berkat mitos pohon angker desa margoyoso berubah dari daerah kering jadi sumber mata air - News | Good News From Indonesia 2024

Berkat Mitos Pohon Angker, Desa Margoyoso Berubah dari Daerah Kering jadi Sumber Mata Air

Berkat Mitos Pohon Angker, Desa Margoyoso Berubah dari Daerah Kering jadi Sumber Mata Air
images info

Desa Margoyoso di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah memiliki cara unik untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pemerintah Desa (Pemdes) menggunakan mitos agar masyarakat takut merusak lingkungan.

Kepala Desa (Kades) Margoyoso, Adi Daya Perdana menyebut dulu desanya kering kerontang. Hampir setiap tahun, warga selalu meminta bantuan air bersih untuk keperluan sehari-hari.

Ada Nama Desa Pacar Peluk dari Jombang, Bagaimana Asal Mulanya?

“Setelah itu kami galakkan konservasi lingkungan. Untuk mendukungnya, kami buat perdes yang mengatur tidak boleh ada penebangan pohon besar dan giat penanaman,” ujar Adi yang dimuat Solopos.

Tetapi yang unik, Perdes ini dikaitkan dengan mitos yang beredar di masyarakat yaitu keangkeran pohon. Dipercaya oleh masyarakat siapapun yang berani menebang pohon besar, akan diganggu hal-hal gaib atau kesurupan.

“Dengan mistis dan peraturan desa itu, upaya kami melakukan konservasi cukup berhasil,” ujarnya.

Diwariskan turun temurun

Dikatakan oleh Adi, akar pohon-pohon besar efektif untuk menangkap air. Mata air yang biasanya muncul di sekitar pohon besar kemudian dapat dimanfaatkan warga sebagai sumber air bersih.

“Ternyata (mitos) masih efektif. Dalam artian warga tidak sembarangan menebang pohon. Misalkan terpaksa menebang pohon, bukan jenis yang baik menangkap air seperti pohon besar misalnya,” ujar Adi.

Dirinya menjelaskan, mitos larangan menebang pohon besar atau tua telah ada sejak zaman dulu. Karena itulah, Pemdes cukup mudah untuk mengeluarkan peraturan desa agar warga menjaga lingkungan.

Merananya Warga Desa Kualat Selat yang Kampung Halamannya Terancam Tenggelam

Desa Margoyoso misalnya memiliki peraturan yang mengharuskan warga mengajukan izin sebelum menebang pohon. Mereka juga merancang aturan yang mewajibkan pasangan yang akan menikah di Desa Margoyoso untuk menyumbang bibit pohon.

“Salah satu syarat pernikahan di antaranya calon mempelai menyumbangkan bibit tanaman. Tanaman konservasi atau buah yang dikumpulkan di bank pohon. Suatu saat kita akan gunakan untuk penghijauan, tinggal mengambil di bank pohon itu,” kata Zarkoni.

Tidak lagi kekeringan

Peraturan ini terbukti dengan jernihnya mata air yang muncul di Desa Margoyoso. Saat ini di Desa Margoyoso sudah ada 88 mata air. Pun demikian dengan desa lainnya yang juga ada beberapa mata air yang jumlahnya mencapai 20 titik.

“Mata air ini sekarang bisa mencukupi kebutuhan warga kami. Tak hanya itu, desa lain bahkan juga menikmati air dari mata air desa ini,” jelasnya.

Satu Desa Satu Lapangan, Upaya RI Cetak Atlet Masa Depan

Agar bisa meningkatkan kepedulian bersama, maka Adi membentuk sebuah gerakan bernama Sedulur Tunggul Banyu. Dengan gerakan itu, maka masyarakat bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan agar mati air tetap terjaga.

“Menjaga mata air ini sama saja menjaga persaudaraan. Melalui mata air, maka kami dapat mempererat tali persaudaraan,” tuturnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.