kasus penyakit dbd di bali tertinggi se indonesia apa langkah pemerintah - News | Good News From Indonesia 2023

Kasus Penyakit DBD di Bali Tertinggi Se-Indonesia, Apa Langkah Pemerintah?

Kasus Penyakit DBD di Bali Tertinggi Se-Indonesia, Apa Langkah Pemerintah?
images info

Kasus Penyakit DBD di Bali Tertinggi Se-Indonesia, Apa Langkah Pemerintah?


Angka kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di wilayah Provinsi Bali pada tiga bulan pertama tahun 2023 terus meningkat. Hal ini beda jauh dengan kasus pada kurun yang sama tahun sebelumnya.

Dari data dinas kesehatan, pada tahun 2023 ada 939 kasus DBD dengan tiga kematian pada Januari, 820 kasus DBD dengan satu kematian pada Februari, dan 710 kasus DBD dengan satu kematian pada Maret.

“Januari 2022 itu ada 562 kasus dengan satu kematian, Februari ada 311 kasus dengan satu kematian, dan Maret ada 376 kasus dengan dua kematian,” kata Kasi Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Bali I Nyoman Sudiyasa di Denpasar yang dimuat Antaranews.

baca juga

Dirinya menyebut bahwa secara umum kasus DBD tersebar di seluruh wilayah Bali, tetapi ada daerah yang angka kasusnya ternyata cukup tinggi dibandingkan daerah lain. Terutama karena masalah kepadatan penduduk.

“Kalau kita perhatikan daerah-daerah endemis hampir itu-itu saja, kepadatannya yang tinggi, yaitu Buleleng itu di kota, Puskesmas Buleleng I, dan kalau Denpasar di Denpasar Selatan, dan memang daerah yang padat itu kasusnya tinggi,” katanya.

Mengapa naik?

Nyamuk DBD/Flickr
info gambar

Nyamuk DBD/Flickr


Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) I Nyoman Gede Anom menjelaskan alasan peningkatan kasus penularan DBD disebabkan oleh menurunnya kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dalam masyarakat.

Selain itu karena musim hujan. Apalagi hujan 1 sampai 2 hari yang menjadi pemicu puncak berkembangnya nyamuk karena lembab dan genangan air. Ketiga adalah upaya konvensional yang digaungkan selama ini yakni 3M belum efektif.

Karena itu, Dinkes Bali mendorong desa adat di Bali agar merancang suatu pararem/awig/awig (aturan adat) terkait pencegahan DBD di lingkungan masyarakat. Tujuannya agar semua masyarakat ada bisa ikut terlibat.

baca juga

Menurutnya masyarakat di Bali cenderung taat akan aturan adat yang ada dibandingkan menaati 3M. Sehingga dengan hadirnya pararem mengenai DBD akan lebih masif memberikan dampak positif untuk mencegah kasus DBD.

“Masalah sanksinya bagaimana nantinya, diserahkan masing-masing desa,” ujar Anom.

Langkah efektif?

Ilustrasi fogging/flickr
info gambar

Ilustrasi fogging/flickr


Dinkes Bali juga tengah menerapkan teknologi wolbachia dalam penanganan kasus DBD. Penyebaran nyamuk wolbachia akan berinteraksi dengan nyamuk aedes aegypti dan tidak akan lagi mengandung virus DBD.

Selain itu Dinkes Bali akan mengembangkan teknologi deteksi dini daerah yang akan timbul DBD yang bekerjasama dengan BMKG. Nantinya 3 wilayah akan dikategorikan dengan warna, kuning dan hijau.

“Ketika suatu daerah ditandai sebagai zona merah, maka akan dilakukan fogging di lokasi tersebut,” ucapnya.

baca juga

Sementara itu bila zona hijau akan mengefektifkan 3M, karena zona tersebut menandakan terdapat telur nyamuk Aedes aegypti. Tetapi bila zonanya kuning akan mengefektifkan 3M sekaligus fogging karena nyamuk telah menetas.

Karena itu dirinya meminta dukungan dari semua pihak. Terutama peran serta masyarakat untuk bersama-sama menekan penyebaran kasus DBD. Sebab teknologi apapun yang dilakukan apabila tanpa peran serta masyarakat tidak akan berhasil.

“Yang paling penting adalah pemberdayaan dan peran serta masyarakat, dan ini tak hanya untuk penyakit DBD saja, tetapi penyakit apapun,” pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.