Dalam dunia pertanian, keberadaan hama sangatlah menggangu produktivitas dan alur tumbuh suatu tanaman. Kita tentunya cukup familiar dengan eksistensi hama pada tanaman seperti tikus sawah (Rattus argentiventer), ataupun wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) yang menyerang daya tumbuh dari tanaman padi.
Selain jenis hama yang sudah disebutkan tadi, binatang ulat juga merupakan salah satu jenis hama yang sering ditemui pada tanaman. Hewan melata ini biasanya ditemukan di ujung pucuk dedaunan pada suatu tanaman.
Diantara jenis ulat yang seringkali singgah pada suatu tanaman dan menjelma menjadi hama, ada satu jenis ulat yang cukup familiar sebagai momok utama pada tanaman pangan, atau sering dianggap sebagai hama pada tanaman tersebut. Ulat tersebut bernama ulat grayak, atau umumnya disebut sebagai ulat tentara (Spodoptera frugiperda).
Baca Juga: Wereng Coklat, Hama Perusak Rantai Makanan di Sawah
Ciri Khas dan Habitat Ulat Grayak
Ulat grayak, atau yang akrab disebut sebagai ulat tentara (Spodoptera frugiperda) merupakan larva dari spesies ngengat yang termasuk dalam famili Noctuidae. Hewan yang termasuk ke dalam famili Noctuidae umumnya berupa jenis ngengat yang termasuk ke dalam ordo Lepidoptera yang mencapai kurang lebih 180.000 spesies yang tersebar di seluruh dunia.
Ciri khas yang mencolok pada famili ngengat ini adalah kebiasaan mereka yang cenderung aktif di malam hari atau nocturnal. Tak heran, famili ngengat ini sering disebut sebagai ngengat owlet, dengan nama owlet yang memiliki arti "burung hantu kecil", merujuk pada kecenderungan untuk aktif di malam hari.
Selain itu, ciri khas fisik yang terdapat pada famili ini adalah warna sayapnya yang didominasi oleh warna cokelat, serta abu-abu, serta memiliki panjang spesifik sekitar 3 sampai dengan 4 cm.
Pada ulat grayak, yang menjadi fokus pada artikel ini memiliki ukuran tubuh sepanjang 2,5 cm, dan didominasi oleh warna cokelat serta abu-abu selayaknya warna pada fase Imago, atau menjadi ngengat sempurna.
Ulat grayak ini sendiri telah tersebar secara merata di seluruh wilayah Indonesia, dan mampu menjangkiti hingga 80 spesies tanaman, termasuk tanaman pangan seperti padi, jagung, tebu, ataupun sayur-sayuran.
Selain itu, ulat grayak mampu berpindah dengan radius 100 kilometer melalui bantuan angin, sehingga dengan daya rusak serta perpindahan yang begitu masif inilah ulat grayak dinobatkan menjadi salah satu musuh besar bagi tanaman pangan serta tanaman pertanian lainnya.
Siklus Hidup Ulat Grayak
Adapun daur hidup dari ulat grayak ini sendiri terbilang cukup serupa dengan daur hidup hewan ngengat atau kupu-kupu lainnya, dengan siklus yang dimulai dari fase telur hingga fase imago, atau ngengat sempurna.
Pada fase telur, ulat grayak mampu menghasilkan sekitar 1000 hingga 2000 telur pada setiap fase, dengan diameter telur sekitar 0.3 hingga 0.4 mm, serta mampu menetas dalam interval waktu 3 hari.
Pada masa larva, atau saat menjadi ulat grayak sendiri memiliki warna cokelat ke abu-abuan, serta memiliki bintik hitam, dan rambut halus di sekujur badan ulat tersebut. Pada fase inilah ulat grayak mulai beraksi sebagai hama pada hasil tani.
Setelah itu, larva ulat grayak akan menjelma menjadi pupa yang memiliki panjang sekitar 12 hinga 16 mm, serta membutuhkan waktu sekitar 6 sampai 14 hari untuk menjadi imago, atau ngengat.
Pada fase terakhir, pupa akan menjelma menjadi imago, atau ngengat sempurna dengan dominasi warna cokelat serta abu-abu. Masa hidupnya dihabiskan selama 14 sampai dengan 21 hari hingga selanjutnya gugur, atau menghasilkan telur ulat grayak lain.
Daya Rusak Hama Ulat Grayak
Seperti yang disinggung sebelumnya, ulat grayak merupakan hama nakal yang harus diberantas oleh para petani. Umumnya, ulat grayak menyerang tanaman pangan dengan cara menggigit bagian daun dari tanaman tersebut sebagai sumber makanan utamanya.
Selain itu pada tanaman jagung, ulat grayak biasanya menyerbu bagian daun serta tongkol dari jagung, sehingga daya rusak yang ditimbulkan oleh hewan ini dapat berpotensi mematikan pertumbuhan dari tanaman jagung.
Namun untungnya pengendalian dari hama ulat grayak ini mampu diatasi secara baik melalui beberapa metode penanggulangan. Yang pertama adalah dengan bahan kimiawi, atau optimalisasi insektisida untuk membasmi penyebaran ulat grayak.
Selain itu, tindakan mekanis seperti pencabutan ulat grayak secara langsung, ataupun penggunaan predator alami seperti laba-laba, atau polistes dapat membantu penanggulangan hama ulat grayak ini.
Baca Juga: Light Trap Insect, Solusi Pengendali Hama Selain Pestisida
Referensi :
https://genent.cals.ncsu.edu/insect-identification/order-lepidoptera/family-noctuidae/
https://en.wikipedia.org/wiki/Noctuidae
https://www.corteva.id/berita/Apa-Itu-Hama-Ulat-Grayak-di-NTT-dan-Cara-Mengatasinya.html
https://bbpopt.tanamanpangan.pertanian.go.id/artikel/studi-biologi-dan-morfometri-ulat-grayak-spodoptera-frugiperda-di-laboratorium-bbpopt
https://repositori.uma.ac.id/jspui/bitstream/123456789/576/5/108210026_file5.pdf
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News