Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang tak jarang menjadi cerminan dari kekayaan budaya lokal yang memikat, salah satu yang menarik perhatian adalah es dawet ireng. Apakah Kawan GNFI tahu apaes dawet ireng?
Sesuai namanya, tak seperti es cendol pada umumnya, es dawet ireng memiliki cendol yang berwarna hitam pekat. Selain warna yang berbeda, keunikan lainnya pada dawet ireng, yaitu pemerasan santan yang langsung dari bungkusan serabut kelapa dan penyajian dawetnya pun yang jauh lebih banyak dibandingkan kuahnya (santan ditambah air gula).
Meskipun sederhana dalam penampilan, es dawet ireng memiliki pesona yang tak terbantahkan, menawarkan sensasi menyegarkan dan kelezatan yang menggoda. Seiring waktu, minuman ini bukan hanya menjadi hidangan tradisional, tetapi juga simbol budaya dan identitas masyarakat Purworejo.
Di balik kelezatannya, terdapat filosofi dan makna simbolis yang terkandung di dalamnya. Warna hitam pada dawet melambangkan kesederhanaan dan keteguhan hati masyarakat Purworejo. Perpaduan rasa manis dan legit melambangkan keseimbangan dan keselarasan dalam hidup.
Melalui gabungan unik antara tekstur kenyal dari dawet dan kekentalan kuah gula merah, es dawet ireng menjadi daya tarik tersendiri, menarik minat para wisatawan lokal maupun mancanegara. Es dawet ireng menjadi minuman yang amat diminati dan menjadi ikon kuliner yang tak terpisahkan dari identitas kuliner Purworejo.
Melalui kemurnian bahan-bahannya, es dawet ireng juga menawarkan banyak khasiat untuk kesehatan. Dawet ireng dapat meredakan panas dalam hingga melancarkan pencernaan. Tak perlu khawatir akan batuk setelah mengonsumsi dawet ireng karena pewarna dawet ini terbuat dari bahan alami, yaitu abu hasil pembakaran damen yang disebut dengan abu merang.
Itulah mengapa dawet ini disebut dawet ireng yang artinya dawet berwarna hitam hasil dari warna abu tersebut. Eits, jangan salah sangka dulu! Abu merangnya tidak disatukan dengan adonan dawet ireng kok. Setelah dikumpulkan dari tempat pembakaran, abu merang dilarutkan dalam air dan diaduk lalu didiamkan supaya abunya mengendap. Nah, air hasil endapannya ini dicampur dengan tepung beras dan tepung maizena.
Es dawet ireng biasanya disajikan dengan potongan kecil buah nangka sebagai pelengkap, tetapi ada juga yang menyajikannya dengan tape singkong, daging buah durian, atau potongan buah alpukat. Sebelum melegenda ke berbagai penjuru wilayah, Mbah Ahmad Dansri dari Kecamatan Butuh yang menjadi pencetus, membuat dawet ireng ini pada tahun 1950-an saat musim panen dan beliau berkeliling dari sawah ke sawah untuk menawarkannya.
Setelah Mbah Ahmad Dansri meninggal, anak cucunya melestarikan dan melanjutkan usaha minuman ini. Hingga pada akhirnya penjualan es dawet ireng tidak hanya dijual saat musim panen saja, melainkan sepanjang musim dan kini bisa banyak kita temui di tepi Jalan Purworejo-Kebumen yang dijual menggunakan rancatan bambu.
Kisaran harga yang dipatok biasanya antara Rp5.000 sampai Rp15.000. Lokasi es dawet ireng milik mendiang Mbah Ahmad Dansri yang bernama Dawet Ireng Jembut Kecabut berada di Desa Butuh, Kecamatan Butuh, di sebelah timur jembatan Butuh, semangkuk kecil Es Dawet Ireng ini dijual dengan harga Rp5 ribu saja.
Menarik! Biasanya kita cenderung menghindari yang berwarna hitam saat terik matahari sedang panas-panasnya karena itu dapat menyerap panas. Namun, jika dihadapkan es dawet ireng yang harganya sangat terjangkau dan tidak menguras dompet, dengan kesegarannya yang sangat unik tak bisa membuat kita berkutik.
Lidah kita akan dimanjakan dengan sentuhan dingin dari es serut yang disusul oleh rasa manis, legit, dan gurih dari santan, dan kelembutan serta kekenyalan teksturnya setelah sesuap es dawet ireng masuk ke mulut kita.
Wah, siapa sangka kalau si hitam milik Purworejo ini dapat mengembalikan mood kita yang sudah luntur setelah sepanjang jalan terpapar teriknya sinar matahari? Ternyata memang benar kalau hitam itu tak selamanya buruk, loh! Jadi, akan sayang sekali jika es dawet ireng ini hilang ditelan zaman.
Oleh karena itu, mari kita lestarikan keunikan rasa dan teksturnya supaya tetap menjadi daya tarik yang tak lekang oleh waktu. Upaya pelestarian harus terus dilakukan agar tradisi pembuatan dan penyajian es dawet ireng tetap terjaga.
Sumber:
- https://www.liputan6.com/regional/read/5273062/mencicipi-segarnya-es-dawet-ireng-khas-purworejo
- https://www.detik.com/jateng/kuliner/d-7135902/mengenal-es-dawet-ireng-minuman-manis-dan-segar-khas-purworejo?utm_source=copy_url&utm_campaign=detikcomsocmed&utm_medium=btn&utm_content=jateng
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


