Legenda Jaka Tarub merupakan salah satu cerita rakyat yang populer di Indonesia. Kisah tentang legenda Jaka Tarub ini bisa Kawan jumpai di berbagai macam referensi, dari buku pelajaran sekolah hingga bacaan lainnya.
Namun tahukah Kawan bahwa legenda Jaka Tarub ini sebenarnya berasal dari salah satu naskah kuno yang ada di Nusantara, yakni Babad Tanah Jawi? Dalam naskah tersebut dijelaskan bahwa Jaka Tarub merupakan salah satu tokoh yang nantinya menikahi seorang bidadari sebagai istrinya.
Bagaimana kisah lengkap terkait legenda Jaka Tarub dalam naskah Babad Tanah Jawi tersebut?
Legenda Jaka Tarub dalam Babad Tanah Jawi
Dilansir dari artikel Agus Yulianto yang berjudul "Legenda Telaga Bidadari dan Legenda Jaka Tarub Sebuah Kajian Struktural Sastra Bandingan," cerita legenda Jaka Tarub dalam Babad Tanah Jawi dimulai dari sang kakek dari tokoh tersebut yang bernama Jaka Kudus. Jaka Kudus merupakan seorang pemuda yang hidup di zaman Kesultanan Mataram.
Menurut kisahnya, Jaka Kudus mesti mengembara setelah dimarahi oleh sang ayah, Ki Ageng Kudus. Dalam pengembaraannya ini Jaka Kudus menikahi putri dari Ki Ageng Kembanglampir dan mendapatkan seorang anak laki-laki.
Legenda Telaga Bidadari di Kalimantan Selatan yang Memiliki Kemiripan dengan Kisah Jaka Tarub
Ketika melahirkan anak laki-laki ini, putri dari Ki Ageng Kembanglampir meninggal dunia. Hal ini membuat bayi laki-laki tersebut tinggal sebatang kara karena Ki Ageng Kudus masih melanjutkan pengembaraannya.
Namun, bayi laki-laki ini nantinya ditemukan oleh seorang pemburu bernama Ki Ageng Sendalaka. Pemburu ini menggendong bayi tersebut sembari melakukan perburuannya.
Suatu saat, pemburu ini mengejar burung hingga ke sebuah daerah bernama Desa Tarub. Sesampainya di desa tersebut, Ki Ageng Sendalaka meninggalkan bayi laki-laki ini ke seorang janda bernama Nyai Ageng Tarub.
Nyai Ageng Tarub kemudian mengangkat bayi laki-laki tersebut menjadi anak angkatnya. Bagi masyarakat sekitar, anak ini kemudian dikenal dengan nama Jaka Tarub.
Jaka Tarub tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah dan prima. Dirinya memiliki hobi dan kegemaran untuk pergi berburu.
Akan tetapi, Nyai Ageng Tarub melarang anak angkatnya supaya tidak pergi berburu ke kawasan Gunung Keramat. Jaka Tarub hanya diperbolehkan berburu di sekitar desanya saja oleh sang ibu.
Suatu hari, Jaka Tarub melanggar larangan ibunya dengan pergi berburu ke Gunung Keramat. Dalam perjalanannya, Jaka Tarub menemukan sebuah telaga yang ada di gunung tersebut.
Hal mengejutkan justru terjadi ketika Jaka Tarub sampai di telaga tersebut. Di sana dirinya melihat tujuh orang bidadari yang tengah mandi di telaga tersebut.
Jaka Tarub terpesona dengan kecantikan para bidadari tersebut. Dirinya pun melihat di pinggiran telaga terdapat busana yang dikenakan oleh para bidadari ini.
Melihat hal ini, Jaka Tarub memutuskan untuk mengambil salah satu busana yang ada di pinggiran telaga ini. Dirinya kembali bersembunyi sembari menunggu ketujuh bidadari tersebut selesai mandi.
Mitos Kali Pemali di Brebes yang Dipercaya Sebagai Tempat Tinggal Siluman Buaya Putih
Sesaat kemudian, para bidadari ini kembali mengenakan busananya dan terbang ke kayangan setelah selesai mandi di telaga. Namun, terdapat satu orang bidadari yang kebingungan karena tidak menemukan busananya, yakni Dewi Nawangwulan.
Dirinya tidak bisa terbang kembali ke kayangan karena tidak menemukan selendang dan busananya. Melihat situasi ini, Jaka Tarub keluar dari persembunyiannya dan menawarkan bantuan kepada Dewi Nawangwulan untuk menetap di rumahnya.
Singkat cerita, Jaka Tarub dan Dewi Nawangwulan pada akhirnya menikah dan membentuk sebuah keluarga. Dari pernikahan ini, Jaka Tarub dan Dewi Nawangwulan dikaruniai seorang putri yang bernama Dewi Nawangsih.
Dewi Nawangwulan selalu memakai kesaktiannya dalam berumah tangga bersama Jaka Tarub. Salah satunya adalah dia bisa memasak sebakul nasi dari sebutir beras saja.
Akan tetapi, dirinya melarang sang suami untuk membuka bakul nasi agar kesaktiannya ini tidak hilang. Namun larangan ini dilanggar oleh Jaka Tarub dan membuat kesaktian dari Dewi Nawangwulan tidak bisa digunakan lagi.
Alhasil cara menanak nasi Dewi Nawangwulan sama seperti keluarga lainnya. Hal ini membuat persediaan beras di lumbung menjadi cepat habis dibandingkan sebelumnya.
Ketika persediaan beras menipis, Dewi Nawangwulan terkejut melihat busananya yang ternyata berada di dalam lumbung penyimpanan tersebut. Hal ini membuat dirinya marah kepada Jaka Tarub karena menyembunyikan busananya selama ini.
Akhirnya Dewi Nawangwulan memutuskan untuk kembali ke kayangan dengan menggunakan busana tersebut. Dirinya hanya kembali turun ke muka bumi ketika ingin menemui sang putri, Dewi Nawangsih.
Sumber:
- Yulianto, Agus. "Legenda Telaga Bidadari dan Legenda Jaka Tarub Sebuah Kajian Struktural Sastra Bandingan." UNDAS: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra 12.2 (2016): 79-90.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News