Mutiara di Ujung Utara, julukan lain dari Pulau Natuna yang terlahir sebagai wujud
penggambaran atas keindahan alam hingga kekayaaan alam Kepulauan Natuna. Luas wilayah yang dimiliki Kabupaten Natuna, yaitu 264.198,37 km2 dengan sebagian besar berupa lautan 262.197,07 km2 dan luas daratan yang sangat kecil sekitar 2.001,30 km2.
Salah satu daerah dengan daratan yang luas di Natuna adalah Kecamatan Bunguran Batubi dan Desa Batubi Jaya termasuk sentra budidaya pertanian Kabupaten Natuna.
Desa Batubi Jaya merupakan desa dengan penduduk mayoritas adalah transmigran hasil dari program presiden Soeharto yang dimulai dari Tahun 1981 sebagai bentuk upaya mempertahankan kedaulatan negara dan kesempatan rakyat dalam mengelola sumber daya alam Natuna (Daim, 2020).
Jenis tanah di Desa Batubi Jaya berupa tanah liat dan tanah berpasir. Kondisi wilayah tersebutlah yang menyebabkan sektor pertanian menjadi salah satu sumber mata pencaharian utama masyarakat hingga sektor basis Kecamatan Bunguran Batubi.
KKN UGM Sambelia Berhasil Tumbuhkan Rumput Gajah Berpalatabilitas Tinggi “Gama Umami” di Desa Labuhan Pandan
Komoditas unggulan dari Desa Batubi Jaya berupa ubi, padi, jagung, kelapa, sayuran, dan buah-buahan. Beberapa sayuran yang banyak dibudidayakan yaitu sawi, bayam, kangkung,
seledri, daun bawang, cabai, dan tomat. Sementara untuk buah-buahan seperti rambutan, pisang, buah naga, durian, kelapa dan mangga.
Umumnya setiap rumah tangga memiliki lahan pertanian, perkebunan, dan pekarangan yang berisikan berbagai jenis tanaman musiman hingga tahunan. Beberapa data tersebut diperoleh berdasarkan hasil survei disertai wawancara dengan beberapa petani dan masyarakat yang melakukan kegiatan pertanian Desa Batubi Jaya.
Kondisi iklim dari Natuna sendiri cukup ekstrem dengan musim hujan yang umumnya
disertai angin maupun musim kemarau yang dapat menyebabkan beberapa sumber mata air mengalami kekeringan.
Kedua kondisi tersebut menyebabkan budidaya pertanian tidak dapat berjalan dengan lancar di setiap waktu karena air merupakan salah satu sumber utama kehidupan tanaman. Apabila musim hujan disertai angin berkepanjangan dapat menyebabkan kondisi dimana tanaman roboh, kadar air berlebih pada tanaman, pembusukan, dan paling parah adalah kegagalan panen.
Kondisi yang akan dialami saat musim kemarau di Pulau Natuna adalah tanah retak, tanaman layu, sumber mata air kering, dan tidak jarang terjadi kebakaran hutan.
Sosialisasi dan Pendampingan Pembuatan POC Ember Tumpuk oleh Mahasiswa KKN UGM di Sambelia Lombok Timur
Melalui survei yang telah dilakukan pada pertanian di Desa Batubi Jaya diketahui teknik unik penanaman yaitu penerapan sistem tanam per bedengan yang tinggi dan lebar sebagai antisipasi musim hujan karena aliran air yang belum berjalan baik.
Mayoritas petani di Desa Batubi Jaya menggunakan teknik tadah hujan sebagai sumber pengairan mereka. Budidaya yang patut ditiru dari petani Batubi Jaya adalah penerapan pupuk organik yang berasal dari kotoran sapi hingga nabati untuk tanaman mereka sebagai bentuk mengatasi permasalahan tingginya harga pupuk di Pulau Natuna.
Banjir atau istilah dari berlebihnya panen dari suatu komoditas menjadi tantangan utama petani di Natuna karena memiliki dampak langsung pada penurunan harga yang menyebabkan petani mengalami kerugian.
Masalah dari sisi budidaya lebih kepada mahalnya harga input produksi serta hama besar seperti babi dan monyet. Tingginya harga input produksi disebabkan oleh beberapa faktor seperti sedikitnya hingga tidak adanya adanya perusahaan input produksi sehingga menyebabkan dilakukannya impor dengan biaya pengiriman tinggi.
Hama besar terutama babi dan monyet disebabkan oleh masih banyaknya kawasan hutan di sekitar wilayah pertanian. Umumnya babi akan menyerangan dalam bentuk kelompok kecil bahkan per ekor saja. Sebaliknya, monyet lebih sering menyerang dalam bentuk kawanan. Kerusakaan akibat kedua hama tersebut dapat dibilang rata-rata terkadang kecil hingga terbesar adalah kegagalan panen.
Peringati Hari Hutan Indonesia, KKN PPM UGM Melukis Sambelia Tanaman Mangrove di TWA Keramat Suci
Masalah cukup krusial yang hingga saat ini masih dialami oleh petani di Batubi Jaya dan pemerintah adalah keterbatasan pasar yang dapat mereka jangkau. Hal tersebut didasari oleh beberapa faktor seperti tingginya biaya transportasi, sifat produk pertanian yang mudah busuk serta memenuhi ruang, dan risiko kriminal di laut. Selain itu, jumlah sumber daya manusia di Kabupaten Natuna kurang lebih 85,66 ribu jiwa yang dapat dikatakan cukup sedikit (BPS Kabupaten Natuna, 2024).
Bentuk upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi keterbatasan pasar adalah melalui pasar murah yang diselenggarakan dengan produk yang dijual berasal dari petani-petani lokal dan dijual khususnya di Kota Ranai.
Potensi sumber daya alam yang dimiliki Desa Batubi Jaya sangatlah menjanjikan yang mana hampir setiap tanah yang ada di wilayah tersebut dapat ditumbuhi beraneka ragam tanaman dari rerumputan hingga tanaman pangan.
Namun, terdapat harapan bagi para petani untuk melakukan ekspor produk mereka melalui isu penawaran dari Singapura untuk menjadikan Natuna sebagai serta pasokan pangan mereka baik produk laut dan pertaniannya.
Apabila sumber daya alam disertai kerja keras masyarakat, peningkatan infrastruktur, dan perluasan pasar mampu menjadikan potensi alam Batubi Jaya termanfaatkan secara maksimal.
Pemanfaatan secara maksimal juga perlu menerapkan sistem berkelanjutan dengan tujuan melestarikan sumber daya alam agar dapat dimanfaatkan terus di masa depan serta menopang perekonomian masyarakatnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News