karya-karya yang disajikan disini umumnya tentang ideologi yang mungkin relate dengan apa yang banyak terjadi di Negara ini.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News