Hama sebagai binatang yang memiliki sifat merugikan tanaman yang menjadi target santapannya memiliki berbagai macam jenis, baik itu serangga seperti kumbang, dan wereng, ataupun binatang pengerat, seperti tikus ataupun tupai.
Mereka dianggap hama kala tindakan mereka seperti menyantap sumber makanan, atau membuat sarang tempat tinggal dianggap merugikan bagi orang lain, terutama jika perbuatan mereka menghasilkan daya rusak terhadap properti yang dimiliki manusia, seperti tanaman hasil pertanian ataupun rumah tempat tinggal manusia.
Hama serangga atau binatang pengerat yang disebut sebelumnya memiliki bentuk fisiologis yang kasat mata, atau mudah dilihat bagi manusia. Namun, ada satu spesies yang memiliki ukuran amat kecil, bahkan susah dilihat bagi manusia. Hama ini ternyata juga memiliki bentuk fisiologis yang serupa dengan beras jika diperhatikan secara seksama. Hewan tersebut bernama kutu kebul (Bemisia tabaci G.)
Baca Juga: Oteng-Oteng, Hama Kecil Ancaman Serius Bagi Mentimun!
Ciri Khas serta Habitat Kutu Kebul
Kutu kebul, atau yang memiliki nama latin Bemisia tabaci G. merupakan jenis dari whitefly atau lalat putih yang termasuk ke dalam keluarga Aleyrodidae. Aleyrodidae ini sendiri sejatinya memiliki ciri khas mendasar berupa ukuran tubuhnya yang sangat kecil dengan rentang 1 sampai dengan 2 mm, serta ukuran rentang sayap yang mencapai 3 mm.
Pada keluarga Aleyrodidae seperti kutu kebul ini juga memiliki dua pasang sayap yang mampu berfungsi sebagai organ untuk melakukan mobilisasi, atau perpindahan tempat. Fakta menariknya, beberapa spesies dari keluarga Aleyrodidae ini memiliki tekstur sayap yang sedikit berdebu, atau memiliki sejenis bubuk yang menyebar di sekitar sayap.
Adapun pada kutu kebul sendiri senang hidup di area tropis, dan subtropis, terutama di bagian dedaunan pada tanaman untuk bertahan hidup dan mencari makan pada daun tersebut. Dalam 1 helai daun, biasanya dapat dijumpai banyak spesies kutu kebul yang hinggap disana.
Mereka biasanya menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan daun yang menyebabkan daun tersebut mengalami keguguran, ataupun membawa virus dari kutu kebul tersebut.
Kutu kebul juga termasuk jenis hama polifag, yaitu hama yang mampu menyerang tanaman dari famili apapun, termasuk tanaman palawija, atau buah-buahan. Sebab itulah petani menganggap kutu kebul merupakan hama dengan ancaman serius yang harus ditanggulangi secara maksimal.
Daur Hidup Kutu Kebul
Adapun daur hidup dari kutu kebul ini sendiri tak jauh berbeda dengan daur hidup serangga lainnya, terutama serangga yang diklasifikasikan ke dalam keluarga kumbang. Daur hidup dimulai dari telur, dimana pada kutu kebul dewasa akan menghasilkan sekitar 400 telur yang akan disimpan di sekitar bagian daun tanaman.
Setelah telur menetas, akan lahir larva, atau instar dari kutu kebul yang berukuran sekitar 0.3 mm. Instar adalah proses pertumbuhan pada Anthropoda dengan mengganti bagian eksoskeleton pada tubuh organisme tersebut. Pada proses instar akan berjalan sekitar 40 samapai dengan 50 hari sebelum akhirnya tumbuh menjadi kutu kebul dewasa aktif.
Awal dari proses instar menunjukkan warna kulit dari kutu kebul sebelumnya berwarna kehijauan dengan struktur tubuh sedikit pipih, namun setelah melewati masa instar ke-3, atau proses menjadi pupa, tubuh kutu kebul akan berwarna kekuningan, dengan bola mata berwarna merah menyala.
Setelah menjadi kutu kebul dewasa yang aktif, warna fisik dari serangga ini berubah menjadi dominan putih pada bagian sayap, dan kuning terang pada bagian badan, serta memiliki ukuran 4 kali lebih besar dibandingkan telur dari kutu kebul itu sendiri.
Daya Rusak Kutu Kebul
Berbeda dengan jenis hama lainnya yang daya serangnya sebatas pada gigitan di tanaman, kutu kebul nampaknya memiliki daya serang yang jauh lebih mematikan ketimbang hama lainnya. Tak hanya menyerap daun yang berada di sekitarnya, kutu kebul juga mampu menularkan virus hasil kontak dengan daun tanaman tersebut.
Virus yang ditularkan dari kutu kebul ini adalah virus kuning gemini yang termasuk ke dalam keluarga Geminiviridae yang mampu menimbulkan gejala berupa bagian daun mengalami kekuningan secara masif, dan ukuran daun mulai mengerut, dan mengecil.
Penyebaran virus kuning akibat kutu kebul ini dimulai dengan penusukan stilet, atau organ mulut pada kutu kebul yang menyerupai jarum, dimana stilet ini dapat menembus bagian floem pada daun yang menyebabkan virus kuning dapat menjalar pada tanaman.
Penanganan utama pada kutu kebul ini sebenarnya hampir sama dengan penanganan hama yang kerap kali dilakukan oleh petani. Cara pertama dapat dilakukan secara alamiah dengan bantuan insektisida alami yang memanfaatkan tanaman yang memiliki efikasi, atau daya mujarab yang tinggi. Beberapa tanaman yang bisa diberdayakan adalah daun mimba, lengkuas, serta batang sereh.
Selain itu, insektisida buatan seperti Actara dapat digunakan untuk membasmi kutu kebul. Namun sebaiknya penggunaan insektisida harus dilakukan secara selektif, dan hati-hati agar tidak menimbulkan efek samping bagi tanaman.
Dengan bentuk yang mungil dan menyerupai beras ini, petani ataupun masyarakat seharusnya tetap waspada dengan serangan kutu kebul yang memiliki daya rusak yang melebihi ukuran tubuhnya sendiri.
Baca Juga: Tanaman Musuh Alami Hama
Referensi :
https://www.neliti.com/publications/381397/pemuliaan-tanaman-kedelai-tahan-kutu-kebul-bemisia-tabaci-genn
https://repository.pertanian.go.id/server/api/core/bitstreams/198ed96f-4ff6-4ef3-98da-9f285884a53b/content
https://repository.pertanian.go.id/server/api/core/bitstreams/72455e4d-1fdc-436d-9bef-3d7d7bf12f4f/content
https://en.wikipedia.org/wiki/Silverleaf_whitefly
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News