Kota Bandung secara resmi menambah kembali dua koleksi Warisan Budaya Tak Benda (WTWB) Indonesia pada Kamis (24 Agustus 2024). Penambahan dua koleksi tersebut didapatkan melalui kesenian permainan tradisional, yakni Ulin Barong dan Engkle.
Penetapan Warisan Budaya Tak Benda (WTWB) Indonesia sendiri dilakukan oleh Kementerian yang menaungi bidang kebudayaan, yakni Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
Berdasarkan Konvensi UNESCO tahun 2003 mengenai perlindungan warisan budaya tak benda, warisan budaya tak benda dibagi menjadi lima kategori, yakni a) tradisi lisan dan ekspresi; b) seni pertunjukan; c) adat istiadat, ritual, dan perayaan masyarakat; d) pengetahuan serta kebiasaan mengenai alam dan kosmos; dan/atau e) keterampilan dan keahlian dalam kerajinan tradisional.
Setelah menambahkan dua kesenian tersebut, Kota Bandung kini memiliki total sebanyak 6 Warisan Budaya Tak Benda (WTWB). Sebelumnya, Kota Bandung memiliki beberapa kesenian yang termasuk ke dalam kategori tersebut.
Beberapa kesenian itu antara lain, Benjang (2019), Reak Dogdog (2019), Tari Merak Sunda (2020), dan Carita Pantun Nyai Sumur Bandung (2021).
Mengenal Benjang, Pertunjukan yang Memadukan Seni dan Beladiri Asal Bandung Timur
Ulin Barong sendiri memiliki kemiripan dengan kesenian Barongsai karena memakai kostum yang digunakan mirip dengan kostum kesenian Barongsai. Kira-kira, apa itu Ulin Barong dan bagaimana kisah yang ada di dalamnya? Simak ceritanya pada penjelasan berikut!
Apa itu Ulin Barong Sekeloa
Mengutip penjelasan Atjeng Sulaeman selaku guru besar dan pemimpin dari lingkung seni Sekar Saluyu, Ulin Barong Sekeloa adalah kesenian khas Kota Bandung yang sudah ada sejak tahun 1885 dan ramai digemari oleh masyarakat Sekeloa.
Ulin Barong Sekeloa memiliki arti kaulinan atau ''ngaulinkeun sirah barong'' yang memiliki arti memainkan kepala Barong. Tradisi ini seringkali diiringi dengan berbagai alat musik pengiringnya. Alat musik itu antara lain, Bedug, Kendang Pencak, Gong, Bonang, dan Gembreng.
Kesenian ini memiliki ciri khas, yakni menggunakan berbagai jurus dari gerakan silat tradisional. Kepala Barong juga dibuat dengan bahan serutan bambu yang dibentuk sedemikian rupa, dilapisi kertas, dan dilukis sebelum ditambahkan hiasan rambut atau rawis-rawis dari karung goni. Bentuk Ulin Barong sendiri menyerupai bentuk naga dengan ukuran yang cukup besar sehingga harus digotong oleh 4 orang.
Keunikan tersebut membuat Ulin Barong sering diturunkan atau seringkali ditampilkan dalam kegiatan hajatan masyarakat atau dalam sebuah perayaan, seperti perayaan kemerdekaan pada 17 Agustus, khitanan, nikahan, dan peresmian.
Sejarah Ulin Barong Sekeloa
Ulin Barong sendiri dipercaya sudah ada sejak tahun 1885 dan dipelopori oleh Muhammad Tharwi. Hal tersebut disampaikan oleh Atjeng Sulaeman selaku guru besar dan pemimpin dari lingkung seni Sekar Saluyu saat dimintai keterangan oleh mahasiswa asal Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung yang melakukan riset pada kesenian ini.
Muhammad Tharwi merupakan seorang tokoh muslim yang pada saat itu menguasai seni rudat, yakni seni melantunkan nyanyian islam diiringi oleh alat musik bedug/rebana.
Sejarah Ulin Barong dimulai ketika Muhammad Tharwi memainkan bedugnya di wilayah Tasikmalaya. Ketika sedang memainkan alat musik, dirinya melihat sosok kepala dari perairan. Hal inilah yang membuatnya terinspirasi untuk membuat kesenian tersebut.
Selanjutnya, dirinya berkolaborasi dengan orang yang akrab dipanggil Pak Abo dan merupakan pendekar silat asal Cimande Buhun. Selain itu, ia juga berkolaborasi dengan Suryadikarta yang merupakan pemain silat terkenal beraliran Cikalong Sabanar.
Kolaborasi ini melahirkan bentuk kesenian yang kini kita kenal sebagai Ulin Barong. Kesenian Ulin Barong ini terus dilestarikan secara turun-temurun hingga kini, dengan salah satu pelestarinya adalah Atjeng Sulaeman, yang memiliki hubungan silsilah dengan penciptanya, Muhammad Tharwi.
Atjeng Sulaeman memberikan pesan bahwa seni kebudayaan Ulin Barong Sekeloa adalah kesenian yang seharusnya mendapatkan apresiasi agar generasi muda dapat mengenal kesenian tradisional lebih dekat. Peran penting masyarakat sangatlah penting dalam melestarikan budaya agar tidak mudah tenggelam oleh waktu.
Referensi:
- Mengenal Seni Kebudayaan Ulin Barong Sekeloa. 2018. Atjeng Sulaeman https://www.behance.net/gallery/76913297/E-Book-Mengenal-Seni-Kebudayaan-Ulin-Barong-Sekeloa
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News