sekolah tamanan ruang pendidikan anak anak keraton yogyakarta sejak 1757 - News | Good News From Indonesia 2024

Sekolah Tamanan, Ruang Pendidikan Anak-anak Keraton Yogyakarta Sejak 1757

Sekolah Tamanan, Ruang Pendidikan Anak-anak Keraton Yogyakarta Sejak 1757
images info

Pada Hari Pendidikan Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Mei menjadi momen peneguh peran negara untuk kecerdasan warga negara. Peran negara dalam pendidikan ternyata sudah terjadi sejak masa kerajaan.

Dimuat dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sultan Hamengkubuwono I (1755-1729) mendirikan Sekolah Tamanan sebagai pusat pendidikan anak di dalam lingkungan keraton pada tahun 1757.

Topeng Panji Yogyakarta, ketika Watak Dipahat dalam Topeng

“Sri Sultan Hamengkubuwono I mendirikan Sekolah Tamanan sebagai pusat pendidikan di dalam keraton yang diperuntukkan bagi keluarga dan kerabat Sultan pada tahun 1757,” tulis akun tersebut.

Sekolah itu punya kurikulum yang membentuk karakter bagi anak didik, agar mempunyai jiwa ksatria yang tegas dan luwes. Jiwa ksatria membentuk ciri watak kepemimpinan, tegas yakni peserta didik dijadikan proyek pemimpin masa depan.

“Luwes adalah peserta didik diharapkan berkarakter fleksibel dalam pengambilan kebijakan dan dalam penampilan di kepemimpinannya,” ucapnya.

Sistem pendidikan

Sistem pendidikan di sekolah tersebut mengacu pada pelestarian nilai-nilai adat leluhur, pengusaha bahasa dan sastra, hingga keterampilan praktis yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Di luar sistem pendidikan Sekolah Tamanan, Sri Sultan HB I turut mengajarkan pendidikan karakter melalui berbagai wejangan. Putra-putri Sultan diajari menari, berkuda sambil bermain tombak dan membaca kesusastraan Jawa terkait kisah leluhur.

Ratu Ageng Tegalrejo Pemimpin Perempuan di Tengah Hegemoni Kolonial

Sultan HB I juga tidak melupakan pelajaran spiritual untuk kerabat keraton, mereka diajarkan mengaji, membaca kitab yang meliputi Juz Amma dari Al-Fatihah dan juga Alquran serta tafsirnya,

“Mata pelajaran yang digolongkan pertama adalah untuk mendidik anak didik dari perspektif spiritual-religius. Sedangkan, mata pelajaran yang dikelompokkan kedua ialah untuk mendidik peserta dari dimensi kesehatan fisik,” tulis MA Rumawi Eswe dalam Sekolah Tamanan di Keraton Yogyakarta.

Jadi pemimpin

Sultan HB I memiliki obsesi untuk mendidik putra-putri keraton menjadi pemimpin yang andal, bijak, tegas serta luwes. Sifat-sifat ini dapat disaksikan dan direpresentasikan oleh Sultan HB IX.

“Meski mungkin tidak belajar dengan kurikulum yang demikian di atas. Akan dapat belajar secara langsung maupun tak langsung melalui ayahandanya, yaitu Sultan HB VIII,” paparnya.

Sejarah Perjanjian Giyanti, Membagi Tanah Jawa Menjadi Dua

Pada tahun 1830, kurikulum Sekolah Tamanan digusur perlahan oleh pemerintah Kolonial Belanda. Pemerintah Hindia Belanda khawatir menjadi pemberontak terhadap kolonial. Akhirnya pada tahun 1990-an, sekolah ini tak berbekas sama sekali.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.