legenda batu menangis mendidik anak dengan pola asuh permisif - News | Good News From Indonesia 2024

Legenda Batu Menangis, Mendidik Anak dengan Pola Asuh Permisif?

Legenda Batu Menangis, Mendidik Anak dengan Pola Asuh Permisif?
images info

Sebagian besar masyarakat di negeri ini mengetahui cerita legenda Indonesia yang terkenal yaitu Batu Menangis. Legenda memiliki makna cerita rakyat pada zaman dulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah.

Cerita Batu Menangis sendiri berasal dari daerah Kalimantan Barat. Legenda ini mengisahkan Darmi dan ibunya yang merupakan seorang janda. Darmi dilahirkan dengan paras cantik, tetapi tidak memiliki budi pekerti yang baik.

Darmi memiliki sifat yang sombong dan manja. Dia juga tidak pernah mau membantu ibunya membanting tulang di kebun demi hidup mereka berdua. Keseharian Darmi hanya diisi dengan mandi dan bersolek serta diam di dalam rumah.

Singkat cerita, suatu hari ibunya mengajak Darmi pergi ke pasar. Darmi menerima ajakan tersebut dengan syarat bahwa ibunya harus berjalan di belakang Darmi. Saat di pasar, terdapat beberapa pemuda yang melihat paras cantiknya. Di situ. ia menunjukkan sifat durhaka kepada ibunya dengan tidak mengakuinya sebagai ibu di depan para pemuda tersebut.

Ibu Darmi merasa kecewa dan marah, lalu berdoa kepada Tuhan untuk menghukum Darmi. Dari kekecewaan ibunya itu, Darmi kemudian dikutuk menjadi batu.

Saat bertransformasi menjadi batu mulai dari kaki, Darmi terus menangis dan memohon maaf kepada ibunya. Namun, kutukan itu terus mengubah Darmi menjadi batu. Beberapa saat setelah Darmi menjadi batu pun, air mata terus keluar dari mata Darmi.

Baca juga: Legenda Si Lancang dari Riau, Kisah Anak Durhaka yang Mendapatkan Hukuman Atas Tindakannya

Ibu Darmi yang telah lama menjanda hanya berharap bahwa anaknya tidak perlu hidup susah seperti dirinya. Hal ini yang membuat Darmi selalu dimanja dan setiap keinginannya dipenuhi oleh ibunya.

Ibu yang sedang mengasuh buah hatinya (dibuat oleh Copilot)
info gambar

Perilaku orang tua yang terlalu memanjakan anaknya dan selalu memberikan kebebasan merupakan pola asuh permisif. Pola asuh ini ditandai dengan memberikan kebebasan yang berlebihan kepada anak tanpa aturan yang jelas. Meski terlihat menguntungkan di awal, pola asuh seperti ini justru dapat membahayakan masa depan anak.

Baca juga: Pengaruh Pola Asuh pada Strawberry Generation

Orang tua dengan pola asuh ini biasanya menghindari konflik, cenderung memanjakan anak, dan kurang menerapkan disiplin. Meskipun tujuannya mungkin untuk membuat anak merasa lebih bebas dan bahagia, kenyataannya pendekatan ini bisa membawa berbagai masalah dalam jangka panjang. Terdapat beberapa dampak negatif dari pola asuh permisif terhadap perkembangan anak.

  1. Kurangnya Disiplin
    Anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif sering kali tidak memahami pentingnya aturan dan batasan. Tanpa disiplin yang cukup, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang tidak bertanggung jawab dan sulit mengikuti aturan, baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat.
  2. Ketidakmampuan Mengendalikan Diri
    Kebebasan yang berlebihan tanpa pengawasan dapat membuat anak sulit mengendalikan diri. Mereka mungkin menjadi impulsif, tidak sabaran, dan cenderung bertindak tanpa memikirkan konsekuensinya. Ini bisa berdampak negatif pada kehidupan sosial mereka di masa depan.
  3. Rendahnya Kemandirian
    Anak yang terbiasa dengan kebebasan tanpa batas sering kali menjadi kurang mandiri. Mereka mungkin merasa tidak mampu membuat keputusan sendiri tanpa bantuan orang tua, yang dapat menghambat perkembangan kemandirian dan kepercayaan diri mereka.
  4. Tingginya Risiko Masalah Perilaku
    Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif cenderung memiliki masalah perilaku, seperti agresivitas, kebiasaan menentang, dan sulitnya beradaptasi dengan lingkungan sosial yang memiliki aturan yang lebih ketat.
  5. Hubungan Sosial yang Bermasalah
    Anak-anak yang tidak terbiasa dengan aturan dan batasan bisa mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial. Mereka mungkin tidak mampu bekerja sama dengan orang lain, dan ini bisa membuat mereka terisolasi atau tidak disukai oleh teman-temannya.
Baca juga: Memahami Konsep Diri untuk Membentuk Pola Asuh pada Anak

Pola asuh permisif mungkin terlihat seperti cara yang menyenangkan untuk mendidik anak, tetapi dampaknya bisa sangat merugikan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menemukan keseimbangan antara memberikan kebebasan dan menetapkan batasan yang jelas.

Dengan begitu, anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang disiplin, mandiri, dan mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan sosialnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YK
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.