#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaan Nasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung
Bangka Belitung dipenuhi dengan budaya yang beraneka ragam, tak terkecuali budaya telok serujo yang menjadi tradisi turun-temurun di Bangka Selatan. Telok serujo adalah adat tradisi Bangka Selatan yang bernuansa islami, yang dimana telok serujo dilaksanakan seperti acara arak-arakan yang dilakukan untuk merayakan kawin massal, hantaran pernikahan, khataman Al-Quran, Khitanan, dan acara potong rambut bayi yang telah berumur 40 hari. Telok serujo sendiri berasal dari kata telur dan bunga serujo, sehingga kedua kata ini digabung menjadi telok serujo.
Menurut informan pemuka adat, Umar Rawi, telok Serujo telah ada di Bangka Selatan sejak 100 tahun yang lalu atau bahkan lebih. Bapak H. Mustar Efendi, selaku sekcam Air Gegas, mengatakan belum dapat diketahui dengan pasti sejarah dari telok serujo, namun tradisi telok serujo ini dipengaruhi dari perkembangan islam di negeri Melayu. Namun ada lagi sumber lain yang menjelaskan, bahwa tradisi telok serujo dibawa oleh orang-orang Cina. Yang memimpin mereka saat itu adalah Laksamana Cheng Ho. Bunga seroja atau serujo sendiri memiliki banyak makna simbolis dalam budaya bangsa Cina.
Selain teori dari cina, sejarah telok serujo ini juga diulas oleh salah satu tokoh masyarakat di kecamatan Air Gegas, Bangka Selatan yakni Djulaili Romli. Menurutnya, sekitar tahun 1950-an lalu, menikahkan anak adalah salah satu kegiatan besar bagi masyarakat Bangka. Hanya saja, penghasilan masyarakat yang utama adalah pertanian, sehingga acara besar ini dilakukan secara serentak karena perayaan dilaksanakan ketika musim panen. Dari sinilah muncul tradisi nikah massal. Akan tetapi sebelum menikahkan anak-anak mereka, para orang tua mewajibkan anak-anaknya untuk belajar mengaji dan menamatkan kitab Al-Quran. Ketika anak-anak mereka telah besar dan siap menikah, momentumnya akan pas dengan waktu musim panen, oleh karena itu ada dua tradisi yang dilakukan, yaitu nikah masal dan telok serujo.
“Pada saat malam acara berlangsung, ada tradisi arak-arakan pengantin yang di hiasi dengan payung lilin. Paginya itu ada arak-arakan teluk Herujo tadi yang disebut bertamat, khataman Al-Quran. Inilah awal muncul tradisi ini. Sesuatu yang unik. Saya sangat sedih pandemi kemarin tidak ada acara tahunan ini,” ucapnya ketika perayaan HUT ke-20 Bangka Selatan.
Tradisi telok serujo telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda di Air Gegas pada tahun 2016. Sebenarnya tradisi ini tidak hanya berada di Air Gegas, daerah lain seperti Toboali, Pongok, dan daerah lainnya juga menjalankan tradisi telok serujo ini. Namun, Air Gegas lebih sering merayakan Telok Serujo ini. Contohnya saja, dalam rangka merayakan ulang tahun hari jadi ke-20 Bangka Selatan, Air Gegas menggelar karnaval ngarak telok serujo,
Telok serujo tidak hanya tentang mengarak, Telok serujo dibuat dengan batang pisang yang dilapisi dengan kertas mika dan ditusuk dengan lidi yang masing-masingnya berisikan telur rebus yang diberikan warna merah. Batang pisang akan dihiasi dengan sangat cantik dan diletakkan diatas papan bambu untuk nantinya diarak sepanjang jalan. Tak hanya itu, pada ujung lidi diberikan hiasan bunga seroja dan hiasan bendera. Selain itu, di bagian bawah, terdapat ketan yang dibungkus dengan daun Simpur, namun seiring dengan perkembangan zaman, pembuatan telok serujo pun juga ikut berubah, namun terlepas dari hal tersebut, perubahan telok serujo tidaklah menjadi masalah karena budaya ngarak telok serujo masih terus terpelihara hingga kini.
Telok serujo sendiri memiliki nilai filosofis, seperti kembang seroja yang berarti keindahan, ketan yang dibungkus daun melambangkan kebutuhan pangan, telur yang dicat merah melambangkan kemakmuran, dan bendera melambangkan kejayaan, serta pohon pisang berbentuk segi lima yang melambangkan kelima rukun islam. Semua nilai ini adalah perwujudan doa yang ingin disampaikan. Selain itu, telok serujo juga memperkuat rasa solidaritas dan gotong royong dalam masyarakat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


