Didiet Maulana adalah seorang desainer fesyen asal Indonesia yang dikenal karena karya-karyanya yang inovatif dan berkelas. Kecintaannya terhadap industri fesyen bermula dari ketertarikannya terhadap batik sedari kecil.
Karya-karya Didiet kental akan unsur budaya Indonesia, termasuk batik heritage. Ia sering memadukan batik dengan teknik dan bahan lain untuk menciptakan koleksi yang berbeda dan menarik.
Namun, seiring perjalanan kariernya, Didiet memilih mengeksplorasi tenun ikat. Apa alasannya?
Tenun Ikat demi Generasi Muda
Tenun ikat adalah proses dari pemintalan benang menjadi kain dengan cara diikat, sesuai dengan namanya. Motif khas tercipta dari tangan-tangan kreatif dari benang yang saling terhubung dengan cara ditenun.
Didiet Maulana kini dikenal dengan fokusnya terhadap tenun ikat. Buktinya ia memiliki brand sendiri bernama IKAT Indonesia yang tidak asing di dunia perancang busana. Menariknya, minatnya ke tenun ikat tumbuh dari misi memperkenalkan budaya Indonesia ke generasi muda.
“Awalnya sebenarnya punya keinginan untuk memperkenalkan budaya ke generasi muda lewat platform yang saya suka yaitu fesyen dan salah satunya kenapa enggak mengolah tenun ikat? Karena kan kalau batik banyak yang mengerjakan jadi saat itu akhirnya bikin Ikat Indonesia,” ucap Didiet Maulana kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Tantangan pun dihadapi oleh Didiet. Pasar yang belum ada menjadikan dirinya mesti teguh akan visi dan misinya memperkenalkan tenun ikat lebih luas.
“Saat itu cukup challenging, cukup menantang untuk kita-kita bikin satu brand lokal karena saat itu pasarnya belum terbentuk untuk mendukung produk Indonesia. Belum seperti sekarang di mana sekarang kan ada banyak bazar anak-anak muda yang banyak sekali bikin brand. Cuma saya punya satu kepercayaan, maksudnya dengan melakukan yang kita suka kita bisa mempertahankan visi. Sesusah apapun, sesulit apapun kita pasti akan punya willingness untuk melakukannya,” ujar Didiet.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News