Rasa lemas kerap kali terjadi pada orang yang menjalankan puasa. Hal tersebut merupakan akibat dari adanya penurunan kadar gula darah karena berkurangnya asupan kalori dibandingkan dengan waktu ketika tidak berpuasa.
Selama kadar gula darah tersebut masih dalam rentang normal (bukan hipoglikemia), hal ini wajar terjadi. Namun, yang menjadi masalah adalah jika rasa lemas ini terus menerus terjadi selama berpuasa, tentunya akan sangat mengganggu aktivitas.
Apalagi bulan Ramadan bukan menjadi penghalang bagi siapapun yang melaksanakan ibadah puasa dari tuntutan pekerjaannya.
Terlebih, bulan Ramadan merupakan bulan mulia bagi umat muslim untuk memberi kesempatan kepada mereka beribadah semaksimal mungkin.
Agar bisa melaksanakan pekerjaan dan ibadah dengan maksimal dalam keadaan berpuasa, tentunya dibutuhkan kondisi tubuh yang sehat dan bugar. Namun, bagaimana jika rasa lemas yang justru menyerang tubuh?
Tidak perlu khawatir, rasa lemas yang Kawan alami bisa diatasi dengan mengikuti beberapa tips di bawah.
Baca juga: Tetap Sehat saat Berpuasa bagi Penderita Diabetes
Membangun Kondisi Psikologis yang Positif Sebelum Berpuasa
Pola pikir positif ini dapat berupa membentuk niat yang ikhlas dalam hati bahwa segala aktivitas yang akan dilakukan selama berpuasa merupakan ibadah yang akan bernilai pahala.
Selain itu, kuatkan juga niat berpuasa Kawan sebagai upaya untuk memperoleh kesehatan jasmani.
Kebanyakan orang melupakan pentingnya membangun kondisi psikologis yang baik dengan pola pikir yang positif sebelum melakukan segala kegiatan.
Padahal aktivitas tersebut perlu dibiasakan agar kegiatan yang akan dilakukan akan menghasilkan outcome yang baik pula.
Ingatlah bahwa segala yang terjadi pada tubuh, seperti sehat dan sakit, semuanya berawal dari pemikiran individu itu sendiri.
Begitupun saat berpuasa. Pemikiran yang negatif seperti takut kelelahan, takut sakit, malas, takut lemas ketika beraktivitas, justru kemungkinan besar pemikiran-pemikiran negatif itulah yang akan terjadi pada tubuh ketika berpuasa.
Sebaliknya, pemikiran positif seperti yang telah dijelaskan sebelumnya akan membawa rasa semangat, serta kesehatan, dan kebugaran bagi tubuh.
Korelasi antara kondisi psikologis dengan kualitas berpuasa juga telah dibuktikan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhopilah, Gamayanti, dan Kurniadewi dalam Jurnal Psikologi Islam dan Budaya.
Hasilnya menyatakan bahwa ada hubungan antara kebahagiaan dan kualitas berpuasa yang ditunjukkan oleh bagaimana seseorang menghayati makna dari puasa tersebut.
Mempersiapkan Kondisi Jasmani yang Baik
Membangun kondisi tubuh yang baik dapat dilakukan dengan mengikuti kiat-kiat di bawah ini:
Mengatur Asupan Makan Saat Sahur
Sahur selain bernilai ibadah juga baik untuk meningkatkan kualitas tubuh saat berpusa. Pastikan untuk tidak pernah melewatkan aktivitas ini, serta sajikan menu makanan yang variatif dengan gizi seimbang saat sahur.
Asupan kalori yang adekuat dibutuhkan ketika sahur. Karena makanan yang dikonsumsi saat sahur sebagai sumber energi utama ketika menjalankan puasa.
Tentunya kebutuhan kalori setiap orang berbeda-beda, bergantung pada berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, usia, dan aktivitas fisiknya.
Penuhi juga sahur Kawan dengan asupan protein yang tinggi serta buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, atau biji-bijian yang kaya akan serat. Hal ini karena protein dan serat membantu Kawan untuk merasa kenyang lebih lama.
Protein meningkatkan laju metabolisme tubuh sehingga mempercepat pembakaran kalori menjadi energi. Dengan demikian Kawan tidak akan merasa lemas saat berpuasa.
Mengatur Asupan Makan Saat Berbuka Puasa
Saat berbuka puasa, Kawan kerap melihat banyak takjil berupa jajanan pasar yang tentunya membuat tidak sabar untuk segera mengonsumsinya setelah 12 jam berpuasa.
Ketika keinginan tersebut mulai melanda Kawan, segeralah untuk menahannya. Kebanyakan dari jajanan pasar adalah karbohidrat olahan seperti minuman manis, makanan olahan tepung, kue basah, kue kering, dan lain sebagainya.
Jika tidak ingin cepat merasa lemas saat puasa, hendaknya Kawan perlu mengurangi asupan karbohidrat olahan tersebut. Hal itu karena konsumsi makanan tersebut menyebabkan ketidakstabilan kadar gula darah.
Dalam arti lain, kadar gula darah setelah mengonsumsi makanan karbohidrat olahan berlebih akan cepat naik namun dengan sekejap cepat turun juga, sehingga tubuh akan mudah lemas.
Menjaga Kadar Cairan Tubuh
Pastikan tubuh agar tercukupi kebutuhan cairannya, dengan minum 2 liter air sehari, terbagi saat jam sahur dan jam buka puasa.
Melakukan Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik penting dilakukan untuk menjaga kebugaran jasmani. Tubuh akan terasa segar setelah berolahraga. Pastikan juga olahraga yang dilakukan sesuai dengan kemampuan tubuh Kawan.
Contoh olahraga ringan yang dapat dilakukan saat berpuasa oleh orang awam yang tidak biasa melakukan aktivitas berat diantaranya berjalan kaki, peregangan, yoga, berenang, atau bersepeda ringan.
Salah satu rekomendasi waktu untuk melakukan beberapa aktivitas fisik tersebut yaitu ketika petang menjelang buka puasa sekaligus ngabuburit.
Baca juga: Menghayati Kembali Istilah Ngabuburit
Buat Pola Tidur yang Berkualitas
Pola tidur berkualitas yang dimaksud di sini adalah tidur dengan waktu yang cukup (7-8 jam untuk usia dewasa), serta pastikan tidur tidak terlalu larut malam. Usahakan sebelum pukul 11 malam.
Hal tersebut agar Kawan juga bisa bangun di waktu sahur dalam keadaan segar dan bersemangat untuk makan sahur.
Hal yang perlu menjadi catatan bagi Kawan adalah pastikan bahwa rasa lemas tersebut tidak ditandai juga dengan gejala lain seperti keluar keringat dingin, pusing, pucat, sulit berkonsentrasi, dan lelah berlebihan.
Karena dikhawatirkan merupakan gejala Hipoglikemia atau kadar gula darah yang menurun di bawah batas normal.
Untuk memastikannya, Kawan dapat mengecek gula darah dan melakukan konsultasi ke dokter agar tidak terjadi penyakit komplikasi lain.
Sumber:
Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, 2018, Vol.1 no.1, "Hubungan Kualitas Puasa dan Kebahagiaan Santri Pondok Pesantren Al-Ihsan"
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News