mitos larangan menggunakan baju hijau di gunung lawu apa penyebabnya - News | Good News From Indonesia 2024

Mitos Larangan Menggunakan Baju Hijau di Gunung Lawu, Apa Penyebabnya?

Mitos Larangan Menggunakan Baju Hijau di Gunung Lawu, Apa Penyebabnya?
images info

Mitos Larangan Menggunakan Baju Hijau di Gunung Lawu, Apa Penyebabnya?


Bagi Kawan yang memiliki hobi dan minat melakukan hiking atau pendakian, tentu sudah tidak asing lagi dengan mitos larangan menggunakan baju hijau di Gunung Lawu bukan? Gunung yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini memang dikenal dengan sederet mitos yang dipercaya oleh masyarakat sekitar.

Gunung Lawu yang menjadi salah satu seven summits atau puncak tertinggi yang ada di Pulau Jawa memang menjadi salah satu pilihan destinasi yang wajib dikunjungi oleh peminat hiking. Berbagai mitos yang menyertai destinasi ini tidak menyurutkan minat banyak orang untuk menaklukkan puncak gunung yang berada di ketinggian 3.265 mdpl tersebut.

Selain larangan menggunakan baju hijau, terdapat beberapa mitos lain yang juga dipercaya masyarakat sekitar Gunung Lawu terkait destinasi ini. Beberapa mitos yang berkembang terkait Gunung Lawu adalah adanya larangan orang cepu mendaki gunung, keberadaan pasar setan yang ada di jalur pendakian via Candi Cetho, burung jalak yang menjadi petunjuk arah, dan lainnya.

Mitos-mitos ini tetap dipercaya oleh masyarakat sekitar hingga saat ini dan menjadi kearifan lokal terkait keberadaan Gunung Lawu. Lantas apa penyebab munculnya mitos larangan menggunakan baju hijau di Gunung Lawu?

baca juga

Mitos Larangan Menggunakan Baju Hijau di Gunung Lawu

Melyani Ekasari dan Nugroho Trisnu Brata dalam artikel "Fungsi Mitos, Etika Lingkungan dan Integrasi pada Aktivitas Mendaki Gunung Lawu" menjelaskan bahwa larangan menggunakan baju berwarna hijau ini merupakan salah satu pantangan yang disarankan bagi para pendaki yang ingin melakukan aktivitas hiking di Gunung Lawu. Pantangan ini lebih spesifik lagi diperuntukkan untuk pakaian yang berwarna dasar hijau pupus.

Masyarakat sekitar meyakini bahwa baju yang berwarna hijau pupus merupakan pakaian yang dianggap keramat untuk dikenakan di Gunung Lawu. Hanya orang-orang tertentu saja yang dianggap bisa mengenakan baju berwarna hijau pupus ini ketika berada di gunung tersebut.

Menurut mitos yang dipercaya oleh masyarakat sekitar, jika pendaki tetap menggunakan baju hijau pupus ketika mendaki, maka dirinya akan mendapatkan berbagai kemalangan selama proses pencarian. Pendaki ini bisa saja mendapatkan gangguan dari makhluk yang tidak kasat mata yang bisa mengganggu proses pendakian.

Selain itu, jika pendaki tetap menggunakan pakaian berwarna hijau pupus, maka dirinya bisa mendapatkan marabahaya yang tidak diinginkan hingga proses kepulangan. Tidak jarang, larangan menggunakan baju berwarna hijau ini juga berfungsi agar pendaki tetap selamat selama proses pendakian di Gunung Lawu.

baca juga

Alasan Logis

Secara umum, mitos larangan menggunakan baju berwarna hijau yang diperuntukkan bagi pendaki berkaitan dengan keselamatan yang masing-masing melakukan aktivitas di Gunung Lawu. Meskipun mitos tersebut tidak bisa dibuktikan kebenarannya secara sains, larangan menggunakan baju hijau ini bisa dilogikakan jika dikaitkan dengan proses pendakian gunung.

Pendakian gunung yang merupakan salah satu aktivitas fisik yang dilakukan di ruang terbuka, terdapat berbagai macam kemungkinan bahaya yang bisa terjadi ketika melakukan kegiatan tersebut. Apalagi jika para pendaki tidak melakukan persiapan yang matang dalam proses pendakian, maka kemungkinan bahaya akan terjadi semakin besar.

Kawan tentu pernah mendengar banyak kasus pendaki yang hilang ketika melakukan pendakian di gunung. Tidak jarang pendaki tersebut tidak ditemukan oleh tim sar yang melakukan proses pencarian terhadap kejadian tersebut.

Situasi inilah yang bisa dikaitkan dengan larangan menggunakan baju hijau bagi para pendaki. Warna hijau yang identik dengan pepohonan dan tumbuhan lain yang terdapat di pegunungan ini bisa mempersulit proses pencarian jika terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan.

Oleh sebab itu, para pendaki disarankan untuk menggunakan warna terang lain agar mempermudah proses pencarian ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan nantinya.

Sumber:
- Ekasari, Melyani dan Brata, Nugroho Trisnu. "Fungsi Mitos, Etika Lingkungan dan Integrasi pada Aktivitas Mendaki Gunung Lawu." Indonesian Journal of Conservation 12.2 (2023): 149-159.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.