legenda telaga warna di bogor jawa barat diyakini berasal dari air mata ratu purbamanah - News | Good News From Indonesia 2024

Legenda Telaga Warna di Bogor Jawa Barat, Diyakini Berasal dari Air Mata Ratu Purbamanah

Legenda Telaga Warna di Bogor Jawa Barat, Diyakini Berasal dari Air Mata Ratu Purbamanah
images info

Legenda Telaga Warna adalah salah satu kisah cerita rakyat yang berasal dari Bogor, Jawa Barat. Legenda ini mengisahkan tentang asal usul telaga yang bisa Kawan datangi di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat tersebut.

Menurut kisahnya, Telaga Warna ini diyakini berasal dari air mata Ratu Purbamanah yang memerintah di daerah tersebut dulunya. Lantas bagaimana kisah lengkap dalam legenda Telaga Warna tersebut?

Legenda Telaga Warna di Bogor Jawa Barat

Dilansir dari buku 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi, alkisah pada zaman dahulu diceritakan terdapat sebuah Kerajaan Kutatanggeuhan yang ada di wilayah Jawa Barat. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja bernama Suwartalaya dan Ratu Purbamanah.

Pasangan raja dan ratu ini memerintah kerajaan dengan adil dan bijaksana. Hal ini membuat masyarakat sangat mencintai dan menyayangi Raja Suwartalaya dan Ratu Purbamanah.

Raja Suwartalaya dan Ratu Purbamanah memiliki seorang putri bernama Gilang Rukmini. Putri dari pemimpin Kerajaan Kutatanggeuhan ini tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik jelita.

Kedua orang tua dari Gilang Rukmini sangat memanjakan dirinya. Apapun permintaan dan keinginan dari Gilang Rukmini pasti akan langsung dituruti oleh sang raja dan ratu.

Namun perlakuan ini justru membuat Gilang Rukmini tumbuh dengan perilaku buruk dan egois. Dirinya selalu ingin semua permintaan yang dia minta terpenuhi dan dikabulkan.

Jika permintaan dari Gilang Rukmini tidak sanggup untuk dipenuhi, maka dirinya akan langsung marah dan bertindak kasar kepada orang sekitarnya. Meskipun berperilaku demikian, Raja Suwartalaya, Ratu Purbamanah, serta masyarakat memaklumi perilaku dari putri kerajaan tersebut.

Selang beberapa waktu, Gilang Rukmini akhirnya menginjak usia yang ke-17 tahun. Melihat putrinya yang sudah tumbuh dewasa, Raja Suwartalaya akhirnya memutuskan untuk mengadakan pesta ulang tahun secara besar-besaran.

Sang raja kemudian melakukan berbagai persiapan di istana untuk menyambut pesta ulang tahunnya tersebut. Tidak lupa pula, sang raja turut mengundang seluruh masyarakat untuk merayakan acara pesta bersama-sama.

Masyarakat Kerajaan Kutatanggeuhan juga tidak mau ketinggalan. Mereka kemudian bermusyawarah untuk menentukan kado apa yang akan diberikan kepada Gilang Rukmini.

Akhirnya masyarakat memutuskan untuk menghadiahkan Gilang Rukmini sebuah kalung berhiaskan batu permata berwarna warni. Masyarakat kemudian menyumbang bersama-sama dan memesan kalung tersebut kepada pengrajin ternama.

Hari pesta perayaan ulang tahun pun tiba. Masyarakat yang hadir di pesta tersebut menyambut dengan suka cita kemunculan Raja Suwartalaya, Ratu Purbamanah, serta Gilang Rukmini.

Pada saat sang putri sudah muncul, perwakilan masyarakat pun memberikan hadiah ulang tahun untuk Gilang Rukmini kepada Raja Suwartalaya.

Sang raja menerima hadiah dari masyarakatnya tersebut dengan perasaan bahagia. Dirinya kemudian membuka kado dari masyarakat tersebut dan senang melihat hadiah kalung permata yang ada di dalamnya.

Respon yang sama juga ditunjukkan oleh Ratu Purbamanah. Kemudian sang ratu menyuruh Gilang Rukmini memakai kalung hadiah dari masyarakat tersebut.

Alih-alih memakai, Gilang Rukmini justru melemparkan kalung perhiasan hadiah dari masyarakat tersebut. Dirinya menganggap hadiah yang diberikan oleh masyarakat tidak menarik dan membuangnya begitu saja.

Ratu Purbamanah langsung menangis melihat perlakuannya tersebut. Dirinya kecewa melihat perlakuan sang putri atas hadiah yang diberikan oleh masyarakat dengan penuh rasa cinta dan pengorbanan.

Kekecewaan yang dalam membuat tangis dari Ratu Purbamanah tidak berhenti. Lama kelamaan, tangis dari sang ratu justru memunculkan genangan di dalam istana.

Tidak lama kemudian, sebuah genangan air juga muncul di luar istana. Selang beberapa saat, seluruh Kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam oleh genangan air tersebut dan berubah menjadi sebuah telaga.

Wilayah Kerajaan Kutatanggeuhan yang tenggelam inilah yang diyakini sebagai asal mula kemunculan Telaga Warna yang ada hingga saat ini. Pada pagi hari, telaga ini diyakini memantulkan warna yang indah yang dipercaya berasal dari kalung perhiasan yang dibuang oleh Gilang Rukmini dulunya.

Sumber:
- Reza, Marina Asril. 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi. Visimedia, 2010.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.