5 tradisi pendewasaan unik di indonesia - News | Good News From Indonesia 2024

5 Tradisi Pendewasaan Unik di Indonesia, dari Penggal Kepala hingga Uji Kesucian

5 Tradisi Pendewasaan Unik di Indonesia, dari Penggal Kepala hingga Uji Kesucian
images info

Menjadi dewasa adalah momen penting dalam hidup, dan di berbagai daerah di Indonesia, momen ini dirayakan dengan cara yang unik melalui upacara adat. Setiap suku memiliki tradisinya masing-masing untuk menandai peralihan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan. 

Penasaran dengan berbagai ritual adat yang penuh filosofi dan tantangan ini? Yuk, simak ulasan berikut!

Fahombo: Suku Nias

Kawan GNFI, coba bayangkan, untuk dianggap dewasa, para lelaki harus melompati batu setinggi dua meter tanpa bantuan apa pun! Itulah fahombo” atau tradisi lompat batu dari Nias, Sumatra Utara. Dalam sejarahnya, fahombo dulu diadakan sebagai bagian dari persiapan perang. Namun, kini ritual ini lebih sering dilakukan sebagai atraksi budaya.

Pemuda Nias harus membuktikan keberanian dan kekuatan mereka dengan melompati tumpukan batu yang cukup tinggi. Ini bukan sekadar tantangan fisik, tetapi juga sebagai pertanda kesiapan seorang pria untuk bisa menikah, serta menunjukkan kemampuan dalam melindungi sukunya jika terjadi konflik.

Fahombo, Tradisi Lompat Batu di Nias | Photo by Doni Ismanto from Wikipedia
info gambar

Kerik Gigi: Suku Mentawai

Duh, mendengar kata “kerikgigi” saja sudah membuat kita bergidik! Namun, bagi perempuan suku Mentawai di Sumatra Barat, ritual ini menjadi simbol penting menuju kedewasaan. Mereka percaya bahwa mengikir gigi hingga runcing membuat wanita terlihat lebih cantik, serta menarik di mata pria. 

Meskipun prosesnya menyakitkan karena dilakukan tanpa pembiusan atau sterilisasi, ritual kerik gigi tetap dilestarikan lantaran diyakini sebagai kunci untuk mencapai kebahagiaan hidup dan ketenangan jiwa.

Kerik Gigi, Tradisi suku Nias | Photo by Collectie Wereldmuseum, part of the National Museum of World Cultures via Wikimedia Commons
info gambar

Posuo: Suku Buton

Posuo” adalah upacara adat dari suku Buton, Sulawesi Tenggara, dilakukan bagi gadis remaja yang tengah beranjak dewasa. Selama delapan hari, perempuan Buton akan diisolasi di sebuah ruangan khusus yang disebut “suo”. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan diri secara mental dan spiritual agar menjadi wanita yang siap melangkah ke jenjang pernikahan.

Berdasarkan ulasan dari Halo Sultra, ada suatu ritual unik bagi bangsawan Buton yang bergelar “waode”, berupa makan bersama diiringi dengan tabuh gendang. Ini cukup mendebarkan, sebab gendang tersebut—konon—bukan hanya sekadar iringan musik, tetapi juga dianggap sebagai ujian kesucian. Jika gendang itu pecah saat ditabuh, dipercaya bahwa salah satu gadis yang mengikuti posuo sudah pernah berhubungan badan dengan lawan jenis.

Baca juga: Asal Usul Suku Buton, Dari Membangun Perkampungan Hingga Kesultanan 

Pataheri: Suku Naulu

Tradisi “pataheri” menandai transisi menuju kedewasaan bagi laki-laki suku Naulu di Maluku. Keunikan dari pataheri, yaitu setiap pria Naulu harus mengenakan celana pendek, serta kain berang sebagai ikat kepala. Dikutip dari Indonesia Kaya, warna merah pada ikat kepala yang disebut kain berang ini menandakan kedewasaan dan keberanian yang diharapkan ada pada setiap lelaki Naulu.

Ritual pataheri ini dulunya melibatkan prosesi “mengayau” (memenggal) kepala manusia sebagai simbol keperkasaan lelaki suku Naulu yang beranjak dewasa. Namun, seiring berkembangnya zaman dan berlakunya hukum negara, praktik tersebut digantikan dengan menangkap dan memenggal kepala ayam atau kuskus.

Pinamou: Suku Naulu

Sama-sama membahas tentang tradisi suku Naulu seperti pada poin sebelumnya, nah, kali ini kita akan mengulas ritual adat pendewasaan yang khusus bagi perempuannya.

Dilansir dari Kantor Bahasa Maluku, saat pertama kali mengalami menstruasi, perempuan yang melakukan tradisi “pinamou” diasingkan ke rumah khusus bernama “posune”, yang terbuat dari kayu dan bambu. Selama di posune, mereka belajar untuk hidup mandiri dengan perlengkapan dan bekal yang telah disiapkan oleh keluarga.

Setelah menstruasi selesai, dimulailah prosesi adat dengan dipandu oleh tetua perempuan yang disebut dengan “mama biang”. Pinamou mencakup berbagai ritual, seperti: mengikir gigi, meluluri badan dengan kunyit dan kelapa, makan bersama, hingga mandi di mata air. Setiap tahapan sarat nilai budaya, dengan harapan bahwa perempuan suku Naulu tumbuh sebagai sosok dewasa yang dikelilingi dengan segala hal baik.

Baca juga: Ragam Ritual Pemakaman Adat sebagai Budaya Unik nan Sakral di Indonesia

Di balik setiap upacara adat ini, ada makna mendalam tentang arti kedewasaan yang bukan hanya persoalan umur. Setiap tradisi tersebut mengajarkan kita nilai keberanian, pengendalian diri, tanggung jawab, dan spiritualitas. 

Nah, Kawan GNFI, yuk, kita sama-sama berkontribusi untuk terus melestarikan kekayaan budaya Indonesia! Salah satu caranya bisa dengan membagikan artikel ini, ya!

 

Sumber referensi:

  • HaloSultra - https://www.halosultra.com/ragam/wisata/17716/melihat-upacara-adat-posuo-untuk-gadis-suku-buton-yang-beranjak-dewasa/
  • IndonesiaKaya - https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/kain-berang-filosofi-kehidupan-dalam-ikat-kepala-merah-suku-huaulu/
  • Jurnal Aplikasi Kebijakan Publik dan Bisnis (Eksistensi Budaya Pataheri Suku Naulu di tengah Arus Modernisasi pada Negeri Nuanea) - https://stia-saidperintah.e-journal.id/ppj/article/view/86
  • Kemdikbud.go.id - https://kantorbahasamaluku.kemdikbud.go.id/2024/06/pinamou-tradisi-yang-turut-menjaga-keberlangsungan-bahasa-daerah/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.