Dahulu kala, Kota Lobutuo dikenal sebagai kota yang makmur dan sejahtera. Dengan Tuanku Raja Muda sebagai pemimpin, ia adalah seorang raja yang bijaksana.
Kota ini menjadi tempat yang ramai dengan kedatangan saudagar-saudagar untuk berdagang. Sampai akhirnya kehadiran burung garuda ganas berkepala tujuh menghancurkan kemakmuran dan mengancam kedamaian Lobutuo.
Masyarakat hidup dalam ketakutan, tidak hanya takut untuk keluar rumah, menyalakan api untuk memasak pun tidak berani. Sebab, burung garuda akan membunuh siapa saja yang menyalakan api. Banyak yang kekurangan makanan dan banyak yang meninggal karena serangan burung garuda tersebut.
Tuanku Raja Muda pun tidak luput dari serangan burung garuda yang ganas. Bersama dengan pengawalnya, beliau tewas di tangan burung raksasa itu. Lobutuo menjadi kota yang sepi karena penduduknya lari tunggang-langgang meninggalkan kota itu.
Ada yang lari ke Aceh, Karo, Toba, dan Siborongborong. Hanya Putri Andam Dewi, putri Tuanku Raja Muda dan pengasuhnya, yang tetap tinggal di Lobutuo. Mereka tinggal di bawah belanga untuk menghindari burung garuda.
Cerita yang Terselip di Balik Adanya Pesta Tapai di Batu Bara
Sementara itu, di tempat lain, Raja Sutan Gambang Patuanan dari sebuah negeri di sebelah timur Sumatera Barat, mendapatkan mimpi yang memperlihatkan kehancuran Lobutuo. Karenanya beliau bersama pasukannya memutuskan untuk pergi ke Lobutuo. Menyedihkan, saat sampai di sana, yang ia temukan hanya berupa kota sepi dan tak berpenghuni.
Akan tetapi, ada satu hal yang berhasil mencuri perhatiannya. Ia melihat rumah yang berbeda dari yang lain, hingga berujung membuatnya tertarik untuk masuk dan beristirahat.
Rumah itu merupakan tempat di mana Putri Andam Dewi dan pengasuhnya bersembunyi. Singkat cerita, sang putri menceritakan keadaan desa pada saat itu. Mengenai Burung Garuda dan rasa takut masyarakat. Mendengarnya, Sutan Gambang menawarkan diri untuk membantu.
Akan tetapi, siapa yang percaya bahwa manusia biasa dapat menaklukkan burung garuda yang sadis? Termasuk Putri Andam Dewi. Namun, Sutan Gambang teramat yakin. Sampai-sampai, ia bertaruh dengan sang putri, bila ia berhasil, maka putri harus menerima lamarannya. Putri Andam Dewi menyetujuinya.
Menyimak Kisah Legenda Jaka Poleng yang Dipercaya Sebagai Sosok Penjaga Wilayah Brebes
Siasat telah diatur, Sutan Gambang menggali 7 lubang untuk diisi api. Kepulan asap dari bakaran yang terdapat di lubang-lubang itu mengundang burung garuda. Dengan keahliannya, Sutan Gambang mulai memenggal setiap kepala burung hingga jatuh ke dalam lubang.
Sutan Gambang berhasil membunuh burung garuda. Berita ini tersebar ke segala penjuru. Mendengarnya, ternyata membuat Putri Andam Dewi kelabakan. Ia berniat mengingkari janjinya dengan bersembunyi pada lubang besar yang terdapat dalam sebuah pohon.
Sutan Gambang pun tidak diam saja. Ia bersumpah bahwa jika suatu hari sang putri keluar dari persembunyiannya, tidak akan ada manusia biasa yang bisa melihatnya dan putri tidak akan tersentuh oleh kehidupan manusia biasa.
Tidak lama setelah sumpah terucap, halilitar datang saling menyambar. Pengasuh tuan putri menyayangkan hal itu. Akibatnya, putri tidak bisa dilihat dan disentuh oleh kehidupan manusia biasa.
Tidak hanya itu, setelah beberapa lama, tujuh lubang tempat di mana kepala burung dipenggal mengeluarkan bau busuk. Hal inilah yang mendasari tempat tersebut yang kini dikenal dengan nama Aek Busuk.
5 Larangan dalam Mitos Pemali Banjar, Kalimantan Selatan
Sumber:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Balai Bahasa Sumatera Utara, (2016). Bunga Rampai Cerita Rakyat Tapanuli Tengah
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News