Kawasan Ijen, Banyuwangi memiliki sejumlah jalur maut yang rawan kecelakan, salah satunya adalah tanjakan yang dikenal dengan nama Sengkan Gandrung. Tanjakan ini juga dikenal angker karena adanya misteri suara gamelan dari hutan.
Dimuat dari Detik, kecelakaan pernah terjadi pada Rabu 8 Desember 2021. Saat itu terjadi sebuah kecelakaan tunggal yang menyebabkan dua korban tewas karena menabrak tebing di tanjakan Sengkan Gandrung.
Ayo, ke Kawah Ijen, Pegunungan Ikoniknya Bondowoso dan Banyuwangi
Sebelumnya pada 2018, 3 pengendara motor tewas tak jauh dari tanjakan itu. Mereka adalah adalah pelajar yang pulang berboncengan 3 sehabis wisata di Kawah Ijen. Dicatat oleh polisi, kecelakaan yang kerap terjadi di jalur maut itu adalah kecelakaan tunggal.
“Kebanyakan kecelakaan tunggal. Ada motor dan juga mobil travel yang kecelakaan. Kebanyakan tak menguasai medan,” jelasnya.
Misteri gamelan
Selain alasan logis itu, ada juga misteri yang menyelimuti tanjakan Sengkan Gandrung. Ada cerita yang berkembang mengenai suara gamelan dari hutan belantara di sekitar jalur yang dipercaya tidak dihuni manusia.
Yahya, seorang warga Kecamatan Licin mengisahkan pengalamannya saat naik Pos Paltuding Kawah Ijen pada 2017. Setelah merayakan Tahun Baru, dia harus pulang karena urusan mendadak.
Mengenal Kawah Ijen sebagai Kawasan Cagar Alam dan Ekowisata
Dia memutuskan pulang sendiri naik motor pada pukul 01.00 WIB, ketika teman-temannya melanjutkan pendakian hingga ke Puncak Gunung Ijen. Tiba di Sengkan Gandrung, Yahya mendengar suara alunan gending yang cukup keras.
“Jelas kaget. Siapa coba yang tidak merinding, di tengah hutan yang sepi tiba-tiba terdengar suara musik (gending Jawa dengan gamelan). Suaranya jelas sekali,” ceritanya.
Mitos grup gamelan
Sukisman, salah seorang warga lereng Gunung Ijen mengatakan bahwa tanjakan itu dinamai Sengkan Gandrung karena pernah terjadi kecelakaan rombongan gandrung pada era Penjajahan Belanda.
Dilanjutkan olehnya, masyarakat sekitar percaya rombongan gandrung yang hendak tampil di daerah Sempol Bondowoso itu melalui jalur tanjakan itu naik kereta kuda. Saat itu, kuda yang dinaiki oleh rombongan gandrung ini mati mendadak.
“Ini cerita masyarakat. Bisa dipercaya atau tidak. Karena memang lokasi itu sejak zaman Belanda sudah berbahaya. Meski saat ini sudah dikepras beberapa meter, tidak setinggi dulu,” ujarnya.
5 Cagar Alam yang Wajib Kamu Kunjungi setelah Lebaran
Sukisman mengaku belum pernah mengalami peristiwa mistis di jalur itu. Tetapi, dia mengingatkan sudah semestinya bila di gunung atau hutan seseorang harus menjaga sikap dan memperbanyak doa.
“Jangan takut, tapi jangan nantang juga. Banyak berdoa saja agar diberikan keselamatan saat berada di hutan atau di gunung. Karena bagaimanapun dalam Agama Islam, hal gaib itu ada dan hidup berdampingan dengan kita,” katanya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News