bagaimana literasi memengaruhi kesehatan mental remaja - News | Good News From Indonesia 2024

Bagaimana Literasi Memengaruhi Kesehatan Mental Remaja?

Bagaimana Literasi Memengaruhi Kesehatan Mental Remaja?
images info

Literasi mencakup banyak hal dan salah satunya yang paling dekat dengan persoalan remaja saat ini yaitu kesehatan mental.

Menurut WHO kesehatan mental adalah keadaan sejahtera yang mana setiap individu menyadari potensi diri sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup yang normal dan dapat bekerja produktif dan bermanfaat. Porosnya adalah “diri sendiri”.

Kesehatan mental sangat memengaruhi kualitas hidup, produktivitas, dan kesejahteraan manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya jika mental seseorang tidak sehat otomatis akan berdampak signifikan pada kualitas hidupnya.

Remaja di definisikan sebagai kelompok usia 10 sampai sebelum berusia 18 tahun. Remaja adalah bagian dari bonus demografi yang mendominasi sehingga harus sangat didukung keseluruhan proses tumbuh kembangnya dengan baik dan proporsional.

Namun, fakta menunjukkan remaja justru mengalami krisis kesehatan mental. Berdasarkan survey yang dilakukan Indonesian-National Adolescent Mental Healt Survey (I-NAMHS) pada tahun 2022 diketahui 15,5 juta remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan, 2,45 juta diantaranya memiliki satu gangguan mental, dan dari jumlah tersebut hanya 2,6% remaja dengan masalah kesehatan mental yang memiliki akses layanan konseling.

Penanganan kesehatan mental merupakan proses yang berkesinambungan antara langkah promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam mewujudkan optimasi pada langkah-langkah tersebut tentu “diri sendiri” adalah agen paling berperan.

Oleh karenanya pada tulisan kali ini, Kawan GNFI akan diajak untuk melihat persoalan kesehatan mental dengan perspektif yang berbeda.

Merawat Literasi, Menjaga Kesehatan Mental

Karena kesehatan mental adalah tanggung jawab masing-masing individu maka penting sekali untuk memahami bahwa pengetahuan tentang mental adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh diri kita dan harus dipelajari.

Agar seseorang berada pada titik mengerti kondisi yang dialami oleh dirinya sendiri tentu saja perlu refleksi yang mendalam terhadap diri. Tanpa kemampuan untuk sadar dan mengenali kondisi diri maka akan sangat sulit melaju pada proses berikutnya hingga sampai ke layanan pendampingan dan konseling jika telah mengalami masalah kesehatan mental.

Refleksi diri ini sangat berhubungan dengan literasi seseorang khususnya literasi emosional yaitu kemampuan memahami dan mengelola emosi. Literasi akan membantu Kawan dalam memahami diri sendiri, meredakan stress, dan mengatasi tantangan emosional.

Lalu apakah mungkin seorang individu mengerti tentang pentingnya kesehatan mental dan bagaimana menjaga mental agar tetap sehat dengan sendirinya? Bagaimana jika tidak memiliki akses pada pendidikan kesehatan mental? Bukankah masalah terjadi pada seseorang maka harus menerima pertolongan eskternal?

Tentu saja, kita memerlukan bantuan dan fasilitas untuk mencapai titik “paham” dengan kondisi mental yang sehat namun motivasi terbesar itu ada pada diri sendiri yang harus dilatih baik oleh sistem yang ada maupun karena kemauan diri.

Lalu bagaimana literasi yang dimaksud dapat membantu menjaga kesehatan mental seseorang?

Kecerdasan Emosional

Seperti yang disebutkan diatas bahwa kemampuan untuk mengenali emosi dan memahami emosi merupakan hal utama yang harus menjadi bekal berkehidupan bagi seseorang.

Pengetahuan tentang emosi ini dapat dipelajari dengan membaca buku, belajar dengan guru dan pakar psikolog. Melalui pengetahuan akan macam-macam emosi akan membuat diri lebih perhatian untuk mengambil langkah yang tepat dalam mengatasinya.

Salah satu buku yang membahas tentang kecerdasan emosional adalah karya Daniel Goleman yang mendefinisikan ulang apa arti cerdas, khususnya secara emosional.

Salah satu referensi mempelajari kecerdasan emosional adalah buku karya Daniel Goleman. (Dokumentasi Pribadi)
info gambar

Dalam bukunya, Daniel juga memaparkan beberapa emosi dasar yang dimiliki oleh manusia diantaranya amarah-marah, takut, bahagia, jijik (menyerngit), sedih (common trigger), terkejut, dan contempt (merasa diri lebih tinggi atau lebih hebat daripada orang lain). 

Emosi-emosi tersebut diperkenalkan untuk memandu pikiran dan tindakan yang akan kita lakukan dalam menghadapi berbagai persoalan dengan diri sendiri dan orang yang ada disekitar.

Membaca, Menulis dan Berkomunikasi

Melalui aktivitas membaca “diri” Kawan akan memperoleh banyak informasi tentang berbagai hal sehingga memiliki perspektif yang luas dalam menghadapi suatu tantangan dalam hidup.

Dengan membaca cerita atau narasi yang menggambarkan kehidupan atau pengalaman orang lain juga dapat meningkatkan empati. Empati ini sangat penting untuk Kawan dalam membangun hubungan sosial yang sehat yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental yang baik.

Kemudian aktivitas komunikasi secara tertulis maupun lisan adalah cara Kawan untuk mengekspresikan diri, melepaskan tekanan yang mungkin tengah menumpuk, sehingga dapat membantu mengurangi stress.

Cakap dalam Menggunakan Informasi

Di era digital seperti sekarang informasi yang tersedia sudah sangat banyak bahkan terkait dengan isu kesehatan mental.

Dengan kemampuan literasi digital yang dimiliki oleh “diri” Kawan akan sangat membantu dalam memilah informasi yang relevan yang dibutuhkan oleh Kawan dalam menjaga kesehatan mental.

Akses terhadap informasi ini juga membuka peluang bagi Kawan yang telah mendeteksi dirinya memiliki beban yang cukup berat dan tidak mampu mengekspresikan diri dengan mengusahakan diri sendiri paham pada kondisi tertentu untuk mencari bantuan dari eskternal.

4 Pilar CABE Literasi Digital

Kesimpulannya, isu krisis kesehatan mental pada remaja dengan berbagai upaya yang telah dan tengah dilakukan oleh berbagai pihak memerlukan evaluasi dan perhatian pada perbaikian tingkat literasi. Karena bagaimanapun juga literasi sangat mempengaruhi “diri sendiri” untuk dapat menjaga kesehatan mental.

Referensi:

Kemenppa, Kolaborasi KemenPPPA dan UNICEF: Sinergikan Dukungan Kesehatan Mental dan Psikososial di Kementerian dan Lembaga, diakses pada: https://www.kemenpppa.go.id/page/view/NTMzOA== 

Sekolah Literasi Digital. 2024. diakses pada: https://www.instagram.com/p/C_VhIzmBoY2/?img_index=9 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.