tutur cerita dari abah dan ummi sebuah pembelajaran kkn di perbatasan - News | Good News From Indonesia 2024

Tutur Cerita dari Abah dan Ummi, Sebuah Pembelajaran KKN UGM di Perbatasan

Tutur Cerita dari Abah dan Ummi, Sebuah Pembelajaran KKN UGM di Perbatasan
images info

Mentari baru meninggi ketika kami melangkahkan kaki ke rumah Abah dan Ummi. Di sana Abah dan Ummi menyambut kami dengan hangat, dengan senyum dan tangan terbuka, serta sepotong cerita. Sebuah cerita yang lantas membekas di benak sedari awal perjalanan KKN kami di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara.

Abah, begitulah kami memanggil Kepala Desa Tanjung Harapan di Sebatik Timur, Nunukan, Kalimantan Utara. Istri Abah, yang akrab kami sapa dengan sebutan Ummi, mengeluarkan berbagai camilan tradisional kala kami satu per satu memperkenalkan diri.

Dengan ragu-ragu, kami saling lirik ketika hendak menyantap hidangan. Kami belum yakin betul terkait etiket santap-menyantap makanan di lingkungan baru ini dan tentunya kami ingin tetap menjaga sikap hormat.

Menyadari keragu-raguan kami, Ummi dan Abah berbagi sebuah wawasan budaya terkait adat-istiadat dan kebiasaan di Sebatik. "Dalam budaya Dayak," mulai Abah, "sudah menjadi kebiasaan untuk menerima makanan yang ditawarkan oleh tuan rumah. Menolak dianggap membawa malapetaka."

Menjejak Pulau Sebatik, Pengikat Perbatasan Indonesia-Malaysia

Ummi mengangguk setuju. Ia lanjut menceritakan sebuah kisah yang membuatnya percaya pada tradisi ini. "Suatu ketika," katanya, "Ummi sedang menjamu seorang tamu dan menyiapkan secangkir kopi untuknya. Pria tersebut berkata pada saya bahwa ia akan meminumnya.

Namun, mungkin karena lupa, ia pergi tanpa menyentuhnya. Tidak lama kemudian, dia mengalami kecelakaan, dan cangkir yang tidak diminumnya pecah menjadi dua di depan mata saya. Sejak saat itu, saya meyakini kepercayaan ini."

Tertarik, tetapi juga sedikit khawatir, salah satu teman kami bertanya, "Ummi, bagaimana jika kami lupa menyentuh makanannya?"

Dengan senyum lembut, Ummi menjawab, "Jika kalian tidak bisa makan, cukup sentuh makanan atau wadahnya dan katakan bahwa kalian kenyang. Gestur ini sudah cukup. Tuan rumah sudah mengerti dan kalian akan terhindar dari kemalangan. Apabila kalian lupa, tuan rumah akan mengingatkan kalian untuk memastikan keselamatan kalian. Bahkan, sampai mengejar-ngejar kalian ke luar rumah, agar jangan sampai kalian pergi tanpa menyentuh makanan yang telah disuguhkan."

Kisah ini mengajarkan kami nilai-nilai mendalam yang dipegang oleh orang Dayak, yang juga diamalkan oleh masyarakat di Sebatik. Tindakan menerima makanan lebih dari sekadar isyarat sopan santun; melainkan merupakan sebuah ekspresi mendalam dari rasa hormat dan rasa terima kasih.

Hal ini melambangkan ikatan timbal balik antara tuan rumah dan tamu dan menjadi sebuah pemahaman bersama bahwa keramahan harus diterima dengan tulus.

Menjejak Pulau Sebatik, Pengikat Perbatasan Indonesia-Malaysia

Selama kami tinggal, kami merasakan ketulusan orang-orang di Pulau Sebatik. Ketika warga menawarkan sesuatu kepada kami, maka mereka benar-benar agar kami memilikinya. Tidak perlu merasa ragu atau sungkan untuk menerima; sebab tawaran mereka tulus dan ikhlas. Nuansa budaya ini membuat kami merasa nyaman sehingga memungkinkan kami untuk membuka hati lebar-lebar dan menerima kebaikan masyarakat.

Kami belajar bahwa orang Dayak dan masyarakat Sebatik sangat menjunjung kepedulian terhadap sesama. Dengan memastikan bahwa kami menyentuh makanan sebelum pergi, masyarakat Dayak dan Sebatik mengungkapkan harapan agar kami terhindar dari bahaya.

Perjalanan KKN kami di Pulau Sebatik memungkinkan kami untuk memahami, bukan hanya tentang adat istiadat lokal, tetapi tentang nilai-nilai universal dari rasa hormat, terima kasih, dan keramah-tamahan. Kami telah belajar menghargai kebijaksanaan mendalam dalam tradisi ini dan semangat indah dari orang-orang yang menjunjungnya.

Saat kami melanjutkan kegiatan KKN kami, kami membawa pelajaran ini bersama kami, selamanya diubah oleh kehangatan dan kebaikan masyarakat Sebatik.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KU
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.