Spesies yang diklasifikasikan sebagai kutu, seperti kutu kebul, atau oteng-oteng merupakan salah satu spesies yang sering dijumpai pada tanaman agraria, atau tanaman yang diklasifikasikan sebagai tanaman pangan. Dengan ukuran yang terbilang kecil, sekitar 1 sampai dengan 5 mm, serta memiliki daya rusak yang bervariasi pada tiap spesiesnya, menjadikan hama kutu menjadi musuh bebuyutan bagi para petani.
Berbicara tentang jenis kutu pada tanaman, ada satu jenis kutu yang terbilang cukup populer, kepopulerannya bisa dibilang karena jenis kutu ini memiliki daya rusak yang cukup merugikan bagi produktifitas, ataupun pertumbuhan fisiologis dari tanaman pangan tersebut. Kutu tersebut adalah kutu sisik atau yang memiliki nama ilmiah Coccus hesperidum.
Ciri Khas dan Habitat Kutu Sisik
Kutu sisik (Coccus hesperidum) merupakan jenis serangga kecil yang berasal dari famili Coccidae. Ciri khas dari serangga atau spesies yang tergolong ke dalam famili Coccidae dapat dilihat dari lapisan kulit atau intergument yang lunak, serta dilapisi oleh zat lilin atau benang lilin. Secara bentuk tubuh, Coccidae memiliki bentuk tubuh yang oval, dan sedikit lonjong.
Pada famili coccidae seperti kutu sisik ini juga memiliki sayap yang digunakan sebagai organ untuk menunjang mobilisasi, atau perpindahan tempat dari satu titik ke titik yang lainnya. Biasanya spesies kutu sisik gemar hinggap di permukaan daun dari berbagai tanaman, seperti tanaman hias ataupun tanaman pangan.
Untuk kutu sisik dewasa sendiri memiliki ukuran tubuh sekitar 3 sampai dengan 5 mm. Pada kutu sisik dewasa juga memiliki kaki dan sepasang antena yang berfungsi aktif. Warna dari kutu sisik ini sendiri didominasi oleh warna kombinasi antara cokelat dan kuning, ataupun kombinasi hijau dan kuning. Umumnya kombinasi warna pada kutu sisik bersifat pucat, dan tidak terlalu mencolok layaknya hama serangga sejenis.
Seperti yang disinggung pada paragraf sebelumnya, kutu sisik merupakan jenis serangga yang gemar hinggap di berbagai jenis tanaman, karena kutu sisik sendiri merupakan spesies yang bersifat polifag, atau mampu hidup di segala jenis tanaman. Umumnya kutu sisik ini gemar hidup di tanaman jeruk atau citrus, pepaya, ataupun tanaman hias seperti anggrek.
Daur Hidup Kutu Sisik
Daur hidup dari kutu sisik ini sendiri sebenarnya hampir sama dengan daur hidup serangga uniseluler lainnya, fase dimulai dari peletakkan atau produksi telur dari kutu sisik dewasa. Umumnya kutu sisik dewasa dapat menghasilkan sekitar 250 telur. Telur-telur tersebut akan tetap tersimpan hingga menetas dan menghasilkan nimfa dari kutu sisik ini sendiri.
Nimfa dari kutu sisik memiliki 2 fase pertumbuhan sampai akhirnya akan menjadi kutu sisik dewasa. Nimfa ini memiliki bentuk mulut runcing yang berfungsi untuk menusuk serta menghisap sari-sari makanan pada tanaman.
Nimfa kutu sisik juga memiliki kebiasaan untuk menjauhi induknya pada fase pertama, sebelum akhirnya mereka tidak dapat bergerak banyak dan cenderung menetap di satu organisme tanaman.
Fase pertama dari nimfa kutu sisik juga memiliki keunikan lainnya, di mana mereka cenderung untuk mendekati suatu area atau tempat yang memiliki pencahayaan yang cukup sebagai tempat singgah mereka.
Pada kutu sisik dewasa, khususnya pada kutu sisik betina, ditandai dengan ruang induk sebagai tempat penampungan telur dari kutu sisik, sebelum akhirnya menjelma menjadi nimfa yang siap dilepas ke habitat tanaman. Warna pada kutu sisik akan semakin gelap seiring daur hidup yang terus bertambah.
Daya Rusak Kutu Sisik
Sebagai jenis serangga yang hidup di sekitar tanaman agraria, terutama tanaman pangan dan juga tanaman hias, kutu sisik tentunya dapat digolongkan sebagai hama yang merugikan produktifitas tanaman pertanian. Kutu sisik umumnya memakan bagian daun, batang, bahkan ranting dari sebuah tanaman yang ia singgahi.
Uniknya, pada tubuh kutu sisik terkandung cairan manis seperti madu yang dapat memikat organisme lain, seperti semut. Namun, apabila cairan manis tersebut dipadukan dengan senyawa seperti jamur jelaga, akan menimbulkan kerusakan seperti penghitaman daun serta buah dari tanaman.
Kerusakan lain yang dapat disebabkan oleh kutu sisik ini adalah kerontokan pada rangka tanaman, seperti daun, ataupun klorosis atau penguningan pada daun tanaman hias, seperti tanaman anggrek.
Adapun langkah preventif yang digunakan untuk menanggulangi penyebaran hama kutu sisik ini adalah dengan pendekatan kimiawi, seperti penggunaaan insektisida, terutama yang mengandung senyawa chlorpyrifos, carbaryl, atau malathion.
Pendekatan mekanis seperti pembasmian secara langsung juga dapat dilakukan untuk membasmi kutu sisik ini. Namun tetap waspada dengan cairan tubuhnya yang sensitif terhadap senyawa lain agar tidak terkontaminasi secara langsung.
Baca juga: Oteng-Oteng, Hama Kecil Ancaman Serius Bagi Mentimun!
Referensi :
https://plantix.net/id/library/plant-diseases/600236/brown-soft-scale/
https://www.extento.hawaii.edu/kbase/crop/type/c_hesper.htm
https://biotropika.ub.ac.id/index.php/biotropika/article/view/98/113
https://en.wikipedia.org/wiki/Coccus_hesperidum
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News