waduk yang memisahkan jembatan yang menyatukan kisah rt 8 di dusun pakuwon desa darma - News | Good News From Indonesia 2024

Waduk yang Memisahkan, Jembatan yang Menyatukan, Kisah RT 8 di Dusun Pakuwon, Desa Darma

Waduk yang Memisahkan, Jembatan yang Menyatukan, Kisah RT 8 di Dusun Pakuwon, Desa Darma
images info

“Akhirnya… ada Aa-aa dan Teteh-teteh KKN yang berkunjung ke RT kita!,” ucap Mansyur, selaku Ketua RT 8 dari Dusun Pakuwon, Desa Darma.

Sambil bersalaman dengan masing-masing kami, Beliau menebarkan senyuman paling hangat yang seorang insan bisa ciptakan. Air wajah kami yang awalnya cemas, berubah menjadi rasa lega seakan-akan beban berat di pundak terangkat seluruhnya.

Desa Darma merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Desa Darma terdiri dari 5 dusun, yaitu Dusun Pakuwon, Paleben, Ciook, Gunung Luhur, dan Kopeng. Namun, ada yang unik di Dusun Pakuwon! Keunikannya terletak dari bagaimana RT 8 secara geografis terpisah dengan RT 1 sampai RT 7 yang cenderung memusat di dekat Balai Desa.

Sebelumnya, saat menginjakan kaki melewati batas dari Jembatan Cipanca-jembatan yang menghubungi RT 8 dengan RT lainnya-segerombolan adik-adik yang hendak kami hampiri berlarian menjauh, seakan-akan kami alien dari planet lain. Jelas, kami kaget bukan kepalang. Berbeda dengan RT lainnya, adik-adik di RT 8 ini tampak takut melihat kedatangan kami.

Kenapa, ya, adik-adik itu seakan menghindar dari kami?” tanya Koordinator Mahasiswa Unit-disingkat Kormasit-kami dengan kerutan di dahinya. Pertanyaan itu mewakilkan kebingungan dari masing-masing kami yang di RT sebelumnya langsung diajak main sepak bola oleh adik-adik kompleks, padahal baru pertama kali bertemu.

Desa Wisata Osing Kemiren Banyuwangi Ditargetkan Jadi Tujuan Wisata Kelas Dunia

Mendengar pertanyaan tersebut, tawa lepas disusul mata yang sedikit menyipit terdengar oleh kami. Sambil meminum secangkir teh tawar, beliau mengekspresikan sebuah cerita terkait kondisi RT 8.

Rupanya, dulu, sebelum terbangunnya jembatan penghubung antar RT 8 dengan RT lainnya, posisi RT 8 cukup berjauhan dengan pusat Dusun Pakuwon.Terbukti dari bagaimana penduduk RT 8 harus memutar, mengelilingi bagian utara Waduk Darma untuk mengakses fasilitas umum yang diperlukan. Jarak yang terlampau jauh ini membuat warga RT 8 seakan-akan terhiraukan.

“Mungkin saja, mereka lari bukan karena takut melihat kalian. Mereka hanya malu karena menemui orang baru yang dirasa tidak familiar,” Mendengar itu, kami bersembilan sontak mengangguk. Berusaha memahami perasaan mereka walau masih asing.

Kemudian, dengan cuaca sejuk yang menenangkan, RT Mansur memantik topik baru mengenai perjuangan masyarakat untuk lebih dilihat lagi sebagai bagian dari Dusun Pakuwon. Mewakili RT 8, Mansur berupaya memperjuangkan program pendirian jembatan untuk menghubungkan RT 8 dengan RT lainnya.

Jembatan itu bernama Jembatan Cipanca. Selain itu, upaya ini juga membantu anak-anak untuk mempermudah akses mobilitas ke sekolah yang jauh dari RT 8. Tak hanya sekolah, jembatan ini menyediakan kemudahan kepada masyarakat untuk menikmati fasilitas kesehatan secara lebih mudah. Kabar-kabarnya, bahkan untuk timbangan balita pun tidak tersedia di RT ini.

“Saya sampai minta tolong ke Babinsa, kecamatan, dan lainnya. Alhamdulillah jembatannya terealisasi walau menggunakan besi bekas pasar.”

Berbeda dengan RT lain di Dusun Pakuwon, penduduk RT 8 rata-rata berprofesi sebagai nelayan, tetapi tetap terdapat segelintir masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang, contohnya Mansur sendiri. Menurut beliau, pedagang-pedagang merasa lebih dipermudah mobilitasnya dengan pendirian jembatan ini.

“Berarti jembatannya dibangun bareng-bareng, ya, Pak?” celetuk salah satu anggota kami.

Kisah Desa Alur Jambu di Aceh, Sudah Ditinggal Penduduknya karena Diteror Hantu

Mansur sontak mengangguk, membenarkan. Dulunya jembatan ini dibangun dengan gotong royong. Masyarakat bahu-membahu merakit jembatan yang cukup panjang.

Musholla At-Taqwa yang ada di RT 8, Dusun Pakuwon, Desa Darma

Darah, keringat, dan air mata mereka curahkan demi aksesibilitas yang mumpuni. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Pembangunan jembatan ini dilakukan tidak secara instan, melainkan berprogres. Sampai sekarang, pembangunan jalan di sekitar jembatan masih berlangsung. Baru-baru ini, beberapa teman kami ikut membantu dalam proses pengerjaannya.

“Jembatan cuma salah satu permasalahan kita. Kalau ditelusuri lebih dalam lagi, banyak fasilitas-fasilitas yang seharusnya umum tersedia, tetapi RT kita tidak memiliki,” ujar Mansur. Misalnya, apabila ada masyarakat yang meninggal dunia, informasi tersebut tidak bisa disampaikan lewat pengeras suara karena ketidaktersediaannya alat tersebut.

Alhasil, ketua RT harus menyampaikan kabar duka tersebut lewat pintu ke pintu. Bisa juga menggunakan pentungan yang dipukul beberapa kali untuk menandakan kabar tersebut.

Begitu juga dengan kegiatan melayat yang terhalang karena RT 8 tidak memiliki kursi plastik, sehingga pihak RT harus mengumpulkan kursi satu per satu dari tetangga-tetangga sekitar agar kegiatan bisa berjalan dengan lancar.

Kondisi di RT 8 adalah suatu hal yang kontradiktif. Walau waduk dibelah, tetapi dapat menyatukan masyarakat Dusun Pakuwon melalui Jembatan Cipanca. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Namun, RT yang satu ini walaupun terpisah, tetapi tetap satu!

Bukan dengan Minyak, Desa di Daerah Batang Ini Goreng Kerupuk Gunakan Pasir

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KU
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.