#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbungUntukMelambung
Desa Kepuk merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara. Desa ini memiliki kebudayaan unik, yaitu budaya manganan. Manganan diartikan sebagai makan bersama dalam acara selametan di pepunden Desa Kepuk, yaitu makam Dewi Kasmonah atau Mbah Mbolem seorang tokoh sejarah pendiri Desa Kepuk. Manganan merupakan bentuk rasa syukur warga Kepuk kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga warga Kepuk bisa hidup damai sejahtera. Acara ini dilaksanakan pada hari Senin Pahing Bulan Apit.
Tokoh Desa Kepuk, Bapak Jatmiko mengatakan bahwa budaya manganan pernah tidak dilakukan. Tradisi tersebut hanya dilakukan oleh tokoh masyarakat dan para generasi tua. Sedangkan para pemuda tidak dilibatkan secara khusus sehingga generasi muda tidak memahami nilai budaya dari tradisi Manganan. Melihat budaya manganan mulai ditinggalkan serta lesunya kegiatan sosial kepemudaan di Desa Kepuk, para tokoh desa membuat kesepakatan untuk melestarikan kembali tradisi Manganan. Pak Jatmiko mengusulkan agar acara Manganan itu dibungkus dengan sebuah acara budaya dengan mengangkat Memeden Gadhu sebagai simbol, sehingga tercetuslah Festival Memeden Gadhu.
Sawah Ghadu adalah sawah yang tidak pernah kekeringan sepanjang tahun. Jika musim kemarau datang, Jenis sawah selain ghadu mengering sehingga ditanami selain tanaman padi. Sedangkan sawah gadhu tetap ditanami padi karena kondisi tanah yang berair. Hal ini menyebabkan hama khususnya burung pipit menyerbu sawah gadhu yang menguning. Kondisi ini yang melatarbelakangi petani membuat orangāorangan dari jerami untuk menghalaunya. Orang-orangan tersebut dinamakan Memeden Gadhu.
Festival Memeden Gadhu merupakan unsur kebudayaan dalam lingkup seni pertunjukkan. Komitmen yang tinggi dari warga Kepuk untuk melestarikan tradisi akhirnya memunculkan inovasi baru, yaitu Memeden Gadhu. Sutresno mengatakan bahwa Memeden Gadhu dibuat oleh warga Kepuk secara gotong-royong. Dalam proses pembuatannya, mereka membagi tugas sesuai dengan kebutuhan, misalnya ada yang mengumpulkan jerami, memotong bambu, membuat kerangka, mencari baju-baju bekas, dan membuat "memeden".

Memeden Gadhu menjadi karya seni rakyat yang menghiasi sepanjang jalan Desa Kepuk dengan menggambarkan kehidupan sehari-hari seperti petani, hewan, anak sekolah, dan bentuk lainnya. Hal ini memberikan inspirasi penduduk desa dan seniman lokal untuk menciptakan beragam karya seni mulai dari musik, sendratari, hingga pertunjukan teater. Sendratari Kolosal Memeden Gadhu melibatkan sekitar 90% warga Kepuk dan 10% lainnya berasal dari luar desa. Tari kolosal Memeden Gadhu adalah refleksi dari proses bertani secara tradisional. Pertunjukan ini melibatkan berbagai tokoh seperti :
- Pak Tani
Dalam sendratari Memeden Gadhu pak tani diperankan oleh para orang tua dan pemuda. Mereka menirukan gerakan petani dalam melakukan aktivitas pertanian, misalnya mencangkul dan membajak sawah.

- Ibu Tani
Ibu-ibu warga Kepuk juga ikut berpartisipasi dalam sendratari Memeden Gadhu, mereka berperan sebagai Ibu Tani. Kostum khas mereka adalah caping dan tampah dengan kerudung tradisional, baju kebaya dan jarik batik. Tarian mereka di mulai dengan mengirim makanan untuk pak tani, menanam padi, panen padi, dan napeni padi.

- Anak-anak
Anak-anak merupakan bagian dari masyarakat, maka dalam sendratari ini mereka dilibatkan sebagai simbol kedamaian, kebahagiaan, dan ketenangan. Anak-anak ini bermain dengan permainan- permainan tradisional, misalnya, betengan, ulo-ulo manding, dan cublak-cublak suweng.

- Bajak sawah dan Kerbau
Dua orang pemuda berperan sebagai kerbau pembajak sawah dengan seorang petani sebagai kusirnya. Dalam tarian ini, mereka menirukan gerakan-gerakan kerbau yang sedang menjalankan bajak. Rampak musik mengeras dalam adegan ini dengan diselingi suara cambuk yang menggelegar dari petani yang menyetir bajak.

- Burung Pipit
Burung pipit diperankan oleh anak-anak dengan kostum mirip dengan burung pipit. Munculnya burung pipit adalah ketika padi mulai menguning atau masa akan panen. Mereka terbang untuk mengambil makanan, namun dihalau oleh Memeden Gadhu.

- Memeden Gadhu
Memeden Gadhu diperankan oleh pemuda dengan kostum dari jerami Mereka melakukan gerakan rampak menirukan Memeden Gadhu di sawah.

Pak Jatmiko mengungkapkan bahwa Memeden Gadhu adalah representasi nilai-nilai luhur serta simbol kebijaksanaan petani dalam menjaga alam dan mempertahankan warisan budaya nenek moyang. Tradisi luhur ini mencakup ajaran tentang hubungan kepada Allah, manusia, dan alam yang tercermin dalam filosofi hidup petani "Songko Pari Marang Gusti. Filosofi tersebut mencerminkan hubungan mendalam antara manusia dengan alam. Padi sebagai simbol keberkahan dan bijaksana dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Manusia sebagai khalifah di bumi bertanggung jawab dan berperan penting dalam menjaga keseimbangan alam seperti pemilihan benih serta perawatan tanaman hingga panen. "Memeden Gadhu" mencerminkan kebijaksanaan dalam menghadapi tantangan hidup, hama padi hanya diusir sebagai tanda penghormatan terhadap alam. "Marang Gusti" melambangkan spiritualitas petani yang menjalani pertanian sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan. Kehidupan seimbang hanya dapat dicapai melalui harmoni manusia, alam, dan pencipta. Seni ini mengajarkan kesadaran kolektif dalam menjaga alam secara bijaksana dengan menghindari tindakan merusak alam seperti penggunaan bahan kimia berbahaya. "Songko Pari" mencerminkan sikap bijak manusia terhadap alam dan spiritualitas.
Festival Memeden Gadhu ke-14 tahun ini berlangsung meriah mulai dari tanggal 2-5 Juni 2023 di Desa Kepuk. Festival ini di buka dengan pelepasan burung hantu sebagai simbol.

Acara dilanjutkan dengan tari kolosal Memeden Gadhu dan berbagai kegiatan lainnya seperti donor darah, bazar UMKM, senam pagi, festival layang-layang, safari ketapel, lomba menggambar, dan mewarnai. Acara ini juga menampilkan pentas seni wayang, emprak, dan band lokal. Puncak festival ini dimeriahkan dengan kirab budaya yang dihadiri oleh masyarakat dari berbagai tempat. Warga Kepuk berpartisipasi dengan memakai kostum kreatif yang mencerminkan berbagai budaya dan tradisi Desa Kepuk. Selain itu, tumpeng raksasa menjadi objek perebutan warga yang meyakini keberkahannya.

Keberhasilan festival memeden gadhu tidak lepas dari dari kontribusi besar dari pemerintah desa dan komunitas setempat yaitu yayasan GAMAPETRA (Gabungan Masyarakat Peduli Tradisi dan Budaya). Yayasan GAMAPETRA tidak hanya fokus pada seni budaya saja, tetapi sebagai sarana untuk mengembangkan semua potensi warga. Festival ini berperan penting dalam merawat tradisi budaya lokal, memajukan pariwisata budaya, memberikan kontribusi ekonomi, serta sebagai alat promosi identitas budaya Jepara.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News