Melalui media foto, seseorang bisa mengetahui sebuah momen besar dan kondisi terkini dari negara lain. Di tangan profesional, sebuah foto bisa menyampaikan sebuah cerita bahkan pesan tanpa perlu menulis melalui narasi panjang.
Terkait hal ini, Marika Cukrowski selaku manager produksi World Press Photo menyampaikan tentang pentingnya acara kontes dan pameran untuk membangkitkan kesadaran dan pemahaman yang lebih besar terhadap beberapa isu besar yang sedang terjadi di dunia saat ini, mulai dari konflik dan pergolakan politik yang keras hingga krisis iklim.
Berkaitan dengan hal tersebut, sejak 1955 World Press Photo konsisten mengadakan kontes yang menyoroti foto jurnalistik dari seluruh dunia. Berawal dari sekelompok fotografer Belanda yang mengadakan ajang World Press Photo pertama yang tujuannya kala itu untuk memperkenalkan karya mereka kepada khalayak global.
Walau sempat terhenti karena keadaan politik dan finansial dalam negeri yang tidak aman pada 1970, pada tahun 1972 kelompok ini mulai mengadakan tur pameran ke luar Belanda.
Pada tahun 2019, melalui salah satu foto terbaik di tahun itu yang diambil oleh John Moore, kontes ini menjadi alasan di balik pencabutan kebijakan ’Zero Tolerance’ yang memperbolehkan pemisahan orang tua imigran dari anak-anak mereka ketika sedang ditahan.
Kemudian di tahun 2021 ajang kontes ini mengalami banyak perubahan dari peraturan, penjurian, dan kategori untuk menyampaikan keragaman perspektif dan suara global yang lebih baik. Hingga kini, di tahun ke 69 ajang kompetisi dan pameran World Press Photo, foto-foto terbaik yang mengikuti kompetisi ini telah keliling ke 129 negara termasuk Indonesia.
Dirangkum dari papan informasi pada pameran World Press yang diadakan di Jakarta, kompetisi tahun ini, World Press Photo telah memulai serangkaian acaranya dengan mengeluarkan panggilan secara global untuk pengiriman karya pada Desember 2023 dan ditutup pada Januari 2024.
Total ada 3951 karya fotografer dari 130 negara untuk dipertimbangkan kala itu, dan hingga Februari 2024, ada total 784 foto yang telah di analisis forensik dan tereliminasi karena tidak mengenai aturan manipulasi gambar. Lalu, pada April 2024, pameran perdana digelar sekaligus mengumumkan para pemenang.
Agustus ini, World Press Photo bekerja sama dengan kedutaan Belanda berkesempatan untuk mengadakan pameran yang berlangsung dari 24 Agustus 2024 hingga 22 September 2024 di Erasmus Huis Kuningan, Jakarta Pusat. Keseluruhan ada 20 foto yang terbagi menjadi 6 kategori yang di antaranya:
- Open Format Category
- Singles Category
- Long-Term Category
- Stories Category
- Honorable Mention
- Jury Special Mention
Dari banyaknya foto yang dipajang, ada 3 foto yang sangat spesial pada pameran ini. Disini kita bisa melihat koleksi foto yang mendapatkan penghargaan ‘Stories of The Year’ tentang bagaimana Lee-Ann Olwage, fotografer asal Afrika Selatan, bercerita tentang kurangnya kesadaran masyarakat di sana tentang demensia melalui 5 rangkaian foto yang diberi judul 'Valim-Babena'.
Kemudian ada ‘photo of the year’ hasil dari fotografer asal Palestina, Mohammed Salem tentang seorang perempuan Palestina yang sedang memeluk tubuh keponakannya. Selain menceritakan pesan dan apa yang terjadi kala itu, Salem juga bercerita terkait tantangan meliput dari Gaza kala itu, semuanya disampaikan melalui deskripsi singkat di samping foto tersebut.
Baca juga: Mengenal Seni Mosaik Melalui Pameran Mosaico: Italian Code of a Timeless Art
Lalu, pada foto lainnya yang terasa paling spesial adalah foto hasil jepretan dari Arie Basuki, fotografer asal Indonesia yang masuk dalam kategori ‘honorable mention’ yang di mana pada foto ini ini bercerita tentang ‘Polusi di Sungai Cileungsi’ diambil pada 2023 silam.
Dirangkum dari situs resmi World Press Photo, Arie Basuki adalah jurnalis fotografer asal Jakarta yang bekerja untuk situs ‘Merdeka’. Arie Basuki pertama kali mendapatkan penghargaan pada tahun 2007 di Anugrah Adiwarta dan yang terakhir sebelum kontes ini pada tahun 2022 di Environment Photographer of The Year Award.
Tidak hanya itu, Arie juga pernah meliput beberapa peristiwa besar seperti di momen Tsunami aceh pada 2004 silam, konflik Poso karena penangkapan imigran gelap di Kuala Lumpur dan perang dingin Libyan.
Baca juga: Menengok Kembali Masa Lalu Kota Jakarta di Pameran Cenderamata Jakarta
Selain 3 foto yang tadi diceritakan, masih banyak cerita dari peristiwa-peristiwa besar lain sepert banjir di Jerman, konflik taliban di Afganistan pada 2021, cerita tentang salah satu warga Cina kala pandemi Covid-19, kebakaran hutan di Australia. Lalu, ada juga beberapa deskripsi tentang kebebasan pers.
Referensi:
https://www.worldpressphoto.org/arie-basuki
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News