Belakangan ini, kratom menjadi topik perbincangan yang hangat karena ada rencana untuk mengkategorikannya sebagai narkotika.
Perdebatan ini muncul dari kekhawatiran akan potensi penyalahgunaan dan efek samping kratom, seperti ketergantungan, gangguan kesehatan mental, dan interaksi dengan obat lain yang dapat berbahaya.
Meskipun akhirnya pemerintah menetapkan bila kratom tidak akan digolongkan ke dalam narkotika, pemerintah melalui Badan Riset dan Inovasi (BRIN), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan Kementerian Kesehatan masih terus mengkaji mengenai efek dari kratom ini.
Selain itu, kratom juga punya potensi ekonomi yang besar. Banyak petani di daerah tertentu menggantungkan hidupnya dari tanaman ini.
Keajaiban Daun Kratom: Menguak Manfaat, Kontroversi, dan Masa Depannya
Apa itu kratom?
Kratom, yang dikenal secara ilmiah sebagai Mitragyna speciosa, adalah tanaman tropis dari keluarga kopi yang berasal dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Thailand, dan Malaysia.
Daunnya telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional untuk meredakan rasa sakit, meningkatkan energi, dan mengatasi masalah kesehatan lainnya. Di Indonesia, kratom terutama banyak ditanam di daerah Kalimantan dan Sumatera.
Punya Potensi Ekonomi Besar, Begini Realisasi Ekspor Tanaman Kratom di Indonesia
Provinsi pengekspor kratom di Indonesia
Selama periode Januari hingga Mei 2023, Indonesia mencatat ekspor kratom yang signifikan dengan mayoritas diekspor dari sepuluh provinsi utama.
Berikut adalah rincian kontribusi ekspor dari masing-masing provinsi:
- DKI Jakarta: Dengan nilai ekspor sebesar USD 4,45 juta, DKI Jakarta memimpin dengan pangsa pasar 60,75% dari total ekspor kratom Indonesia. Hal ini menunjukkan peran sentral ibu kota sebagai pusat perdagangan dan distribusi.
- Kalimantan Barat: Menyumbang USD 0,98 juta atau 13,34% dari total ekspor, provinsi ini merupakan salah satu daerah penghasil kratom utama di Indonesia.
- Jawa Timur: Provinsi ini mencatat nilai ekspor sebesar USD 0,59 juta, yang setara dengan 8,03% dari total ekspor.
- Jawa Barat: Dengan kontribusi USD 0,48 juta, Jawa Barat menyumbang 6,55% dari total ekspor kratom Indonesia.
- Kalimantan Selatan: Menyumbang USD 0,28 juta atau 3,80% dari total ekspor.
- Banten: Dengan nilai ekspor sebesar USD 0,26 juta, Banten memiliki pangsa pasar 3,49%.
- Sumatera Utara: Provinsi ini berkontribusi USD 0,13 juta, setara dengan 1,72% dari total ekspor.
- Kalimantan Tengah: Menyumbang USD 0,12 juta atau 1,70% dari total ekspor.
- Riau: Meskipun hanya menyumbang USD 0,02 juta, provinsi ini tetap berperan dalam ekspor kratom dengan pangsa 0,29%.
- Jawa Tengah: Dengan kontribusi sebesar USD 0,02 juta, Jawa Tengah memiliki pangsa pasar 0,26%.
Secara keseluruhan, sepuluh provinsi tersebut berperan sebesar 99,93% dari total ekspor kratom Indonesia pada periode Januari-Mei 2023.
Angka-angka ini menunjukkan bahwa kratom jadi komoditas ekspor yang potensial bagi Indonesia, dengan sebagian besar produksi dan distribusi terkonsentrasi di beberapa provinsi utama.
Sejarah Konsumsi Kratom, Sudah Digunakan Sejak Abad ke 19 untuk Pengobatan Herbal
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
