menyebut maut dan alam astral mengungkap pentingnya manusia punya kesadaran multidimensional - News | Good News From Indonesia 2024

Menyebut Maut dan Alam Astral, Mengungkap Pentingnya Manusia Punya Kesadaran Multidimensional

Menyebut Maut dan Alam Astral, Mengungkap Pentingnya Manusia Punya Kesadaran Multidimensional
images info

Agak mengejutkan yang dikatakan oleh Romo Fabie, seorang pastur sekaligus akademisi yang terang-terangan menyebut Gai Suhardja adalah seorang “psychedelic”.

Tentu yang ia maksud adalah psychedelic dalam pengertian positif, khususnya dalam ranah berkarya seni. Romo Fabie alias Fabianus Sebastian Heatubun mengatakannya ketika sedang membedah buku Multidimensional yang baru saja diluncurkan (27/9/2024).

Kehidupan manusia itu rumit. Membahas kehidupan lengkap dengan misterinya jauh lebih rumit. Tambahan pula, betapa makin rumit lagi membahas alam setelah kehidupan, alias akhirat dan bahkan alam maut.

Topik itulah yang menjadi pembicaraan panas antara Romo Fabie, Isabella Isthipraya, Arnold Maximillian, juga Prof. Sri Widiyantoro serta Abah Alam, dan para peserta forum bedah buku Multidimensional karya Gai Suhardja.

Misteri Multidimensi

Prof. Sri, pakar seismologi dan geofisika yang juga Guru Besar ITB dan Rektor Universitas Kristen Maranatha sempat berkelakar ketika opening speech. Katanya, penelitian-penelitiannya mengenai geofisika masih di tataran tiga dimensi, tetapi Gai sudah melompat sampai dimensi kedua belas. Luar biasa!

Manusia memang hidup dalam alam tiga dimensi, alam indrawi yang realitasnya relatif mudah dipahami melalui pancaindra tubuh manusia.

Gai sendiri mengungkapkan bahwa multidimensi adalah konsep yang tidak mudah dimengerti. Bayangkan saja, istilah-istilah metafisika, fisika kuantum, hingga tesseract, multiverse, dan dodecealmverse ada dalam buku Gai itu.

Gai Suhardja adalah seorang seniman, akademisi, penulis, juga penggerak budaya asal Bandung. Multidimensional adalah buku kesekian kalinya yang ia tulis sebagai wujud penyaluran pemikiran dan pengalaman pribadinya di tengah suasana kematian orang-orang yang teramat dicintainya secara beruntun.

Isabella Isthipraya Andreas, dosen Maranatha yang menjadi salah satu pembedah buku mengakui bahwa Multidimensional adalah cara pandang Gai terhadap kehidupan yang dilihat dari sudut pandang tidak biasa. Bahasan-bahasan lanjutan dari sisi metafisika ataupun dengan pendekatan keilmuan lainnya masih diperlukan untuk semakin memahami pemikiran-pemikiran Gai.

Sementara itu, Arnold Maximillian yang menjadi moderator sesi diskusi menyebut Gai dengan istilah “out of the box”. Ia memuji keberanian Gai mengungkapkan pengalaman dan perasaannya melalui buku Multidimensional yang menurutnya masih berupa kulit luar.

Pengalaman Astral

Romo Fabie menggarisbawahi benang merah yang mengaitkan Multidimensional dengan beberapa tulisan dan karya Gai Suhardja sebelumnya. Ada sebuah pengalaman personal yang diungkapkan, yaitu out-of-body experience (OBE).

Serupa dengan pengalaman meninggalkan tubuh yang dialami oleh Gai, Romo Fabie pun pernah mengalaminya. Ia membahas perihal ini panjang lebar sepanjang sesi diskusi.

Menurutnya, out-of-body experience dapat menjustifikasi dan mengafirmasi bahwa kehidupan bukan hanya realitas fisik. Pengalaman itu membuktikan adanya wilayah yang transenden, setidaknya bagi orang-orang yang mengalami langsung.

Ia juga membandingkan pemikiran dan pengalaman Gai dengan konsep-konsep spiritualitas dan keagamaan. Semakin panas, Romo Fabie membenturkannya dengan beberapa pemikir lain sebagai kritisi atas tesis-tesis Gai, sekaligus memperkaya wacana.

Mengatasi Maut

Gai dalam bukunya menuliskan secara gamblang bahwa manusia tidak bisa luput dari maut. Tubuh manusia punya masa hidup terbatas.

Sebagian manusia mungkin baru menyadari adanya kematian setelah memasuki usia senja, ketika mau tak mau harus menghadapinya. Ada juga orang yang tidak aware terhadap kematian, bahkan hingga akhir hidupnya ketika tiba-tiba ia berpulang.

Manusia bisa meninggal kapan pun, bukan?

Sebagian manusia ditinggalkan oleh orang-orang terkasihnya satu demi satu, menyisakan kesedihan dan kegetiran luar biasa pada dirinya. Gai Suhardja mungkin adalah satu dari kelompok ini.

Namun, ia tidak terjerumus dalam kesedihan berkepanjangan yang destruktif. Ia mengatasinya dengan cara-cara yang kreatif, mengubah situasi dengan perenungan dan pemikiran mendalam atas makna kehidupan dan kematian.

Gai berusaha memahami kehidupan dan kematian, menggalinya dari berbagai literatur dan dari berbagai sisi, membandingkannya dengan pengalaman pribadi. Kemudian, ia menuliskannya dalam buku Multidimensional, termasuk beberapa buku lain yang sudah terbit sebelumnya.

Gai tidak hanya berpikir untuk dirinya sendiri. Melalui buku Multidimensional, ia membagikan pemikirannya itu untuk mengajak para pembaca agar tidak hidup demi “sekadar hidup” saja. Ia berharap agar para pembaca punya kesadaran yang baru, lebih dari kesadaran biasa sehari-hari.

Hidup bukan hanya makan, minum, suka, dan duka. Lebih dari itu, ada realitas kehidupan yang jauh lebih tinggi.

Realitas itulah yang akan membawa manusia pada makna kehidupan. Realitas itu juga akan membawa manusia pada makna kematian, baik kematian orang-orang lain, maupun kematian diri sendiri yang pasti akan dialami.

 

Referensi:

  • https://news.maranatha.edu/photo/peluncuran-dan-bedah-buku-multidimensional
  • https://inspirensis.id/multidimensional
  • Transkripsi wawancara Villa Angelica dengan Gai Suhardja, Fabianus Sebastian Heatubun, Isabella Isthipraya Andreas, dan Arnold Maximillian, 27 September 2024

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.