Cuwig merupakan salah satu hantu yang ada dalam kepercayaan masyarakat di Kampung Lilinta, Papua Barat. Terdapat mitos dan keyakinan yang beredar di tengah masyarakat terkait hantu cuwig ini.
Indonesia memang dikenal dengan berbagai macam kebudayaan yang ada di setiap daerahnya. Perbedaan latar belakang budaya di berbagai daerah ini juga memunculkan mitos-mitos yang berbeda terkait kepercayaan terhadap hal mistis yang berkembang dan diyakini oleh masyarakat di tempat tertentu.
Begitu pun dengan daerah Papua Barat. Hantu cuwig menjadi salah satu mitos yang ada dan masih dipercaya oleh masyarakat setempat hingga saat ini.
Lantas bagaimana mitos terkait hantu cuwig ini dalam kepercayaan masyarakat yang ada di Kampung Lilinta, Papua Barat?
Mitos Hantu Cuwig
Hantu adalah sebutan bagi makhluk atau roh halus di Indonesia. Hantu ini biasanya memiliki dimensi ruang yang berbeda dengan manusia biasa, sehingga tidak bisa terlihat secara kasat mata begitu saja.
Namun terkadang menurut keyakinan masyarakat, hantu ini bisa saja menampakkan wujudnya ke manusia. Penampakan hantu-hantu ini biasanya dikaitkan dengan hal-hal yang menyeramkan, sehingga terkadang kemunculan atau penampakan makhluk halus ini cukup ditakuti oleh sebagian orang.
Hantu cuwig juga merupakan salah satu makhluk astral yang ada dalam kepercayaan masyarakat Kampung Lilinta, Papua Barat. Dilansir dari artikel M. Syukuri Nawir, Muhamad Yusuf, dan Akhmad Kadir yang berjudul "Islam Raja Ampat dan Mitos Hantu Cuwig: Benturan Agama, Adat dan Kepercayaan Lokal pada Masyarakat Multikultural di Kampung Lilinta Papua Barat" dijelaskan bahwa cuwig ini merupakan kekuatan astral yang berkaitan dengan ilmu hitam yang bisa mematikan bagi seseorang.
Mengenal Suanggi, Mitos, Legenda, dan Kepercayaan Masyarakat di Papua
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, hantu cuwig ini merupakan bagian ilmu dari dukun atau orang-orang dengan kekuatan supranatural. Biasanya para dukun ini akan mengirimkan hantu cuwig kepada orang-orang yang tidak dia senangi.
Kemunculan mitos hantu cuwig ini diperkirakan muncul ketika para pendatang mulai bermukim di wilayah tersebut. Kebanyakan pendatang yang datang bermukim di Kampung Lilinta berasal dari daerah sekitar, seperti Seram, Ternate, Tidore, Kei, dan lainnya.
Daerah asal pendatang tersebut merupakan wilayah yang masih kental dengan kepercayaan mitosnya. Terlebih kekuatan dari hantu cuwig ini sama dengan swanggi yang juga berkembang dalam kepercayaan masyarakat Maluku.
Pada dasarnya, hantu cuwig ini merupakan kekuatan supranatural dan ilmu hitam dari seseorang yang dikirimkan kepada orang lain untuk mencelakainya. Bahkan orang yang terkena hantu cuwig ini diyakini bisa meninggal dunia secara mendadak.
Perwujudan dari hantu cuwig ini sendiri diyakini berupa bola-bola api yang berpindah tempat. Namun bola-bola api ini diyakini hanya bisa dilihat oleh orang tertentu saja.
Hantu cuwig akan dikirimkan oleh pemilik ilmu hitam dari lokasinya masing-masing. Kemudian hantu cuwig yang berbentuk bola api ini akan terbang di udara menuju lokasi tempat orang yang ditargetkan.
Ketika hantu cuwig sampai di lokasi yang ditargetkan, maka hal buruk akan menimpa orang tersebut. Hal inilah yang membuat keberadaan hantu cuwig cukup ditakuti oleh masyarakat setempat.
Mitos Keris Ki Baru Gajah di Tabanan, Bali Beserta Makna yang Terkandung di Dalamnya
Biasanya mitos terkait hantu cuwig dikaitkan ketika ada salah seorang masyarakat di kampung tersebut meninggal secara tiba-tiba. Orang tersebut diyakini sudah dikirimi hantu cuwig oleh pihak lain, sehingga mengalami hal-hal buruk dan tidak diinginkan.
Keberadaan mitos hantu cuwig ini juga membuat masyarakat cukup awas dengan keberadaan kekuatan supranatural tersebut. Jika ada orang yang dianggap memiliki kekuatan ilmu hitam dan mampu mengirimkan hantu cuwig, maka dirinya akan dikucilkan serta diasingkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Sumber:
- Nawir, M. Syukri, Muhamad Yusuf, and Akhmad Kadir. "Islam Raja Ampat dan Mitos Hantu Cuwig: Benturan Agama, Adat dan Kepercayaan Lokal pada Masyarakat Multikultural di Kampung Lilinta Papua Barat." SANGKEP: Jurnal Kajian Sosial Keagamaan 3.1 (2020): 1-22.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
