sekolah di masa kolonial yang dibedakan berdasarkan ras dan golongan - News | Good News From Indonesia 2024

Sekolah di Masa Kolonial yang Dibedakan Berdasarkan Ras dan Golongan

Sekolah di Masa Kolonial yang Dibedakan Berdasarkan Ras dan Golongan
images info

Musim libur sekolah telah tiba. Para peserta didik bisa mengambil waktu rehat sejenak setelah aktivitas pembelajaran yang sudah dilewati selama satu semester penuh.

Akan tetapi, periode liburan bukan berarti aktivitas di sekolah menjadi sepi begitu saja. Misalnya saja, saat ini hampir seluruh sekolah yang ada di Indonesia masih disibukkan dengan proses PPDB atau Penerimaan Peserta Didik Baru.

Pada saat ini bersekolah mungkin sudah tidak sesulit dulunya. Sudah banyak sekolah yang bisa menjadi pilihan bagi para peserta didik sebagai tempat untuk menimba ilmu pengetahuan.

Namun, apakah Kawan pernah memikirkan kira-kira bagaimana kondisi bersekolah di masa kolonial Belanda dulunya?

Sekolah di Masa Kolonial

Beragam sistem pendidikan sempat berkembang di Indonesia pada masa kolonial. Kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia pada periode waktu tersebut juga turut mempengaruhi perkembangan pendidikan yang ada di nusantara.

Namun sebenarnya lembaga pendidikan sudah ada di Indonesia sejak sebelumnya. Zofrano Ibrahimsydah Magribi Sultani dan Yasinta Putri Kristanti dalam artikelnya "Perkembangan Dan Pelaksanaan Pendidikan Di Zaman Kolonial Belanda Di Indonesia Abad 19-20" menjelaskan bahwa sebelum masa kolonial, sudah terdapat berbagai lembaga pendidikan, khususnya dalam bentuk pesantren tradisional.

Sekolah Tamanan, Ruang Pendidikan Anak-anak Keraton Yogyakarta Sejak 1757

Akan tetapi, sistem pendidikan yang diajarkan sebelum masa kolonial ini berbeda dengan apa yang dibawa Belanda dari Eropa. Lembaga pendidikan dalam bentuk pesantren tradisional lebih banyak mengajarkan tentang ilmu-ilmu Islam.

Selain itu, waktu pembelajaran antara dua jenis lembaga pendidikan ini juga memiliki perbedaan. Pesantren tradisional biasanya menggelar pembelajaran di waktu sore hari.

Di sisi lain, lembaga pendidikan dari sekolah Belanda biasanya dimulai pada pagi hari. Tidak heran terkadang penduduk pribumi yang berkesempatan untuk bersekolah di lembaga pendidikan Belanda pada pagi hari tetap mengikuti pesantren tradisional sore harinya.

Sekolah pertama yang didirikan pada masa kolonial Belanda pertama kali terbentuk awal abad ke-19, tepatnya 1817. Pada waktu itu, pemerintah kolonial membentuk sekolah di Batavia, yakni Europese Lagere School atau ELS.

Seiring berkembangnya waktu, ELS mulai tersebar ke beberapa wilayah yang ada di Indonesia. Tiga tahun pertama sejak pertama kali terbentuk, ALS sudah memiliki 196 sekolah yang tersebar di seluruh wilayah kolonial Belanda.

Selain itu bermunculan juga berbagai macam sekolah dengan bentuk lain. Beberapa bentuk sekolah yang dijalankan pada masa kolonial Belanda di antaranya Hogere Burger School (HBS), Hollandsch Inlandsche School (HIS), Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), dan lainnya.

Ditentukan Berdasarkan Ras dan Golongan

Pada saat ini setiap orang bebas memilih sekolah yang ingin diikuti terlepas ras dan golongan yang mereka miliki. Namun, hal ini tidak berlaku bagi para siswa yang bersekolah pada masa kolonial Belanda.

Gusti Muhammad Prayudi dan Dewi Salindir dalam artikelnya "Pendidikan pada masa pemerintahan kolonial belanda di Surabaya tahun 1901-1942" menyebutkan bahwa pemerintah kolonial Belanda menyelenggarakan pendidikan berdasarkan ras dan golongan masyarakat. Masing-masing golongan masyarakat, seperti Eropa, Timur Asing (Cina dan Arab), dan pribumi dibagi ke dalam jenis sekolah yang berbeda.

Masyarakat pribumi juga dibagi berdasarkan kelas sosial yang dimilikinya untuk menentukan jenis pendidikan yang bisa diikuti ke sekolah. Status sosial ini dilihat berdasarkan latar belakang keluarga yang berasal dari kalangan priyayi atau tidak.

Tren Liburan Sekolah: Mayoritas Masyarakat Memilih ke Luar Kota Bersama Keluarga

Perbedaan pada pembagian jenis pendidikan berdasarkan golongannya ini juga bisa dilihat dalam bahasa pengantar yang digunakan pada masing-masing sekolah.

Bagi siswa yang berasal dari golongan masyarakat Eropa dan elit pribumi, maka bahasa pengantar yang digunakan pada proses pembelajaran adalah bahasa Belanda. Sementara itu, sekolah bagi golongan pribumi biasa menggunakan bahasa Melayu dalam proses pembelajarannya.

Sumber:
- Sultani, Z. I. M., & Kristanti, Y. P. (2020). Perkembangan Dan Pelaksanaan Pendidikan Di Zaman Kolonial Belanda Di Indonesia Abad 19-20. Jurnal Artefak, 7(2), 91-106.
- Prayudi, G. M., & Salindri, D. (2015). Pendidikan pada masa pemerintahan kolonial belanda di Surabaya tahun 1901-1942. Publika Budaya, 3(1), 20-34.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.