Tim KKN-PPM UGM di Kecamatan Batur memanfaatkan limbah kulit carica menjadi eco-enzyme bersama dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) Dieng Syariah. Program kerja ini berkolaborasi dengan tim KKN-T IPB University untuk memberikan solusi bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) Dieng Syariah atas menumpuknya limbah kulit carica.
Mahasiswa KKN UGM, Rafael David Santoso dari Teknik Kimia dan Muhammad Rayyan Ramadlan dari Teknologi Industri Pertanian, beserta tim KKN-T IPB University menginisiasi pembuatan eco-enzyme sebagai salah satu cara pengolahan limbah kulit carica.
Carica merupakan buah khas dari daerah dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah. Buah ini merupakan salah satu sumber mata pencaharian masyarakat Dieng, terutama bagi pelaku-pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah).
Menyulap Limbah Jadi POC di Desa Wonomulyo, Solusi Ekonomis yang Eco-Friendly
Sebagai salah satu manisan khas Dieng, pemanfaatan buah carica hanya terbatas pada daging dan biji. Daging buah carica dapat dimanfaatkan sebagai manisan dengan cara direbus dan dicampur dengan gula. Kemudian, biji buah carica dapat dimanfaatkan dalam membuat sari buah carica.
Sayang sekali, kulit buah sebagai salah satu bagian dari buah carica masih belum dapat dimanfaatkan. Menurut Jumiyati selaku Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Dieng Syariah menuturkan, “Limbah kulit carica dapat menimbulkan bau yang tidak sedap bagi warga sekitar, tetapi masih belum dapat dimanfaatkan.”
Berdasarkan informasi tersebut, tim yang bertugas menginisiasi pembuatan eco-enzyme sebagai alternatif pengolahan limbah kulit carica. Eco-enzyme merupakan cairan yang dihasilkan dari fermentasi sampah organik yaitu kulit buah, sayuran, air, dan gula merah dengan karakteristik berwarna coklat tua serta mempunyai aroma asam dan manis yang kuat (Hartoyo, dkk. 2023).
ELITE REJOSO, Program Inovatif Mahasiswa KKN UPNVJT Kenalkan Eco-Enzyme ke Desa Rejoso
Eco-enzyme dapat dimanfaatkan sebagai pupuk ramah lingkungan dan cairan pembersih karena memiliki sifat alami, bebas dari bahan kimia, mudah terurai, ramah lingkungan, dan lembut di tangan.
Demonstrasi pembuatan Eco-enzyme dilakukan pada hari Selasa, 16 Juli 2024 dengan lebih dari 15 orang anggota Komunitas Wanita Tani (KWT) Dieng Syariah menghadiri acara tersebut.
Dalam acara ini, terdapat beberapa bahan yang dibutuhkan seperti galon bekas 15 liter, gula merah 1 kg, kulit buah carica 3 kg, air 6 liter, dan kayu pengaduk. Kegiatan dimulai pada pukul 14.00 WIB di wilayah Candi Dwarawati.
Pembuatan eco-enzyme dimulai dengan pencucian kulit buah carica hingga bersih dengan menggunakan air mengalir. Selanjutnya, gula merah diiris tipis-tipis agar mudah larut dengan air.
Seluruh bahan-bahan dimasukkan ke dalam galon bekas berisi air 6 liter dan pastikan tertutup rapat. Selama proses fermentasi, Eco-enzyme harus diaduk dalam waktu periodik H+1, H+7, dan H+30 hari. Selanjutnya, tidak perlu dilakukan pengadukan hingga 2 bulan.
Setelah satu bulan berlalu, hasil dari pembuatan Eco-enzyme sudah mulai terlihat. Aroma manis dan asam mulai tercium yang menandakan bahwa fermentasi berjalan dengan baik.
Dengan adanya Eco-enzyme, diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan ekonomi rumah tangga karena dapat dimanfaatkan sebagai sabun cuci piring, cairan pembersih lantai, dan pupuk cair.
Solusi Inovatif KKN-PPM UGM Kelana Kendal Manfaatkan Sampah Organik Menjadi Eco Enzyme
Hal ini juga akan mendukung mayoritas penduduk Dieng Kulon yang berprofesi sebagai petani. Eco-enzyme dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga dalam pembelian cairan pembersih sekaligus mengurangi limbah kulit carica yang belum termanfaatkan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News