Pendidikan selalu menjadi tema yang menarik untuk diangkat dalam sebuah puisi. Lewat rangkaian kata yang sederhana tetapi mendalam, puisi bisa menggambarkan betapa pentingnya peran pendidikan dalam kehidupan kita.
Dalam artikel ini, Kawan GNFI akan melihat kumpulan contoh puisi tentang pendidikan yang penuh makna dan menginspirasi. Yuk, simak puisi-puisi di bawah ini dan temukan pesan-pesan berharga yang terkandung di dalamnya!
Baca Juga: 20+ Puisi Hari Pahlawan 10 November Singkat-Menyentuh, Bisa untuk Anak SD
Kumpulan Contoh Puisi tentang Pendidikan
Berikut merupakan kumpulan contoh puisi tentang pendidikan yang dapat menjadi referensi Kawan GNFI.
Contoh 1: Pendidikan
Karya: Anisa Dian Cahyani
Di atas tanah bumi pertiwi
Saya mengambil langkah
Betapa begitu pentingnya pendidikan bagi generasi muda saat ini
Untuk lebih maju sukses
Akan kutunjukan pada dunia
Saya dapat 'tuk meraih mimpi
Saya sanggup 'tuk raih cita-cita
Yang aku inginkan.
(Sumber: Buku Kumpulan Puisi Tema Pendidikan oleh Mahasiswa PGSD P2K Universitas Muhammadiyah Tangerang Ak. 2022)
Contoh 2: Bintang
Karya: Chairil Anwar
Aku mencintai kelasmu
Kamu membuatku 'tuk melihat
Bahwa untuk hidup bahagia
Belajar adalah kuncinya
Kamu memahami muridmu
Kamu perhatian dan pandai
Kamu guru terbaik yang pernah ada
Aku tahu itu dari awal kita bertemu
Aku memperhatikan kata-katamu
Kata-kata dari seorang guru sejati
Kamu lebih dari teladan terbaik
Sebagai guru, Kamu adalah bintang
(Sumber: Buku 'Aku Ini Binatang Jalang' oleh Chairil Anwar)
Contoh 3: Gerbang Masa Depan
Karya: Adriana Deke Ate
Aku melangkah dan berlari dari hutan yang rimbun
Hela demi hela napas yang terhempas untuk menggapai asa yang
Tertimbun secara harapan muncul
Meskipun gelombang ombak dan batu karang kutempuh
Engkau datang
Belai tangan halusnya menyentuh penuh kasih suaranya lugas
Menyampaikan kata demi kata menuntunkan
Menuju gerbang masa depan
Dengan segala pengetahuan yang engkau bagikan dan keterampilan yang kau tebar
Aku yang dulu belum mengerti apa-apa
Aku yang dulu bukan apa-apa
Saat ini aku mampu berdiri untuk menggapai cita-cita
(Sumber: Buku Kumpulan Puisi Tema Pendidikan oleh Mahasiswa PGSD P2K Universitas Muhammadiyah Tangerang Ak.2022)
Contoh 4: Teratai
Karya: Sanusi Pane
Kepada: Ki Hajar Dewantara
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersembunyi kembang indah permai
Tidak terlihat orang yang lalu.
Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun bersemi laksmi mengarang
Biarpun dia diabaikan orang
Seroja kembang gemilang mulia.
Teruslah, o, teratai bahagia
Bersemi di kebun tanah Indonesia
Biarkan sedikit penjaga taman
Biarpun engkau tidak dilihat
Biarpun engkau tidak diminat
Engkau turut menjaga jaman
(Sumber: Repository UNY 'Puisi Indonesia' oleh Maman Suryaman Wiyatmi)
Contoh 5: Pengabdian Tanpa Batas
Karya: Adriana Deke Ate
Bisakah kita bayangkan.
Apa jadinya diri ini tanpa guru
Apa jadinya negeri ini tanpa guru
Dan bagaimana nasib generasi bangsa ini tanpa guru
Guru, orang yang mengajar tentang aksara berbagai macam
Pengetahuan dan juga ilmu pondasi negeri yang tak kenal balas jasa
Tidaklah mudah baginya
Di saat selalu ada tantangan dan juga ujian pembangunan asa
Bagi setiap generasi bangsa sebab dunia tak seindah dongeng dan cerita
Ikhlas, adalah pelajaran berharga di setiap langkah kakinya.
Tak peduli tentang apa saja
Dia selalu menjalankan tugasnya
Bukan sebagai pekerja namun sebagai orang tua bagi anak didiknya
Dia menganggap itu dengan pengabdian yang tiada batas.
(Sumber: Buku Kumpulan Puisi Tema Pendidikan oleh Mahasiswa PGSD P2K Universitas Muhammadiyah Tangerang Ak.2022)
Contoh 6: Guruku
Karya: Anisa Dian Cahyani
Guru
Kau pelita hidupku
Kau jadikan kami paham
Kau jadikan kami pandai
Apa yang terjadi jika kau tak ada
Apa yang terjadi jika kau tak mengajar
Kami tidak akan pernah tahu dan pandai
Oh guru
Kau sungguh berjasa bagi kami
Kau sungguh pelita bagi kami
Guru betapa besar jasamu.
(Sumber: Buku Kumpulan Puisi Tema Pendidikan oleh Mahasiswa PGSD P2K Universitas Muhammadiyah Tangerang Ak.2022)
Contoh 7: Buku
Karya: Anisa Dian Cahyani
Buku
Kau adalah jendela ilmu
Jendela menuju kehidupan yang lebih sukses
Menuju kehidupan yang lebih indah
Buku
Kau adalah sumber ilmu
Tempat di mana aku belajar dan membaca
Dari aku tak tahu sampai tahu
Terima kasih buku
Engkau temani hariku
Dari kecil hingga besar
Tuk menggapai cita-citaku
(Sumber: Buku Kumpulan Puisi Tema Pendidikan oleh Mahasiswa PGSD P2K Universitas Muhammadiyah Tangerang Ak.2022)
Contoh 8: Bu Guru Yuli
Karya: B Retang Wohangara
Matahari t'lah terik di ubun-ubun,
Waktunya pulang, ke rumah seberang sungai
Bu guru menyuruh kami berdiri; seperti biasanya
nyanyikan lagu Nasional di sisa jam sekolah.
Mungkin ia ingin kami menjaga riang, meski keroncongan.
Mungkin ... agar kami bangga jadi Indonesia. Merasa sentosa
Hari ini Garuda Pancasila,
"Garuda Pancasila, akulah pendukungmu...
Patriot proklamasi (dua kata yang tidak terucap sempurna;
Terlalu rumit untuk lidah anak desa)
Di lirik "ayo, maju-maju," aku berteriak "ayo ma'njuuma'njuu"
Yang artinya "ayo, lapar-lapar" dalam bahasa daerahku, Kambera.
Bu guru menjewer telingaku, nyeri sampai ke mata.
Sesenggukan di sudut ruang, dia menghampiriku
Memberi 2 permen hopjes.
Aku melesat keluar ruangan, disusul Maria, pacar kecilku,
Pakaian di atas kepala, kami menyeberang sungai, sepaha, setelanjangan
Seperti hari lain, aku gengam jemarinya, sambil mengulum permen hopjes.
Besok belajar lagi bersama bu guru, lalu menyanyi di ujung hari.
Mungkin Hymne Guru "terpujilah wahai engkau; ibu guru Yuli.... Lalalala lalala..."
(Sumber: Buku Pijar: Antologi Puisi Pendidikan oleh Universitas Katolik Soegijapranata)
Contoh 9: Sekolah Sejuta Impian
Karya: Faradilla Aghnia Alifia
Sekolahku...
Kau tampak kokoh nan indah
Tempat menimba ilmu
Tuk masa depan yang cerah
Memang fasilitasmu tak selengkap di rumah
Tak ada kasur, tv dan kulkas
Tetapi semua terasa lengkap
Bila menginjak kaki di sekolah
Inilah sekolahku
Sekolah yang membuatku nyaman
Sekolah yang memiliki sejuta kenangan
Sekolah yang memiliki sejuta impian
(Sumber: Buku Sekolahku Istanaku Kumpulan Puisi Siswa SMPN 4 Surabaya)
Contoh 10: Pahlawan Selanjutnya
Karya: Ardaradja Kusuma B
Pattimura mempertajam pedang sebelum bertarung
Kita mempertajam pensil untuk bersiap belajar
Diponegoro bersiap dengan memperkuat pertahanan pasukannya
Kita juga akan membaca buku untuk bersiap di masa depan
Perjuangan pahlawan hebat masih ada
Api semangat diturunkan ke kita kawula muda
Untuk belajar dan menambah pengetahuan
Meneruskan perjuangan mereka melalui ilmu
Jangan berkecil hati dan semangat
Karena perjuangan kita pun sama hebatnya
Teruslah haus akan ilmu dan lapar akan fakta
Dengan itulah kita menjadi pahlawan selanjutnya
(Sumber: Buku Pijar: Antologi Puisi Pendidikan oleh Universitas Katolik Soegijapranata)
Contoh 11: Ki Hajar Dewantara
Karya: A. K. Wardhani
2 Mei engkau dilahirkan
Tanggal itu pula kami abadikan
sebagai hari Pendidikan Nasional
Karena jasamu,
Mengentaskan kebodohan
Memerangi penjajah dengan cahaya pengetahuan
Putra ningrat yang merakyat
Pengasingan tak menghentikan langkah
Serbuan kritik tajam kau arah
Jiwamu menahan amarah
Dalam doa dan tengadah
Dalam tulisan penuh amanah
Ki Hajar Dewantara... Ki Hajar Dewantara!
Pekik namamu harum kukenang selalu
Engkaulah pendiri Taman Siswa
Engkaulah pejuang Tiga serangkai
Teladanmu terlukis nyata penuh wibawa
Dalam perjuanganmu!
Dalam tulisanmu!
Dalam dedikasimu!
Semboyanmu akan selalu terpatri
Ing ngarsa sung tuladha
Ing madya mangun karsa
Tut Wuri handayani
(Sumber: Puisi pilihan satu oleh disdikbud.kendal)
Contoh 12: Dikoyak Suara
Karya: Ika Rahutami
Di ujung sore yang sepi
Terbayang kerinyit kemarahan bercampur bau perjuangan
yang berkobar sekian puluh tahun lalu
"apakah kamu mendidik?"
"iya," jawabku
"mendidik semacam apa?"
"ya mendidik orang muda supaya pintar, supaya tidak bertemu alisnya ketika berbicara teknologi, supaya kelak jadi kaya"
"cukupkah?" desisnya lagi. "Kamu lupa, pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan"
Aku terdiam
Membiarkan suara suara di telinga terganti oleh detak nadiku yang lebih cepat
Tergerus oleh arus yang lebih cepat,
terlupa kemewahan idealisme, kokoh kemauan, dan halus perasaan
Terlupa atau sengaja lupa
Itu tetap kegagalan
(Sumber: Antologi Puisi Pendidikan oleh Benny D Setianto dkk, Civitas Akademika Unika Soegijapranata)
Contoh 13: Pembuka Jendela Dunia
Karya: Lia Kencana
Raut wajah yang polos mencari isi dunia
Tapi matanya buta, tak tahu ingin kemana
Hanya menadahkan tangan untuk meminta-minta
Mereka bagai kertas putih tanpa goresan tinta
Ada malaikat dikirim ke Bumi
Sebagai wahana untuk mencerdaskan bangsa anak negeri
Jemari malaikat itu mulai menari-nari,
mengumpulkan huruf membentuk kata yang memiliki arti
Malaikat itu tak pernah mengharap kembali
Ia ikhlas mentransfer ilmu kepada negeri ini
Rasa lelah, letih, gelisah tak pernah ia tunjukan
Bagai orang tua memberi kasih sayang dan bagian
(Sumber: Antologi Puisi Antariksa 2k18 'Puisi Pendidikan' oleh Rabiah, dkk.)
Contoh 14: Daun Muda Berguguran
Karya: Bagus Tri Sutrisno
Berjuta-juta tunas bangsa tak mampu menetik cita
Cangkuli lahan serba terpaksa
Keringat dan air matanya bersenyawa
Apa hendak dikata
Pendidikan tak tamatkan mereka
Karena kesejahteraan masih mimpi belaka
Hingga berjuta-juta daun muda
Berguguran di musim pancaroba
Apa hendak disesali
Mereka kini hanya dikapitalisasi
Menjadi mekanik liberalisasi
Robohkan pilar pilar bangsa sendiri
Mereka kehilangan nakhoda
Keteladanan di gelap rimba
Lupa pulang ke jati diri Indonesia
Entah siapa wajah sebenarnya
(Sumber: Buku Kumpulan Puisi Tema Pendidikan oleh Mahasiswa PGSD P2K Universitas Muhammadiyah Tangerang Ak.2022)
Baca Juga: 20+ Puisi Kemerdekaan untuk 17 Agustus Singkat 2-4 Bait yang Menyentuh Hati
Contoh 15: Senandung Literasi
Karya: Anisah Izdihar Nukma
Senja ini semburat merah mewarna langit yang abu
Anganku terbang pada masa belajar mengeja
Kala itu, aku tersenyum mendengar dongeng pelajar nusantara
Sang penakluk bukit, penyisir sungai yang handal
Para pengejar ilmu, penggerak peradaban
Teruntuk pencinta ilmu
Membaca adalah bukti rindu yang menyeruak
Memaksa mata terkunci dengan baris dan baitnya
Lantas waktu bertransformasi jadi anak panah berkecepatan tak hingga
Dunia memang tak menjadi milikku, tapi aku mencipta duniaku sendiri
Aku ingin berkata lewat aksara, goresan pena
Merapal doa dan nasihat untuk maslahat
Diam untuk membaca, berkata untuk bercerita
Sebab literasi tak melulu tentang seni, tapi juga keinginan berbagi
Tinta senja adalah katalis bagi zaman yang tengah miris
Malam segera tiba, tapi fajar pasti menyingsing setelahnya
Maka mimpi dan usaha harus digerilya demi mentari yang lebih jingga
(Sumber: Buku Antologi Puisi Pendidikan oleh Rabiah, dkk)
Contoh 16: Para Pelajar
Karya: Elfrida Octaviani
Kami tumbuh untuk Indonesia
Kami hidup untuk Indonesia
Kami berdiri untuk Indonesia
Kami mati untuk Indonesia.
Tidak semata mata kami hanya meminta
Dengan jeritan dan ronta
Tapi kami juga mengalirkan
Ilmu sebagai terapan yang meringankan
Malam tergelap tepat sebelum fajar
Rintangan dan halangan selalu mengajar
Esa hilang dua terbilang
Tak akan ada harapan yang hilang
(Sumber: Buku Antologi Puisi Pendidikan oleh Civitas Academika Universitas Katolik Soegijapranata)
Contoh 17: Guruku Pahlawanku
Karya: Pieter Wattimury
Jika Matahari tidak ada
Jika Matahari tidak bersinar lagi
Maka gelaplah dunia ini
Tak ada setitik pun cahaya menyinarinya
Tidak ada kehangatan yang terpancar
Guru....
Engkau seperti matahari
Bersinar dan memberi cahaya pendidikan
Dengan ketulusan engkau mendidik
Engkau mengajar dan membagi ilmu
Terima kasih atas segala jasamu
Engkaulah pahlawan bagiku
(Sumber: Buku Antologi Puisi Pendidikan oleh Civitas Academika Universitas Katolik Soegijapranata)
Contoh 18: Pahlawan Pendidikanku
Karya: Roberta Nurlita
Dahulu ku tak tahu menahu tentang arti dunia ini
Aku tak tahu apa itu garis ataupun kata
Dulu sangatlah hampa tak ada coretan di kertas
Aku tak tahu harus diisi apa sih kertas itu
Dulu hanya ada bermain sampai sang surya mulai terbenam
Tapi kini dunia sudah diselimuti warna-warni
Tentunya warna yang begitu indahnya sampai mata ini
terkesan saat melihatnya
Tentang si kertas yang penuh akan garis dan coretan
Tentang warna yang harus kulukis di atas kertas
Juga tentang kata yang perlahan mulai ku baca
Terimakasih pada pahlawan kuucapkan
Untuk semua pahlawan pendidikan di Negeri ini
Pendidikanlah yang membuatku mengenal anganku
Anganku di mana kata pahlawan itu harus kugapai sampai
ke langit
Kaulah pelita kehidupanku
Yang senantiasa menerangi diriku untuk menggapainya
Untuk menjalani hidupku menjadi lebih bermakna
Terimakasih sekali lagi kuucapkan atas pengabdianmu
Akan kubuktikan dengan menjadi penerusmu
Negri ini harus dipenuhi oleh orang-orang sepertimu
Supaya tak ada lagi anak bersedih tak bisa membaca
Supaya Negri ini tak lagi menangis akan sepinya
penerusnya
Kelak kau akan bangga para pahlawanku
Atas jasa-jasamu menciptakan banyak pahlawan baru untuk
Negri ini
(Sumber: Buku Pijar: Antologi Puisi Pendidikan oleh Universitas Katolik Soegijapranata)
Contoh 19: Dia yang Tidak Mengenal Kata Lelah
Karya: Jovita Widyahandari
Peluh dan mata yang kian hari kian layu
Tak kenal lelah, semangatmu selalu berkobar
Sabar... sabar... tak pernah mengeluh
Hanya pundi-pundi sederhana yang kau terima, namun tak pernah menawar
Sinarmu yang selalu terang
Meski dalam temaram sang surya yang kian tenggelam
Saat dahaga akan ilmu dalam diri ini menyerang
Kau tegukkan ilmumu padaku tanpa mengenal kata padam
Maka seberat dan setinggi gunung,
Kuhaturkan rasa terimakasih padamu
Yang di dalam hati selalu agung
Maka puisi ini kuhaturkan padamu, guruku…
(Sumber: Buku Antologi Puisi Pendidikan oleh Civitas Academika Universitas Katolik Soegijapranata)
Contoh 20: Aku Rela Dididik
Karya: David Aribowo
Aku rela kau tegur demi kesabaranmu
Aku rela belajar giat karena nasehatmu
Aku rela dididik karena saranmu
Aku tidak rela untuk mencontek karena janjimu
Kau rela mendidikku untuk merubah hidupku
Kau rela membimbingku meskipun aku bandel
Kau rela menyayangiku meskipun aku letih
Kau rela memberi jasa untuk beragam masa depan
muridmu
(Sumber: Buku Pijar: Antologi Puisi Pendidikan oleh Universitas Katolik Soegijapranata)
Contoh 21: Tempat penentu Masa Depanku
Karya: Nandria Dilla Resita
Kau adalah .....
Tempat yang selalu aku datangi
Tempat yang selalu membuatku senang
Dan tempat yang terkadang membuatku sedih
Karena kau adalah tempat untuk mengetahui kemampuanku yang belum tercapai
Sekolahku .....
Aku rela pergi pagi dan pulang sore demi untuk menimba ilmu kepadamu
Aku rela lelah untuk masa depanku
Oh sekolahku .....
Kau seperti tempat penghubung antara aku dan teman - temanku
Kau juga seperti rumah keduaku
Oh sekolahku .....
Tolonglah aku .....
Tampung aku agar aku bisa belajar dengan guru - guru
Yang juga Mendukungku untuk sukses di masa depan
Oh sekolahku .....
Bagiku kau adalah tempat penentu masa depanku
Dan kau adalah istanaku untuk menuju kesuksesan
(Sumber: Buku Sekolahku Istanaku Kumpulan Puisi Siswa SMPN 4 Surabaya)
Contoh 22: Suara Murid Masa Kini
Karya: Pipit Sriwulan
Inginku bebas inginku lepas
Terserah air mengalir ke mana
Melewati pasir, lembah dan telaga
Berlari sekuat-kuatnya yang tanpa batas
Kebebasan mengolah cipta, rasa, dan karya itu hak kami
Tuk memupuk sejuta potensi yang terpatri di sanubari
Maka waktu, ilmu dan maju akan tumbuh dalam diri
Kemerdekaan dalam bermain dan belajar haruslah ditaati
Dukunglah kami, bimbinglah kami
Menggapai keemasan sebagai wujud dari mimpi
Doakan kami, agar tiada jalan yang tak pantas tuk dilalui
Kami hanyalah seekor semut yang pantas tuk disayangi
Sungguh pendidikan adalah pusaka
Harus selalu dijaga kemurnian dan keutuhannya
Mengayomi, memfasilitasi mencetak generasi
sesuai keyakinan falsafah negeri
Menopang kuat kemajuan negara,
berakarkan budaya Indonesia
(Sumber: Ebook Spirit Guru Penggerak: Kumpulan Puisi Filosofi Ki Hajar Dewantara, Antologi Puisi CGP Angkatan 4 Tulungagung)
Contoh 23: Menggapai Mimpi
Karya: Ni Nengah Restari
Senyum terukir tipis
Menghias bibir yang manis
Langkah demi langkah berpijak
Mengejar angan yang bijak
Sejuta harapan kurengkuh
Laksa rintangan kutempuh
Laksa menuju kemenangan
Menggapai impian
Riang gembira jalan hidup
Hati ikhlas bahagia datang
Perjuangan dan doa penuh ikhlas
Bawa berkah yang berlimpah
(Sumber: Antologi Puisi Pendidikan oleh Ni Nengah Restari, dkk, Komunitas Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Kreatif Kabupaten Lombok Tengah)
Contoh 24: Para Pelajar
Karya: Elfrida Octaviani
Kami tumbuh untuk Indonesia
Kami hidup untuk Indonesia
Kami berdiri untuk Indonesia
Kami mati untuk Indonesia
Tidak semata mata kami hanya meminta
Dengan jeritan dan ronta
Tapi kami juga mengalirkan
Ilmu sebagai terapan yang meringankan
Malam tergelap tepat sebelum fajar
Rintangan dan halangan selalu mengajar
Esa hilang dua terbilang
Tak akan ada harapan yang hilang
(Sumber: Ebook Pijar: Antologi Puisi Pendidikan oleh Benny D Setianto dkk, Civitas Akademika Unika Soegijapranata)
Contoh 25: Ironi Pendidikan
Karya: Marlin Putri Bulawan
Untukmu yang mengenyam pendidikan...
Di saat kau diberi kesempatan
Menjela hal istimewa bernama pendidikan
Di saat yang sama kau malah menyia-nyiakan
Kau terjerembam dalam kenyamanan
Sekeliling pun kau abaikan
Bukankah pendidikan mengajarkan kepedulian
Ataukah kita yang terlalu asyik dengan keegoisan
Sadarilah di sisi lain, ada hati yang menggebu-gebu
Mendaba hal termewah yang kau jadikan sia-sia
Bangkit, lawan rasa malas dan keegoisan yang menggerogotimu
Atau kau terlarut dalam dunia yang menjadikanmu tak berguna
(Sumber: Antologi Puisi Antariksa 2k18 'Puisi Pendidikan' oleh Rabiah, dkk.)
Contoh 26: Semangat Belajar
Karya: Dono Setiawan
Tas sekolah disediakan
Sebelum pergi jangan lupa sarapan
Ibu memberi uang jajan
Teman-teman sudah di depan
Bersepeda di pagi hari
Ditemani semangat di bawah menteri
Ramai sudah sahabat berjalan kaki
Aku berlari karena bel berbunyi
Buku sudah di depan mata
Guru mengajar tentang matematika
Dengan serius mendengar penjelasan guru
Teringat pesannya semangat menuntut ilmu
Setiap hari rajinlah belajar
Agar kelak menjadi pintar
Kejar cita-cita setinggi langit
Menambah ilmu seperti bukit
(Sumber: Buku 'Puisi Anak-Anak oleh Hendrik Eko Prasetiyo, dkk.)
Contoh 27: Negeri Ini Tertawa
Karya: Syarif Nurullah
Sebab terlalu risih
Negeri ini berbisik pada:
"Indonesia semakin tahun semakin bodoh saja!"
Ah yayaya, aku mengangguk-angguk kepala
Aku pun demikian adanya
Bagi siswa
Sekolah adalah tempat nongkrong yang paling mewah
Nafsu-nafsu di gembala
Sementara di bilik balikpintu
Jas terganggu bisu
Dibawahnya ijazah berdebu
Negeri ini mengangguk-angguk kepala
Membaca puisiku, dia tertawa
"Aku setuju!" katanya
(Sumber: Antologi Puisi Antariksa 2k18 'Puisi Pendidikan' oleh Rabiah, dkk.)
Baca Juga: 10 Cerita Rakyat Pendek dari Indonesia, Malin Kundang hingga Sangkuriang
Semoga contoh-contoh puisi tentang pendidikan di atas dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi, serta mengingatkan kita akan nilai-nilai penting yang harus terus dijaga. Semoga bermanfaat, Kawan!
Informasi dalam artikel ini telah diperbaharui pada Sabtu, 3 Mei 2025, pukul 14.56 WIB.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News