Generasi Z, atau yang biasa disebut Gen Z, adalah kelompok yang lahir antara tahun 1997 hingga awal 2010-an. Generasi ini dikenal sebagai generasi yang sangat terhubung dengan teknologi, berjiwa kreatif, dan selalu mencari cara untuk mengekspresikan diri.
Salah satu hal yang mencolok dari Gen Z adalah pandangan mereka terhadap pekerjaan sehari-hari, terutama bagaimana mereka mengaitkannya dengan gengsi. Bagi Gen Z, pekerjaan bukan sekadar rutinitas mencari nafkah, melainkan sebuah identitas dan bentuk aktualisasi diri yang harus diakui dan dihargai.
Gengsi di Mata Gen Z
Gen Z tumbuh dalam era di mana media sosial menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Di sinilah pekerjaan dan aktivitas yang mereka lakukan sering kali dihubungkan dengan gengsi.
Fenomena Merokok di Indonesia: Tantangan Besar untuk Kesehatan Generasi Muda
Jika generasi sebelumnya mungkin lebih fokus pada stabilitas finansial dan jaminan karier jangka panjang, Gen Z lebih cenderung melihat pekerjaan sebagai cara untuk memperoleh pengakuan sosial dan menampilkan diri mereka secara unik.
Bagi sebagian besar dari mereka, pekerjaan harus menarik, bermakna, dan sejalan dengan minat pribadi. Oleh karena itu, profesi yang dulunya dianggap biasa atau kurang bergengsi , kini mendapatkan perhatian baru jika bisa dijadikan konten atau dianggap 'keren' di media sosial.
Pekerjaan yang Dianggap "Keren" dan "Bergengsi"
Di era digital ini, pekerjaan yang bisa dijadikan sebagai konten visual sangat diminati oleh Gen Z. Misalnya, fotografer, desainer grafis, content creator, dan influencer kini dianggap sebagai profesi yang bergengsi. Bukan hanya karena keterampilan yang dibutuhkan, tetapi juga karena pekerjaan tersebut sering kali dapat dipamerkan di media sosial dengan hasil yang visual dan estetis.
Selain itu, banyak pekerjaan yang melibatkan mobilitas tinggi atau gaya hidup yang fleksibel juga dilihat sebagai sesuatu yang mewah dan diidam-idamkan. Gen Z cenderung menghindari pekerjaan yang mengharuskan mereka duduk di kantor selama delapan jam sehari dengan rutinitas yang monoton. Sebaliknya, mereka lebih menyukai pekerjaan yang memberikan merekakebebasan untuk bekerja dari mana saja, kapan saja, dan tetap menghasilkan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa “gengsi” di mata Gen Z bukan hanya soal tampilanluar. Mereka juga sangat menghargai nilai dari pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang memberikan dampak positif, baik bagi individu maupun masyarakat, dinilai jauh lebih berharga. Sebagai contoh, profesi sepertiaktivis lingkungan, volunteer, atau wirausahawan sosial kini dianggap sebagai pekerjaan yang dihormati karena memberikan kontribusi nyata bagi dunia.
Media Sosial
Tak bisa dipungkiri, media sosial memiliki peran besar dalam bagaimana Gen Z memandang gengsi dalam pekerjaan. Platform seperti Instagram, TikTok, dan LinkedIn sering digunakan untuk menampilkan pekerjaan mereka, gaya hidup, dan pencapaian.
Pekerjaan yang bisa dijadikan konten dengan nilai visual yang tinggi memiliki nilai tambah tersendiri bagi mereka. Semakin estetik dan “Instagrammable” pekerjaan tersebut, semakin tinggi pula gengsinya di mata Gen Z.
Perbedaan dan Keserasian Karakter Generasi Z dan Milenial
Sebagai contoh, seorang barista di kafe kecil mungkin dianggap kurang menarik bagi generasi sebelumnya. Namun, bagi Gen Z, menjadi barista bisa menjadi pekerjaan yang keren, terutama jika mereka bisa memamerkan latte art atau suasana kafe yang estetik di Instagram.
Hal-hal kecil seperti pengambilan gambar kopi yang menarik, outfit yang stylish, atau suasana kafe yang cozy, bisa meningkatkan status pekerjaan ini menjadi lebih bergengsi di mata teman-teman mereka dan dipamerkan di media sosial.
Aktualisasi Diri
Pekerjaan bagi Gen Z bukan sekadar sarana untuk mencari penghasilan, melainkan juga bagian dari aktualisasi diri. Mereka ingin pekerjaan yang mereka lakukan sesuai dengan minat, bakat, dan nilai-nilai pribadi. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang mencari karier di bidang kreatif atau pekerjaan yang memungkinkan mereka untuk mengekspresikan diri.
Sebagai generasi yang tumbuh di tengah teknologi, Gen Z cenderung menghindari pekerjaan yang mereka anggap membosankan atau tidak memberikan ruang untuk berkembang. Mereka lebih suka mengejar pekerjaan yang dinamis, fleksibel, dan memungkinkan mereka untuk terus belajar. Misalnya, profesi seperti vlogger, desainer web, atau developer aplikasi sangat diminati oleh mereka.
Bukan hanya karena gengsinya, tetapi juga karena pekerjaan ini menawarkan kebebasan dalam berekspresi dan potensi untuk menghasilkan pendapatan yang tidak terbatas.
Dampak Gengsi dalam Pekerjaan
Fenomena "gengsi" ini tentunya membawa dampak baik positif maupun negatif. Di satu sisi, Gen Z berhasil mendobrak stigma bahwa pekerjaan tertentu kurang berharga atau tidak penting. Mereka memberikan penghargaan baru pada profesi yang sebelumnya dianggap biasa, seperti barista, content creator, atau freelancer.
Namun, di sisi lain, ada juga kekhawatiran bahwa terlalu fokus pada penampilan dan gengsi dapat menyebabkan tekanan sosial dan mental. Banyak dari mereka merasa harus selalu tampil sempurna di media sosial, menunjukkan karier yang sukses, dan hidup yang menyenangkan, meskipun kenyataannya mungkin tidak selalu seperti itu.
Hal ini bisa memicu kecemasan dan rasa tidak puas jika pekerjaan yang dilakukan tidak mendapat pengakuan atau terlihat "kurang keren" dibandingkan dengan pekerjaan orang lain.
Mengenal ZEPETO, Metaverse Game yang Potensial untuk Pengembangan Kreativitas Generasi Muda Indonesia
Gen Z memiliki pandangan yang unik tentang pekerjaan, di mana pekerjaan sehari-hari tidak hanya dinilai dari aspek finansial, tetapi juga dari gengsi dan nilai sosialnya. Bagi mereka, pekerjaan adalah cerminan diri dan cara untuk mengekspresikan identitas di tengah masyarakat.
Media sosial memainkan peran besar dalam mempengaruhi bagaimana pekerjaan tersebut dipandang, dan profesi yang dianggap menarik secara visual atau berdampak sosial tinggi sering kali lebih dihargai. Namun, penting bagi Gen Z untuk tidak terjebak dalam tekanan sosial ini.
Pada akhirnya, pekerjaan yang benar-benar memberikan kepuasan pribadi dan sejalan dengan minat serta nilai-nilai diri tetaplah yang paling penting, terlepas dari bagaimana orang lain melihatnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News