red devil keindahan yang menjadi ancaman ekosistem di waduk sermo - News | Good News From Indonesia 2024

Red Devil, Keindahan yang Menjadi Ancaman Ekosistem di Waduk Sermo

Red Devil, Keindahan yang Menjadi Ancaman Ekosistem di Waduk Sermo
images info

Hai, Kawan GNFI! Tahukah kamu tentang ikan merah cantik satu ini? Karena kecantikannya, ikan ini banyak dijadikan sebagai hiasan akuarium rumah. Namun, bagaimana jika hewan tersebut hidup di habitat yang bukan semestinya? Kemudian, bagaimana cara masyarakat di sekitar Waduk Sermo memanfaatkan ikan ini? Yuk, simak lebih lanjut tulisan ini, ya!

Ikan red devil atau bernama latin Amphilobus labiatus, merupakan ikan air tawar yang masih berkerabat dengan ikan Lou Han. Red devil dikenal dengan warna cerah dan kepribadiannya yang menarik. Ikan ini menjadi primadona di kalangan pecinta akuarium karena penampilannya yang mencolok dan sifatnya yang agresif.

Namun, di balik keindahan tersebut, ikan red devil juga dikenal sebagai spesies invasif yang dapat merusak ekosistem lokal jika dilepaskan ke alam liar.

Ikan red devil bukan ikan spesies asli Indonesia. Ikan ini berasal dari Amerika Tengah, khususnya dari danau-danau di Nikaragua seperti Danau Managua dan Danau Nikaragua. Di habitat aslinya, ikan ini hidup di perairan dengan dasar berpasir dan berbatu, serta sering bersembunyi di antara bebatuan dan vegetasi.

Namun, popularitasnya sebagai ikan hias membuat red devil tersebar luas ke berbagai belahan dunia, termasuk Asia, Afrika, dan Amerika Utara.

Memperkenalkan Kelezatan Ikan Salai Khas Muara Takus

Asal Usul Persebarannya di Waduk Sermo

Waduk Sermo terletak di Daerah Istimewa yogyakarta, tepatnya di Desa hargowilis, Kecamata Kokap, Kabupaten Kulon Progo. Waduk ini dibangun pada tahun 1994 dan diresmikan pada tanggal 20 November 1996 oleh Presiden Soeharto. Tujuan awal dibangunya Waduk Sermo sebagai penyedia irigasi untuk wilayah disekitarnya. Selain itu, Waduk Sermo juga digunakan sebagai pengendali banjir, usaha perikanan, pariwisata, dan prasarana olah raga air.

Pada awalnya, Habitat asli di Waduk Sermo didominasi oleh ikan-ikan lokal seperti ikan nila, wader, nilem, dan tawes. Kemunculan ikan red devil dimulai sekitar tahun 2000-an awal bersamaan dengan meningkatnya budi daya ikan hias menggunakan keramba di Waduk Sermo.

Benih-benih ikan hias yang ada di keramba, ternyata juga tersebar dan terlepas ke waduk. Salah satu dari jenis ikan hias yang tersebar adalah red devil.

Ikan red devil menyebabkan penurunan populasi ikan asli di Waduk Sermo. Sebagai predator invasif, ikan ini cukup diuntungkan dalam persaingan mendapatkan makanan dan tempat berlindung. Ikan ini memangsa ikan-ikan kecil dan invertebrata seperti udang serta dapat berkembang biak secara cepat. Hal tersebut mengganggu keseimbangan ekosistem lokal dan mengancam keanekaragaman hayati di dalam waduk.

Pemerintah Kulon Progo melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) cukup kesulitan dalam menekan populasi ikan air tawar itu di Waduk Sermo. Hingga akhir tahun 2022, populasi ikan invasif ini bahkan mencapai 80% dari total populasi ikan di waduk.

Identifikasi Penyebab Kematian Ikan Nila di Agrowisata Turi oleh Mahasiswa KKN-PPM UGM

Saat ini, budi daya ikan hias dengan keramba telah dilarang. Namun, larangan ini tidak berhubungan langsung dengan upaya menekan populasi Red Devil, melainkan untuk mengembalikan fungsi asli Waduk Sermo sebagai sumber air minum yang kondisinya harus tetap terjaga.

Hingga kini belum ada teknologi yang efektif untuk memberantas red devill tersebut. Meskipun demikian, diharapkan masyarakat setempat dapat menyeimbangkan ekosistem dengan cara mengurangi jumlah ikan red devil dan melakukan penebaran ikan-ikan lokal dengan harapan mampu membuat ekosistem waduk menjadi lebih stabil.

Cara Masyarakat Sekitar Memanfaatkan Ikan Red Devil

Di samping red devil yang dianggap merugikan, ternyata ada salah satu cara menarik masyarakat sekitar dalam memanfaatkan ikan ini. Oleh masyarakat sekitar, ikan ini diolah menjadi keripik dengan digoreng sampai kering. Pengolahan ikan air tawar tersebut menjadi keripik didasarkan karena tekstur dari ikan ini cenderung banyak tulangnya.

Selain menjadi konsumsi pribadi, hasil olahan red devil ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dengan mendukung UMKM di sektor kuliner. Bagi para pelaku UMKM lokal, mengolah ired devil dapat menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.

Sekarang pun, sudah banyak rumah industri keripik red devil yang telah berhasil memasarkan produk olahan ini ke sejumlah daerah di Indonesia, bahkan sampai mancanegara.

Nah, hal yang dapat Kawan GNFI pelajari adalah bagaimana cara masyarakat sekitar memanfaatkan sesuatu yang dulunya merugikan mereka menjadi sesuatu yang memiliki nilai. Tetap lestarikan alam dan lingkungan ya, Kawan GNFI!

Pengalaman Mahasiswa KKN-PPM UGM Sukoharjo dalam Membantu Proses Panen Ikan Lele

Referensi:

  • https://radarsemarang.jawapos.com/entertainment/724410762/mengenal-red-devil-spesies-ikan-invasif-yang-berkembang-biak-secara-masif-di-rawa-pening
  • https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/419/profil-waduk-sermo
  • https://kulonprogo.sorot.co/berita-9673-mengkhawatirkan-populasi-ikan-red-devil-di-waduk-sermo-semakin-gila-gilaan.html
  • https://www.detik.com/jateng/bisnis/d-6424264/dianggap-hama-ikan-red-devil-di-waduk-sermo-justru-jadi-sumber-cuan-warga/1

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HH
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.