misteri sabtu pahing mengapa ada larangan pergi di banyumas - News | Good News From Indonesia 2024

Misteri Sabtu Pahing, Mengapa Ada Larangan Pergi di Banyumas?

Misteri Sabtu Pahing, Mengapa Ada Larangan Pergi di Banyumas?
images info

Banyumas merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang terletak di kaki gunung Slamet. Layaknya daerah-daerah lain di pulau Jawa, masyarakat Banyumas juga menyimpan berbagai kepercayaan yang sampai saat ini masih dipegang teguh.

Kepercayaan ini tumbuh dari cerita yang diwariskan turun-temurun. Salah satu yang menarik perhatian adalah adanya larangan berpergian pada Sabtu Pahing. Di Banyumas, Sabtu Pahing menjadi sebuah hari yang perlu diwaspadai karena dipercaya akan membawa petaka.

Mitos Calon Pengantin yang Dilarang Melintas Jembatan Cikembang Ciamis

Asal Mula Larangan Berpergian saat Sabtu Pahing

Kisah ini terjadi saat pemerintahan Wirasaba (karesidenan Banyumas) dipimpin oleh Adipati Wargautama I. Saat itu Sultan Kesultanan Pajang, Hadiwijaya tengah mengadakan sayembara untuk menjadi istrinya. Mendengar berita itu, kemudian Adipati Wargautama I mengikutkan putrinya, Rara Sukartinah. Sebelumnya, Sukartinah telah menikah dengan putra Demang Toyareka. Namun, pernikahannya hanya berjalan beberapa hari karena Sang Putri tidak menyukainya sehingga ia bercerai dalam keadaan masih perawan.

Kedatangan rombongan dari Wirasaba diterima dengan baik. Rara Sukartinah diminta tetap tinggal di Pajang sementara yang lainnya pulang kembali ke Wirasaba, termasuk Adipati Wargautama I. Dalam perjalanan ini sang Adipati menunggangi kuda berwarna dhawuk abrit. Kabar ini sampai ke telinga Demang Toyareka, ia kemudian mendatangi Sultan dan menceritakan tentang pernikahan Sukartinah dengan anaknya.

Mendengar hal ini Sang Sultan murka. Karena merasa dibohongi, ia memerintahkan rombongan prajuritnya untuk membunuh Adipati Wargautama I yang sedang dalam perjalanan pulang. Setelahnya, ia baru menanyakan kebenarannya pada Rara Sukartinah. Setelah mendengar dari sisi Sang Putri, Sultan kembali memerintahkan rombongan prajurit kedua untuk memberitahu rombongan pertama bahwa perintahnya dicabut.

Berkat Mitos Pohon Angker, Desa Margoyoso Berubah dari Daerah Kering jadi Sumber Mata Air

Di hari ketujuh perjalanan pulang, Sang Adipati beristirahat di Pasanggrahan Bale Malang di desa Bener. Saat itu adalah hari Sabtu Pahing. Di hari itu juga rombongan prajurit pertama yang diperintahkan Sultan Hadiwijaya berhasil menyusul Adipati. Melihat Adipati sedang santap makan, mereka menunda niat untuk membunuh sampai ia selesai makan. Saat itu, Adipati Wargautama I sedang makan dengan lauk pindhang banyak (pindang daging angsa).

Dari arah belakang, rombongan kedua juga berhasil menyusul. Mereka melambai sambil berseru untuk mengurungkan rencana pembunuhan. Sayangnya, sinyal itu ditangkap lain oleh para prajurit yang pertama. Mereka mengira bahwa Sang Adipati harus segera dibunuh. Alhasil, dibunuhlah Adipati Wargautama I saat tengah menikmati pindhang banyak di Bale malang.

Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Adipati Wargautama I memberikan pepali atau larangan. Pepali inilah yang masih dipercayai masyarakat Banyumas sampai saat ini. Adipati Wargautama I menyampaikan bahwa keturunannya nanti tidak boleh mengambil menantu dari keturunan Toyareka, tidak memiliki kuda dengan warna dhawuk abrit (merah keabu-abuan), tidak makan daging banyak (angsa), tidak menggunakan rumah berbentuk bale malang, dan juga tidak boleh berpergian pada Sabtu Pahing.

Sepeninggal Adipati Wargautama I

Sampai saat ini, masih banyak masyarakat Banyumas yang taat akan lima pepali atau larangan tersebut. Hari Sabtu Pahing dianggap menjadi hari yang celaka karena pada hari itu telah terjadi pembunuhan Adipati Wargautama I.

Sepeninggal Wargautama I, kepemimpinan Wirasaba diambil alih oleh Joko Kaiman, menantunya. Ia kemudian mendapat gelar Adipati Wargautama II. Di masa kepemimpinan Joko Kaiman, ia kemudian membagi Kadipaten Wirasaba menjadi empat bagian agar saudara-saudaranya yang lain mendapat bagian wilayah. Joko Kaiman kemudian pindah ke Banyumas dan menjadi Bupati Banyumas yang pertama. Ia juga dikenal sebagai Adipati Mrapat karena telah membagi wilayah Wirasaba menjadi empat.

Mitos Air Terjun Sedudo Nganjuk, Kandaskan Hubungan hingga Lancarkan Karier Politik

Sumber:

https://jateng.solopos.com/ini-isi-pepali-pantangan-warga-banyumasan-1231490

https://ijmmu.com/index.php/ijmmu/article/view/113

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.