Dalam beberapa tahun terakhir, komitmen Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 terus digaungkan.
Ada berbagai sorotan untuk langkah pemerintah untuk hal ini. Salah satunya adalah dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang menyebutkan bila telah memulai berbagai langkah konkret untuk mengurangi pemanfaatan batu bara sebagai sumber energi utama di Indonesia.
Langkah ini dikatakan tidak hanya berfokus pada pengurangan emisi karbon, tetapi juga menjaga stabilitas ekonomi serta kesejahteraan masyarakat yang terlibat dalam industri batu bara.
Ekonomi Hijau dan Energi Bersih, Fokus Baru Kemitraan Indonesia-Australia
Pemanfaatan batu bara dan komitmen NZE
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mengatakan meskipun Indonesia berkomitmen untuk mencapai NZE, pemanfaatan batu bara sebagai sumber energi tidak serta merta dihentikan secara tiba-tiba.
Sebaliknya, pemerintah akan mengurangi penggunaannya secara bertahap sambil menerapkan teknologi ramah lingkungan seperti Clean Coal Technology (CCT) pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang masih beroperasi.
"Langkah-langkah konkret ini dilakukan agar kita dapat menjaga keamanan pasokan energi dalam negeri, sambil tetap berkomitmen menuju net zero dengan dukungan kebijakan, investasi, dan teknologi ramah lingkungan pada PLTU," ujar Bahlil saat menghadiri acara Coaltrans Asia 2024 di Bali.
Salah satu strategi utama dalam mencapai NZE adalah dengan memensiunkan dini beberapa PLTU yang berbasis batu bara.
Dorong Dekarbonisasi Sektor Energi, Indonesia-Jepang Kolaborasi Wujudkan NZE 2030
PLTU bakal dipensiunkan
Melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan, pemerintah telah menyusun peta jalan untuk pemensiunan 13 PLTU secara bertahap.
Langkah ini disebut diambil dengan sangat hati-hati, mempertimbangkan aspek keekonomian serta mencegah potensi kekurangan pasokan listrik dan kenaikan harga energi.
Untuk PLTU yang tetap beroperasi, pemerintah telah menerapkan teknologi supercritical dan ultra-supercritical yang lebih ramah lingkungan.
Saat ini, terdapat tujuh PLTU dengan kapasitas total 5.455 megawatt (MW) yang telah menggunakan teknologi tersebut, termasuk PLTU Cirebon, PLTU Paiton 3, PLTU Cilacap 3, PLTU Adipala, PLTU Banten/LBE 1, PLTU Jawa 7 Unit 1, dan PLTU Jawa 8.
Pgembangan lebih lanjut dari PLTU dengan teknologi ultra-supercritical juga direncanakan di sembilan lokasi di Pulau Jawa dengan total kapasitas 10.130 MW hingga tahun 2028.
Selain penerapan teknologi yang lebih efisien, pemerintah juga mendorong penerapan cofiring di PLTU, yakni pencampuran bahan bakar batu bara dengan biomassa yang berasal dari perkebunan sawit dan sumber lainnya.
Strategi ini pun disebut-sebut efektif dalam mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh PLTU.
Peresmian PLTS Ground-Mounted Terbesar di Indonesia: Langkah Strategis Menuju Transisi Energi Berkelanjutan
Dampak ekonomi dari kebijakan energi
Dalam konteks ekonomi, transisi dari batubara ke sumber energi terbarukan memang membawa tantangan. Namun, kebijakan ini juga membuka peluang baru.
Investasi dalam teknologi ramah lingkungan dan energi terbarukan diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru dan memacu pertumbuhan sektor-sektor terkait seperti teknologi hijau dan energi terbarukan.
Penerapan teknologi seperti Clean Coal Technology (CCT) dan cofiring tidak hanya bertujuan mengurangi emisi karbon tetapi juga meningkatkan efisiensi operasional PLTU.
Teknologi ini dapat mengurangi biaya operasi jangka panjang dan mengurangi dampak lingkungan dari pembangkit yang masih beroperasi.
GBK Jadi Gedung Olahraga Pertama di RI yang Gunakan 100% EBT
Transisi energi, bakal adil dan inklusif?
Dengan hampir 60 persen atau sekitar 91 gigawatt (GW) kapasitas pembangkit listrik di Indonesia masih bergantung pada batu bara, pemerintah menyebutkan bahwa transisi energi ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
Transisi yang terlalu cepat tanpa perencanaan yang matang dapat menimbulkan dampak sosial-ekonomi yang signifikan, terutama bagi daerah-daerah yang bergantung pada industri batu bara.
Bahlil menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk melakukan transisi energi yang adil, dengan memperhatikan kesejahteraan pekerja, masyarakat, dan industri yang bergantung pada batu bara.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyediakan pelatihan ulang bagi pekerja yang terdampak serta mendorong diversifikasi ekonomi lokal.
Dengan demikian, diharapkan tidak hanya lingkungan yang akan merasakan manfaat dari transisi ini, tapi juga masyarakat yang menggantungkan hidup di industri batu bara.
Wasiat Faisal Basri untuk Arah Ekonomi Indonesia di Masa Depan
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News