Setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek, orang-orang Tionghoa di Indonesia akan merayakan festival Peh Cun. Mereka beramai-ramai melaksanakan ritual di Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, tepatnya di Pantai Pasir Padi.
Peh Cun berasal dari Bahasa Hokkian Pe Leng Cun/Pe Liong Cun yang bermakna “mendayung perahu naga”. Meskipun perlombaan perahu naga tidak umum di kalangan Tionghoa-Indonesia, tetapi istilah Peh Cun tetap digunakan untuk menyebut festival itu.
Asal-usul Peh Cun
Bersumber dari Nationalgeographic.co.id, Asal-usul Peh Cun dikisahkan dengan seorang negarawan bernama Qu Yuan. Dia merupakan seorang menteri dari negara Chu, yang hidup pada Zaman Negara Berperang—masa di mana banyak orang-orang yang lalim dan suka memfitnah.a
Qu Yuan yang dikenal jujur dan setia, diusir karena fitnah yang berhasil menghasut sang raja. Hari demi hari, Qu Yuan berkelana. Hingga pada suatu ketika, dia merengkuh sebongkah batu besar, dan menceburkan dirinya ke Sungai Miluo.
Nelayan sekitar tidak percaya bahwa sosok negarawan yang gagah dan bijaksana itu telah bunuh diri. Mereka terus menyisir sungai untuk mencari Qu Yuan dengan menaiki perahu naga yang diyakini bisa membantu pencariannya.
Mereka juga melempar bakcang ke sungai agar tubuh Qu Yuan tidak dimakan binatang buas. Dari legenda inilah tradisi Peh Cun bermula. Orang Tionghoa percaya bahwa tepat di hari menghilangnya Qu Yuan, tanggal 5 bulan 5 Imlek, adalah hari kejujuran dan kesetiaan.
Baca juga Ketika Tukang Gigi Tionghoa Buat Warga Bisa Sering Tersenyum pada Era 70-an
Tradisi dalam Perayaan Peh Cun
Lomba Perahu Naga
Pada perayaan Peh Cun, orang-orang Tionghoa menggelar lomba perahu naga. Tradisi ini juga diselenggarakan di Tiongkok Daratan, Hong Kong, Taiwan, hingga Amerika Serikat. Perahu naga biasanya didayung secara beregu sesuai panjang perahu tersebut.
Makan Bakcang
Tradisi makan bakcang secara resmi dijadikan sebagai salah satu kegiatan dalam merayakan Peh Cun sejak Dinasti Jin. Bakcang adalah makanan yang terbuat dari beras dan diisi daging yang dimasak dengan kecap.
Menggantungkan Rumput Ai dan Changpu
Peh Cun yang jatuh pada musim panas biasanya dianggap sebagai bukan-bulan yang banyak penyakitnya sehingga masyarakat akan melakukan pembersihan, lalu menggantungkan rumput Ai dan changpu di depan rumah.
Mendirikan Telur
Orang Tionghoa di sekitar Pasar Lama, Sungai Cisadane memiliki kebiasaan unik untuk mendirikan telur pada bagian ujungnya, pada pukul 11.00–13.00 waktu setempat. Mereka percaya, telur yang berhasil berdiri akan memberikan berkah.
Baca juga Jejak Rumah Rakit Palembang, Pemukiman Tionghoa di Tepi Sungai Musi
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News