kelas multikultural tak menghalangi mereka untuk memaknai arti perbedaan - News | Good News From Indonesia 2023

Kelas Multikultural Tak Menghalangi Mereka Untuk Memaknai Arti Perbedaan

Kelas Multikultural Tak Menghalangi Mereka Untuk Memaknai Arti Perbedaan
images info

Kelas Multikultural Tak Menghalangi Mereka Untuk Memaknai Arti Perbedaan


Menyusuri daerah Jawa Barat, tepatnya di Desa Cintakarya, Kabupaten Pangandaran, hiduplah sebuah komunitas kecil yang memiliki mimpi besar dalam hidupnya. Mimpi untuk mengubah pendidikan Indonesia menjadi lebih baik adalah tekad yang harus diperjuangkan oleh siapapun. Inilah wujud nyata yang ditunjukkan Ai Nurhidayat selama ini. Sejak kerusuhan Papua yang terjadi pada tahun 2019, kiblatnya untuk konsisten membawa perubahan seolah menjadi penerang bagi masa depan anak-anak Papua saat itu. Terutama tak sedikit dari mereka yang harus mengalami perlakuan diskriminatif di lingkungan sosialnya. Jelas bahwa nilai-nilai Pancasila yang mencerminkan sikap toleransi masih sangat minim untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan tentang moralitas semacam ini kemudian membuka pemikiran Ai Nurhidayat untuk membangun komunitas belajar yang multikultural.

Komunitas Belajar Sabalad

Berawal dari sebuah diskusi sederhana, Ai Nurhidayat mengajak para pemuda setempat di rumahnya untuk membentuk komunitas belajar bersama. Ia menyadari jika situasi di daerahnya sangat memprihatinkan dalam hal pendidikan, seperti masyarakat yang masih etnosentris dan kurang mengenal akan pengetahuan serta budaya luar. Oleh karena itu, setelah lulus dari gelar sarjana komunikasi, Ai Nurhidayat dan teman-temannya berinisiatif untuk menghasilkan komunitas yang diberi nama Komunitas Belajar Sabalad.

Komunitas Belajar Sabalad berbeda dengan komunitas lainnya. Komunitas ini berasal dari kata “Sabalad” yang artinya Kawan, atau dalam konteks lain digambarkan sebagai komunitas seperkawanan atau sepermainan anak-anak muda di Pangandaran yang terhubung dengan daerah tertentu. Komunitas ini memiliki moto “mencari ilmu selama-lamanya, mencari kawan sebanyak-banyaknya”, dimana para siswa tidak hanya belajar multimedia, tetapi juga kegiatan produktif lain seperti pertanian, peternakan, dan produksi pupuk kandang, pakan domba, serta madu murni.

Dari Komunitas Kecil Menuju Sekolah Multikultural

Pada suatu waktu, Ai Nurhidayat bertemu dengan seorang guru yang mengajar di SMK Bakti Karya. Sekolah ini dulunya sempat beroperasi dengan baik, namun sekarang malah hampir bangkrut karena jumlahnya yang sedikit. Melihat kondisi itu, Ai Nurhidayat tak tinggal diam. Ia justru ingin sekali menyelamatkan sekolah ini agar bisa bekerjasama dengan Komunitas Sabalad selama berproses.

Tak perlu waktu lama, dari tahun 2011 hingga 2014, SMK Bakti Karya secara resmi kembali beroperasi. Hal ini tentunya didukung oleh yayasan yang dipimpin oleh Ai Nurhidayat dengan bantuan seperti beasiswa gratis selama 3 tahun, tiket pesawat, asrama, hingga biaya hidup. Uniknya lagi, sekolah ini tidak memandang nilai yang bagus ataupun prestasi yang unggul, melainkan bagaimana cara siswa dalam menghargai perbedaan antar sesama. Baginya, toleransi seringkali hanya menjadi slogan kosong tanpa tindakan nyata. Dengan membuktikan bahwa keberagaman itu indah, Ai Nurhidayat tak membatasi adanya pagar sekolah dengan kompleks pemukiman warga. Ia menyadari jika siswa-siswinya yang berasal dari berbagai daerah juga dapat bersosialisasi dengan warga setempat tanpa adanya perbedaan yang membatasi setiap pihak. Sehingga, dengan didirikannya sekolah ini masyarakat diharapkan dapat belajar untuk memaknai hidup dalam dimensi yang beragam.

Semangat Multikultural

Perjalanan Ai Nurhidayat semasa mendirikan sekolah multikultural memanglah tak mudah. Meskipun sekolah gratis, yayasan yang didirikannya harus mampu mengatasi berbagai kendala, termasuk biaya hidup dan pendidikan bagi siswa-siswi mereka. Demi mengupayakan hal itu, Ai Nurhidayat tetap gigih dalam meningkatkan pendidikan di daerahnya. Keberhasilannya pun patut diapresiasi ketika akhirnya Ia berhasil membawa teknologi ke wilayahnya. Bantuan start-up seperti IT Scola Academic menjadikan para siswa dapat mengakses berbagai informasi dan sumber daya yang lebih luas. Sejalan dengan metode belajar yang diajarkan disini, para siswa akan mendapatkan pembelajaran multimedia, ekologi, dan 60 materi pokok tentang multikulturalisme yang berfokus pada lima konsep dasar, yaitu penanaman nilai toleransi, semangat perdamaian, semangat berjaringan, budaya, dan pembelajaran aktif. Selain itu, ada pula pembelajaran di luar ruangan, seperti pertanian, kegiatan masyarakat, dan dukungan untuk pengembangan karir siswa. Ai Nurhidayat percaya bahwa siswa-siswi adalah agen perubahan dalam menjunjung nilai-nilai toleransi. Itulah mengapa, kelas multikultural sebaiknya penting untuk diterapkan di seluruh Indonesia demi memupuk semangat keberagaman.

#kabarbaiksatuindonesia

Viva. Kelas Multikultural, Secercah Asa Merajut Toleransi Pendidikan Sejajar di Indonesia. Kelas Multikultural, Secercah Asa Merajut Toleransi Pendidikan Sejajar di Indonesia (viva.co.id)

Detik Jabar. Keragaman Indonesia di SMk Bakti Karya Parigi Pangandaran. Keragaman Indonesia di SMK Bakti Karya Parigi Pangandaran (detik.com)

Kompas. Cerita dari Kelas Multikultural Pangandaran: Aku dan Kamu, Satu Indonesia. Cerita dari Kelas Multikultural Pangandaran: Aku dan Kamu, Satu Indonesia Halaman all - Kompas.com

Naikmotor. Satu Indonesia Award 2020 Gelar Diskusi "Pendidikan Kunci Peradaban".kelas multikultural pangandaran - Bing images

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SP
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.