Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor energi panas bumi atau geothermal, bahkan menjadi salah satu negara dengan cadangan geothermal terbesar di dunia.
Dengan sekitar 40 persen dari total cadangan global, potensi ini setara dengan 24 gigawatt (GW).
Meski demikian, hingga saat ini kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang sudah dimanfaatkan baru mencapai 2,6 GW. Ini menempatkan Indonesia di posisi kedua dunia dalam kapasitas geothermal setelah Amerika Serikat.
Ekonomi Hijau dan Energi Bersih, Fokus Baru Kemitraan Indonesia-Australia
Akumulasi investasi geothermal di Indonesia
Selama sepuluh tahun terakhir, akumulasi investasi di sektor geothermal Indonesia telah mencapai 8,7 miliar dolar AS. Investasi ini menunjukkan komitmen kuat pemerintah dan pelaku industri dalam mendorong pemanfaatan energi terbarukan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan dalam Indonesia International Geothermal di Jakarta Convention Center bahwa investasi ini diharapkan terus meningkat, seiring dengan target pemerintah untuk memperluas pemanfaatan energi terbarukan dalam bauran energi nasional.
Dorong Dekarbonisasi Sektor Energi, Indonesia-Jepang Kolaborasi Wujudkan NZE 2030
Dampak investasi: lapangan Kerja dan kontribusi ekonomi
Pembangunan PLTP memiliki dampak besar bagi perekonomian Indonesia. Tidak hanya meningkatkan kapasitas energi nasional, proyek-proyek geothermal juga telah membuka sekitar 900 ribu lapangan pekerjaan.
Selain itu, sektor ini menyumbang sekitar Rp16 triliun kepada negara setiap tahunnya. Dampak positif lainnya adalah pengurangan emisi karbon dioksida (CO2) hingga 17,4 juta ton per tahun, yang sejalan dengan komitmen Indonesia dalam upaya global untuk menangani perubahan iklim.
Meski memiliki potensi besar, pengembangan energi geothermal di Indonesia menghadapi berbagai tantangan.
Salah satu kendala utama adalah belum terkoneksinya jaringan distribusi energi secara optimal, terutama di wilayah-wilayah terpencil. Bahlil menyebutkan bahwa kurangnya konektivitas jaringan listrik menjadi salah satu faktor yang memperlambat pencapaian target energi baru terbarukan (EBT).
Saat ini, dari total kapasitas listrik nasional sebesar 93 GW, hanya sekitar 17,7 GW atau 15 persen yang berasal dari sumber energi baru terbarukan.
Padahal, sesuai dengan Paket Kebijakan Energi Nasional, Indonesia menargetkan peningkatan porsi EBT menjadi 23 persen pada 2025. Pencapaian target ini memerlukan upaya yang lebih intensif, baik dari sisi investasi maupun perbaikan infrastruktur energi.
Ketergantungan Indonesia dan Filipina pada Batu Bara Melonjak ke Level Tertinggi!
Potensi masa depan untuk energi berkelanjutan
Melihat tantangan yang ada, pemerintah Indonesia terus berupaya untuk mempercepat pembangunan infrastruktur pendukung, seperti jaringan distribusi listrik yang lebih baik.
Dengan peningkatan investasi dan penyelesaian kendala infrastruktur, potensi geothermal di Indonesia dapat dimanfaatkan secara lebih optimal. Pemanfaatan ini tidak hanya akan menopang kebutuhan energi nasional, tetapi juga membantu Indonesia dalam transisi menuju energi bersih yang berkelanjutan.
Seiring perkembangan teknologi dan peningkatan investasi, geothermal menjadi salah satu solusi utama bagi kebutuhan energi masa depan Indonesia.
Selain bersifat ramah lingkungan, energi panas bumi juga dapat diandalkan sebagai sumber energi yang stabil dan berkelanjutan.
Pengembangan sektor ini tidak hanya sekeder mempercepat pencapaian target bauran energi, tetapi juga mendukung upaya Indonesia dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Menilik Komitmen Pemerintah dalam Mengurangi Pemanfaatan Batu Bara dan Mewujudkan Net Zero Emission 2060
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
