Beberapa waktu yang lalu, media sosial diramaikan dengan tagar (hashtag) #MarriageIsScary. “Marriage is scary” sendiri memiliki arti “pernikahan itu menakutkan”. Tagar ini bertujuan untuk menyampaikan pendapat sebagian warganet tentang kehidupan pernikahan yang tidak selalu baik-baik saja.
Banyak dari warganet di media sosial TikTok, Instagram, maupun X memberikan pendapatnya tentang mengapa kehidupan pernikahan itu menakutkan, salah satunya adalah risiko kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perselingkuhan, dan pasangan yang terlalu patriarki.
Beberapa kearifan lokal Indonesia mengajarkan nilai-nilai luhur yang bisa digunakan sebagai panduan dalam kehidupan berkeluarga. Jawa Barat sendiri memiliki beberapa nilai yang dapat dijadikan referensi dalam menjalani kehidupan berumah tangga agar tercipta hubungan yang harmonis dan bahagia.
Terdapat 6 ajaran turun-temurun di dalam masyarakat Sunda tentang pernikahan yang mencerminkan nilai-nilai luhur dan panduan bagi kehidupan berumah tangga. Keenam nilai tersebut adalah sebagai berikut.
Baca juga: Mahasiswa KKN-PPM UGM Lakukan Sosialisasi Bahaya Pernikahan Dini dan Kawin Hamil di SMAN 1 Tempel
1. Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh
Nilai dasar dalam kehidupan pernikahan bagi masyarakat Sunda adalah silih asih, silih asah, silih asuh. Silih asih berarti saling mencintai. Silih asah mengajarkan untuk saling mengingatkan dan mendidik, sedangkan silih asuh berarti saling menjaga dan melindungi.
Dengan silih asih, sepasang suami istri membangun fondasi rumah tangga dengan cinta. Kemudian karena rasa cinta tersebut, mereka saling mengingatkan saat membuat kekeliruan. Selain itu, kehidupan pernikahan yang dilandaskan pada cinta akan menumbuhkan kesadaran untuk melindungi satu sama lain.
2. Tepa Selira
Tepa selira merupakan konsep toleransi dan tenggang rasa yang sangat dijunjung tinggi dalam kehidupan pernikahan.
Nilai yang telah diturunkan oleh masyarakat Sunda ini mengajarkan pasangan untuk selalu memahami dan menghargai perasaan serta kondisi pasangannya, dengan tujuan menjaga keharmonisan dalam rumah tangga.
Dengan menempatkan diri pada posisi pasangan, seseorang akan lebih mudah berkompromi dan konflik dapat diminimalisasi sehingga kedamaian dan keharmonisan dalam pernikahan dapat tercapai.
Baca juga: Mengenal Adat Manten Pegon, Akulturasi Budaya dalam Pernikahan yang Istimewa
3. Kudu Taat ka Leluhur jeung Karuhun
Masyarakat Jawa Barat juga percaya akan pentingnya menghormati leluhur dan orang tua dalam konteks pernikahan. Leluhur dapat diartikan sebagai orang yang dituakan dan dianggap berpengaruh di keluarga atau masyarakat.
Restu dari orang tua dianggap sangat penting untuk keberkahan pernikahan. Oleh karena itu, setiap langkah dalam proses pernikahan, mulai dari lamaran hingga pelaksanaan pernikahan, selalu melibatkan orang tua dan tokoh masyarakat sebagai bentuk penghormatan dan untuk mendapatkan restu agar kehidupan rumah tangga sepasang suami istri dapat berlangsung lama.
4. Rukun Jeung Sauyunan
Ajaran ini menekankan pentingnya hidup rukun dan saling mendukung dalam pernikahan. Pasangan suami istri diajarkan untuk selalu kompak dan menjaga kesatuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Kerukunan dan dukungan satu sama lain dapat dilakukan melalui komunikasi yang baik. Dengan berkomunikasi, suami dan istri akan dengan mudah mencapai mufakat dalam mengambil suatu keputusan.
Dengan menjaga kerukunan, masalah-masalah yang muncul dapat diselesaikan bersama, dan keharmonisan keluarga dapat terjaga.
5. Sakola Istri
Pendidikan bagi perempuan dalam masyarakat Sunda ternyata merupakan sebuah nilai luhur. Bagi masyarakat Jawa Barat, pendidikan seorang perempuan dianggap penting khususnya untuk menjalankan kehidupan berumah tangga.
Sakola Istri, yang didirikan oleh Dewi Sartika, mengajarkan bahwa perempuan harus memiliki pendidikan yang baik agar mampu mendidik anak-anak dan mengelola rumah tangga dengan bijak.
Pendidikan yang baik bagi perempuan dianggap sebagai fondasi penting dalam membangun keluarga yang kuat dan harmonis.
Baca juga: Eksplorasi Budaya, Cerita Kemilau Riau Menilik Tradisi Pernikahan Melayu
6. Ajengan
Dalam masyarakat Sunda, peran ajengan (guru agama) sangat penting dalam memberikan bimbingan pernikahan.
Sebelum menikah, pasangan sering kali mengikuti bimbingan dari ajengan mengenai tanggung jawab dan etika dalam pernikahan menurut ajaran agama. Ini membantu pasangan untuk mempersiapkan diri dengan baik dan memahami peran masing-masing dalam rumah tangga.
Sebuah pernikahan tidak akan menakutkan jika pasangan suami istri mengerti peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Dengan menjunjung nilai-nilai luhur yang diajarkan secara turun temurun, sepasang suami istri akan memiliki panduan dalam menjalankan rumah tangganya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News